HARI MINGGU
BIASA PEKAN XIV (H)
Yeh. 2:2-5
Mzm.
123:1-2a,2bcd,3-4
2 Kor. 12:7-10
Mrk. 6:1-6
Yeh. 2:2-5
2:2 Sementara Ia
berbicara dengan aku, kembalilah rohku ke dalam aku dan ditegakkannyalah aku.
Kemudian aku mendengar Dia yang berbicara dengan aku.
2:3 Firman-Nya
kepadaku: "Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel,
kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek
moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga.
2:4 Kepada
keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan
harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH.
2:5 Dan baik
mereka mendengarkan atau tidak -- sebab mereka adalah kaum pemberontak --
mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka.
2 Kor. 12:7-10
12:7 Dan supaya
aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu,
maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk
menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
12:8 Tentang hal
itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur
dari padaku.
12:9 Tetapi jawab
Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku
bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
12:10 Karena itu
aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran,
di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah,
maka aku kuat.
Mrk. 6:1-6
6:1 Kemudian
Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya
mengikuti Dia.
6:2 Pada hari
Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika
mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?
Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian
bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
6:3 Bukankah Ia
ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan
bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka
kecewa dan menolak Dia.
6:4 Maka Yesus
berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di
tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
6:5 Ia tidak
dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang
sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
6:6a Ia merasa
heran atas ketidakpercayaan mereka.
6:6b Lalu Yesus
berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Standar Orang
Nazareth dan Penghargaan akan Prestasi
Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan bagaimana
orang Yahudi khususnya Nazareth, dan gambaran kita juga mudahnya untuk merasa
tahu banyak dan ditingkahi dengan iri hati, sehingga menafikan prestasi orang
atau pihak lain. Dalam hal ini, bacaan kali ini, orang takjub akan perbuatan
besar Yesus, mukijizat yang mereka dengar, apalagi akan pengajaran yang mereka
dengar secara langsung. Namun, sisi manusiawi,
merasa kenal, merasa banyak tahu, dan mereka mengenal bahkan ibu,
saudara Yesus sebagai tukang kayu. Mereka mempertanyakan bagaimana Yesus bisa
melakukan banyak hal, mukjizat, sedang IA sama sekali tidak mereka tahu pernah
belajar di sekolah yang memberikan jaminan sebagai guru yang mumpuni. Mereka mempertanyakan
bagaimana tukang kayu bisa melakukan hal-hal luar biasa tersebut.
Alasan penolakannya karena mereka kenal latar belakang Yesus,
ibunya mereka kenal, pekerjaan Yesus sebagai tukang kayu, suadara-Nya bahkan
bersama mereka. Dengan latar belakang demikian, tentu wajar jika Yesus tidak bisa
“apa-apa.” Mereka lupa karya Allah, dan
perbuatan besar Yesus yang awalnya mereka takjub itu. Mereka menjadi lupa akan
apa yang Yesus lakukan, standar mereka adalah pengenalan mereka sendiri, bukan perbuatan
besar Mesianistik.
Saudara terkasih, hal
tersebut juga sering kita alami, jadikan rujukan untuk membenarkan diri
atas rasa iri biasanya. Mosok dia yang dulu dekil itu sekarang mau menjadi
direktur, atau bupati misalnya. Nilai kecil dan buruk terlebih dahulu, bukan
apa yang kini mampu dicapai. Tidak akan mungkin dia ini bisa menjadi anggota
dewan, atau masuk ke universitas itu, kan dia hanya anak miskin, atau mana
mampu dia menjadi pemimpin dengan latar belakang demikian. Hal yang lumrah terjadi, melihat sisi kekurangan, keterbatasan,
dan penghambat yang mampu kita lihat. Kacamata kita memang tidak bisa dengan
segera melihat karya Tuhan, melihat hal secara positif, inilah penghambat.
Yesus datang untuk meretas itu semua. Yesus mengajak kita melihat
dengan kacamata baru, cara pandang baru, yaitu optimis, rasa positif yang lebih
mengemuka, mengalahkan car pandnag pesimis, dan merasa lebih bagi diri, dan
pihak lain sebagai hal yang kurang. Kebersamaan di dalam Yesus membuat kita
memiliki cara pandang baru.
Penghargaan atas capaian, prestasi, rekam jejak positif bukan
semata ketidaksukaan, iri, atau pengenalan sepengal dan merusak apa yang bisa
pihak lain lakukan. Tuhan adalah segalanya, dan di dalam DIA adalah mungkin. Jika
kita mampu melihat demikian, bersikap demikian, apa yang perlu kita khawatirkan
bukan? BD. eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar