Senin
Biasa XXXIV (H)
Why.
14:1-5
Mzm.
24:1-6
Luk.
21:1-4
Why.
14:1-5
14:1 Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit
Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di
dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
14:2 Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air
bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti
bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
14:3 Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan
di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat
mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang
yang telah ditebus dari bumi itu.
14:4 Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah
orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus
dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba
itu.
14:5 Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak
bercela.
Luk.
21:1-4
21:1 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya
memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
21:2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke
dalam peti itu.
21:3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
21:4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya,
tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh
nafkahnya."
Pemberian Tanpa Mengharap Balasan
Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan
mengenai persembahan. Persembahan sekaligus pemberian. Dalam pemberian, kita akan melihat motivasi dan intensi. Pemberian secara tulus, namun tidak
jarang agar mendapatkan balasan yang pada saatnya akan kita terima dan dapatkan
setimpal atau tidak jarang dengan bunganya. Intensinya pun bisa karena hendak
meringankan beban sesama, tidak jarang hanya karena mencari kemegahan dan kepongahan
diri sendiri.
Dari sanalh kualitas
dan level pemberian itu menemukan
nilainya. Tentu bahwa orang yang memberikan berpamrih, masih kalah patut
dengan orang yang memberikan dengan ketulusan hati. Mengapa orang bisa
berpamrih? Tentu bahwa karena pengalaman, pengajaran, dan tuntunan yang ia
peroleh demikian. Namun jika sudah tahu bahwa motivasinya harus tulus, namun
tetap melakukan hal demikian, berarti masih perlu penjernihan diri.
Do ut des,
pamrih, dan itu yang perlu diubah. Hal yang tidak jarang sering kita lakukan,
merasa patut mendapatkan balasan dan layak jika sudah memberi itu juga akan
diberi. Hal yang jamak terjadi, seperti orang yang banyak memberi agar banyak
pula mendapatkan juga berkat dan balasan dari Tuhan.
Tuhan tidak memiliki pola perilaku timbal balik,
atau memberi agar mendapatkan. Tuhan memberi berkat tidak karena perbuatan
kita, namun karena kasih-Nya. Jika IA tidak mengasihi kita dan memberikan keperluan
kita, itu menyangkal diri-Nya sendiri, dan itu bukan kualitas Tuhan.
Saudara terkasih, dalam bacaan Injil hari ini Tuhan
memuji ketulusan dan totalitas janda miskin. Di mana ia memberikan apa yang ia
miliki, apa yang ia punyai semuanya dipersempahkan, diberikan kepada Tuhan
kembali. Sering kita jika meminta kepada Tuhan begitu banyak, namun
mengembalikan sedikit saja sudah protes, merasa berat, enggan, dan sayang.
Persembahan janda miskin ini memberikan pembelajaran, bahwa demi Tuhan itu
tidak ada batasnya. Semua dikembalikan kepada Tuhan Sang Pemberi.
Pemberian atas ungkapan syukur, memberi dari
keterbatasan, bahkan keseluruhan. Rasa syukur ini layak kita lakukan,
ungkapkan, dan rayakan dengan memberikan persembahan, berbagi dengan orang yang
membutuhkan. Apa yang dibagikan bukan karena agar memperoleh kembali, apalagi
berkali lipat karena pemberian kita.
Berbagi dan mempersembahkan derma bukan semata
ketika ada sisa, kelimpahan, namun setiap saat bukan hanya karena kelimpahan,
pemberian kita adalah juga karena kita menerima. Kita mengembalikan kepada
Tuhan yang terlebih dahulu memberi. Berderma bukan kewajiban, namun konsekuensi
atas berkat yang kita terima dan peroleh.
Berbagi mungkin
hal langka di mana era modern ini lebih banyak orang yang mengumpulkan. Semua berpusat
pada diri, padahal berbagi itu bersama dengan yang lain. Dan inilah perbedaan
kita dengan dunia. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar