Minggu, 29 Juli 2018

Arti Perumpaan Biji dan Ragi



Senin Pekan Biasa XVII (H)
Yer. 13:1-11
Ul. 32:18-19,20,21
Mat. 13:31-35


Yer. 13:1-11

13:1 Beginilah firman TUHAN kepadaku: "Pergilah membeli ikat pinggang lenan, ikatkanlah itu pada pinggangmu, tetapi jangan kaucelupkan ke dalam air!"
13:2 Maka aku membeli ikat pinggang seperti yang difirmankan TUHAN, lalu mengikatkannya pada pinggangku.
13:3 Sesudah itu datanglah firman TUHAN kepadaku untuk kedua kalinya, bunyinya:
13:4 "Ambillah ikat pinggang yang telah kaubeli dan yang sekarang pada pinggangmu itu! Pergilah segera ke sungai Efrat untuk menyembunyikannya di sana di celah-celah bukit batu!"
13:5 Maka pergilah aku, lalu menyembunyikannya di pinggir sungai Efrat seperti yang diperintahkan TUHAN kepadaku.
13:6 Sesudah beberapa waktu lamanya, berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Pergilah segera ke sungai Efrat mengambil dari sana ikat pinggang yang Kuperintahkan kausembunyikan di sana!"
13:7 Maka pergilah aku ke sungai Efrat, lalu aku menggali dan mengambil ikat pinggang itu dari tempat aku menyembunyikannya, tetapi ternyata ikat pinggang itu sudah lapuk, tidak berguna untuk apa pun.
13:8 Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku:
13:9 "Beginilah firman TUHAN: Demikianlah Aku akan menghapuskan kecongkakbongakan Yehuda dan Yerusalem.
13:10 Bangsa yang jahat ini, yang enggan mendengarkan perkataan-perkataan-Ku, yang mengikuti kedegilan hatinya dan mengikuti allah lain untuk beribadah dan sujud menyembah kepada mereka, akan menjadi seperti ikat pinggang ini yang tidak berguna untuk apa pun.
13:11 Sebab seperti ikat pinggang melekat pada pinggang seseorang, demikianlah tadinya segenap kaum Israel dan segenap kaum Yehuda Kulekatkan kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN, supaya mereka itu menjadi umat, menjadi ternama, terpuji dan terhormat bagi-Ku. Tetapi mereka itu tidak mau mendengar."


Mat. 13:31-35

13:31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.
13:32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya."
13:33 Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
13:34 Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka,
13:35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan."


Arti Perumpaan Biji dan Ragi

Saudara terkasih hari ini kita diajak untuk merenungkan mengenai biji dan ragi. Di mana biji yang dinyatakan Yesus adalah biji sesawi, di mana biji paling kecil di antara semua biji. Namun ketika biji itu sudah bertumbuh dan menjadi pohon. Burung pun membuat sarang di dahan-dahannya. Bayangkan, jika biji itu hanya biji, dipatuk burung pun luput, namun ketika bertumbuh, memberikan pengayoman, hidup, dan daya luar biasa. Pun Kerajaan Surga dan Allah demikian, selalu tumbuh dan berkembang.
Ragi, tidak perlu banyak untuk bisa menjadikan adonan berkembang. Kerajaan Surga itu tidak perlu banyak, tidak nampak namun berdampak, dan memberikan warna, rupa, dan rasa yang signifikan jauh lebih penting dan bermakna.
Allah itu tetap akan berkarya, bekerja, dan memberikan apapun yang diperlukan manusia, tanpa perlu tahu, apakah manusia itu melihatnya, memperhatikannya, atau menerima dan menolaknya, tidak berpengaruh pada Allah dan rencana-Nya. Di sinilah nilai spiritualitas karya dan kerja kita. Bagaimana kerja, karya, dan aktifitas kita itu bukan karena hadiah, penerimaan, atau karena memberikan penghargaan tinggi. Penghargaan bisa karena pujian, atau materi yang besar. Melakukan apapun yang tidak perlu mengharapkan akan adanya kegemparan. Dampak yang tidak terlihat itu  karya Tuhan, dan kita diharapkan demikian.
Penghargaan itu adalah bonus atas karya dan prestasi kita. Tuhan yang memulai  semuanya, apa juga pantas jika kita bermegah atas itu semua? Inilah inspirasi bagi kita akar bertumbuh di dalam kesenyapan, namun mampu memberikan dampak yang besar bagi hidup bersama. Jika tidak mampu menjadi beringin yang meneduhkan, masih bisa kog menjadi rumput hijau yang menyemarakan mata sehingga tidak letih. Jika tidak mampu menjadi angin yang menyegarkan, masih bisa menjadi angin sepoi-sepoi yang menyegarkan teriknya matahari.
Kita masing-masing memiliki peran. Tidak perlu takut bahwa kita tidak bisa berguna dalam hidup kita bersama. Memang ada yang besar, namun ada juga yang kecil. Allah memberikan kepada kita sesuai dengan kemampuan kita. Tugas kita mengembangkannya untuk bisa bermanfaat bagi hidup bersama. Ini penting, bukan hanya untuk kita sendiri.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar