Jumat Pekan
Biasa XXXIII (H)
Why.
10:8-11
Mzm.119:14,24,72,103,111,131
Luk.
19:45-48
Why.
10:8-11
10:8 Dan suara yang telah kudengar dari langit itu, berkata pula
kepadaku, katanya: "Pergilah, ambillah gulungan kitab yang terbuka di
tangan malaikat, yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu."
10:9 Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya,
supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku:
"Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi
di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu."
10:10 Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan
memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku
memakannya, perutku menjadi pahit rasanya.
10:11 Maka ia berkata kepadaku: "Engkau harus bernubuat lagi
kepada banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja."
Luk.
19:45-48
19:45 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir
semua pedagang di situ,
19:46 kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah
rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."
19:47 Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel
berusaha untuk membinasakan Dia,
19:48 tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya,
sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
Menyuarakan
Kebenaran
Saudara terkasih, apa yang kita renungkan hari ini sebenarnya
sangat konkret kita alami bersama, baik sebagai umat Allah dalam Gereja ataupun
sebagai masyarakat anak bangsa. Keadaan mencari keuntungan dengan memanfaatkan
keadaan, kedudukan, dan kesempatan, sebagaimana para penjual atau pedagang di
Bait Allah sangat biasa kita temui.
Sering kita jatuh pada keadaan pembenaran atas kesalahan di mana
salah kaprah, salah yang tidak lagi dianggap salah karena sudah terbiasa,
banyak yang melakukan, dan sudah umum terjadi. perdagangan di dalam Bait Allah
memang sangat menguntungkan. Para peziarah yang akan mengorbankan tinggal
membeli, daripada membawa dari rumah atau kampungnya yang jauh, jelas itu
praktis. Namun di sisi lain, para pedagang ini, juga atas restu penguasa Bait
Allah kadang memberikan harga yang sangat tidak wajar. Awalnya membantu, namun
malah mencekik, di sinilah yang tidak patut.
Dalam hidup bersama sebagai bangsa kita juga sering mengalami hal
itu. Sedikit-sedikit membela agama, mnyebut dengan sedikit berbeda dianggap
menistakan agama. Mau menjadi pemimpin dengan mengaitkan dengan agamanya,
padahal jelas-jelas hidupnya jauh dari nilai agama. Sama dengan apa yang
terjadi para pemuka jemaat ddan penguasa Bait Allah, di mana perilaku munafik
mereka, kekejian dengan perdagangan yang sering mencekik namun dikamuflasekan
sebagai tuntutan agama.
Yesus tetap jernih dalam menyikapi hal itu karena memang Yesus
tidak memiliki kepentingan selain mewartakan kehendak Allah. perdagangan itu
menguntungkan beberapa pihak dengan jelas merugikan para peziarah. Tuhan yang
tidak memiliki kepentingan bisa menyuarakan kebenaran.
Kita pun dituntut mampu menyuarakan kebenaran. Takut dan cemas
sering memuat kita lemas. Ketakutan dan kengerian yang bisa diatasi jika
bersama Tuhan dan di dalam Tuhan. Tuhan yang berkarya bukan kita yang bekerja. Di
dalam DIA segala urusan akan terjadi. kesiapan dan kesanggupan kitalah yang
utama. Tuhan yang akan memberikan apa yang kita perlukan, termasuk keberanian
dan energi lebih untuk tetap menyuarakan kebenaran itu. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar