Selasa Pekan
Biasa XVI (H)
Mi. 7:14-16,18-20
Mzm.
85:2-4,5-6,7-8
Mat.
12:46-50
Mi. 7:14-16,18-20
7:14
Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri, yang
terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka makan
rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala.
7:15 Seperti pada
waktu Engkau keluar dari Mesir, perlihatkanlah kepada kami keajaiban-keajaiban!
7:18 Siapakah
Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari
sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk
seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia?
7:19 Biarlah Ia kembali
menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala
dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.
7:20 Kiranya
Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti
yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman
purbakala!
Mat.
12:46-50
12:46 Ketika
Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya
berdiri di luar dan berusaha menemui Dia.
12:47 Maka
seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada
di luar dan berusaha menemui Engkau."
12:48 Tetapi
jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa
ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?"
12:49 Lalu
kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan
saudara-saudara-Ku!
12:50 Sebab siapa
pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki,
dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."
Saudara Yesus
Saudara terkasih, hari ini kita diajak
untuk merenungkan mengenai siapa saudara Yesus itu. Secara umum, termasuk
pendengar Yesus mengatakan saudara Yesus adalah Bunda Maria dan kerabatnya yang
lain. Sangat wajar. Saudara itu ya yang berkaitan dengan darah, kekerabatan,
dan sering diperluas dengan kesamaan dalam hal khusus lainnya. Misalnya
kesukuan. Akhir-akhir ini agama dan politik sering memisahkan dan membedakan
keluarga atau bukan.
Yesus ternyata memiliki paradigma
baru, kriteria siapa saudara itu bukan semata yang berkaitan darah, atau
kesamaan label lainnya. satu kesamaan, keterhubungan sebagai saudara Yesus
adalah adanya kemauan untuk menjalankan kehendak Yesus yang berarti
juga melakukan dan menjalankan kehendak Bapa. Adanya kesamaan darah atau
persamaan yang lain itu belum cukup sebagai pengikut Yesus, jika tidak
melakukan kehendak Bapa.
Apa yang menjadi kehendak Yesus dan
kehendak Bapa? Jelas mengikuti apa yang Tuhan kehendaki sebagaimana dinyatakan
di dalam Sabda-Nya. Pedomannya jelas, sepanjang Tuhan menyatakan dalam Kitab
Suci dan Tradisi, itu adalah saudara Yesus. Betapa beruntungnya kita, betapa
berbahagianya kita, dan betapa perlu bersyukur kita karena menjadi saudara
Yesus. Saudara Sang Penyelamat. Coba kita bayangkan, kita memiliki keterkaitan
dengan presiden misalnya, berjumpa saja, apalagi memiliki kaitan sekecil apapun
saja sudah senang bukan main, ini ada kaitan dan saudara Yesus. Bagaimana kita
tidak bersuka cita coba.
Tuhan yang hadir, Tuhan yang
mengangkat kita, dan Tuhan yang memberikan kesempatan kepada kita untuk menjadi
saudara-Nya. DIA yang memilih kita, menjadikan kita saudara-Nya. Satu saja
syaratnya, yaitu kita melakukan kehendak-Nya. Apa yang Tuhan dan Bapa
kehendaki? Lihat kepada Kitab Suci dan Tradisi Gereja. Di sanalah Tuhan
memberikan petunjuk untuk menjadi tuntutan kita bertindak. Jika orang modern
membutuhkan GPS, Maps, atau
sejenisnya, kita disedikan KS dan Tradisi. Ketika kita melakukan apa yang
dinyatakan di sana, kita sudah menjadi saudara Tuhan. Inisiatif dari Tuhan,
kita bukan sok-sokan kenal dan mengaku-aku. Kita tidak mempunyai kemampuan itu.
Kita layak bersyukur dan bersuka cita
karenanya. Tuhan mengangkat kita menjadi saudara. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar