Pw. St.
Ignatius dari Loyola, Im. (P)
Yer.
14:17-22
Mzm.
79:8,9,11,13
Mat.
13:36-43
Yer.
14:17-22
14:17 Katakanlah perkataan ini kepada mereka: "Air mataku
bercucuran siang dan malam dengan tidak berhenti-henti, sebab anak dara, puteri
bangsaku, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan.
14:18 Apabila aku keluar ke padang, di sana ada orang-orang yang
mati terbunuh oleh pedang! Apabila aku masuk ke dalam kota, di sana ada
orang-orang sakit kelaparan! Bahkan, baik nabi maupun imam menjelajah negeri
yang tidak dikenalnya."
14:19 Telah Kautolakkah Yehuda sama sekali? Telah merasa muakkah
Engkau terhadap Sion? Mengapakah kami Kaupukul sedemikian, hingga tidak ada
kesembuhan lagi bagi kami? Kami mengharapkan damai sejahtera, tetapi tidak
datang sesuatu yang baik; mengharapkan waktu kesembuhan, tetapi hanya ada
kengerian!
14:20 Ya TUHAN, kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek
moyang kami; sungguh, kami telah berdosa kepada-Mu.
14:21 Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, dan
janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu! Ingatlah perjanjian-Mu dengan
kami, janganlah membatalkannya!
14:22 Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa
kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan
lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang
membuat semuanya itu?
Mat.
13:36-43
13:36 Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang.
Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami
perumpamaan tentang lalang di ladang itu."
13:37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih
baik ialah Anak Manusia;
13:38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan
dan lalang anak-anak si jahat.
13:39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai
ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.
13:40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api,
demikian juga pada akhir zaman.
13:41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka
akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang
melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.
13:42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah
akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
13:43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti
matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengar!"
Santo Ignasius Loyola
Ignasius
Loyola lahir di Azpeitia di daerah Basque, Propinsi Guipuzcoa, Spanyol Utara
pada tahun 1491. Putera bungsu keluarga bangsawan Don Beltran de Onazy Loyola
dan Maria Sanchez de Licona ini diberi nama Inigo Lopez de Loyola. Semenjak
kecil hingga masa mudanya, Ignasius mengecap kenikmatan hidup mewah di
lingkungan istana. Ia dididik dalam tradisi dan kebiasaan hidup istana yang
ketat. Pada tahun 1517, Ignatius menjadi tentara kerajaan Spanyol. Empat tahun
kemudian, pada tanggal 20 Mei 1521, Ignasius menderita luka parah terkena
peluru ketika mempertahankan benteng Pamplona dari serangan tentara Prancis.
Penderitaan fisik dan mental yang hebat ini ditanggungnya dengan sabar dan
berani dalam perawatan selama hampir satu tahun, cukup lama.
Masa pemulihan kesehatannya yang begitu lama
menjadi baginya suatu masa ber-rahmat, di mana ia menemukan ambang pintu bagi
kehidupannya sebagai 'manusia baru'. Selama masa perawatannya, ia ingin sekali
menghalau kebosanannya dengan membaca buku-buku kepahlawanan. Sayang sekali bahwa
buku-buku heroik yang ingin dibacanya tidak tersedia disitu. Satu-satunya buku
yang tersedia ialah buku tentang kehidupan Kristus dan Para Orang Kudus. Demi
memuaskan keinginannya, ia terpaksa menjamah dan membolak-balik buku itu. Tanpa
disadarinya apa yang dibacanya tertanam dan mulai bersemi dalam lubuk hatinya.
Kalbunya serasa sejuk bila menekuni bacaan itu. Lambat laun ia memutuskan untuk
menyerahkan seluruh sisa hidupnya bagi Tuhan sebagai Abdi Allah. Ia tidak ingin
lagi menjadi pahlawan duniawi. Kepribadiannya berubah secara total. Dari suatu
cara hidup duniawi yang sia-sia, ia menjadi seorang rohaniwan yang melekat erat
pada Tuhan dalam cinta kasih yang mendalam. Ia bahkan bertekad melampaui
pahlawan-pahlawan suci lainnya.
Pada tahun 1522, Ignasius pergi ke biara
Benediktin Montserrat, Timur Laut Spanyol. Selama tiga hari berada disana, ia
berdoa dengan tekun dan memohon ampun atas semua dosanya di masa silam. Semua
miliknya diberikan kepada orang-orang miskin. Niatnya yang sungguh untuk
mengabdi Tuhan dan sesama ditunjukkan dengan meletakkan pedangnya di bawah kaki
altar biara itu, pada tanggal 24 Maret malam hari. Keesokan harinya setelah
merayakan Ekaristi dan menerima Komuni Kudus, Ignasius pergi ke sebuah gua
dekat Manresa. Di gua ini ia mengalami suasana tenang dan damai yang
menyenangkan. Dan gua ini jugalah yang menjadi tempat kelahiran baru baginya
sebagai seorang 'manusia baru'. Meditasi dan doa-doanya selama berada di gua
ini mengaruniakan kepadanya suatu pemahaman yang baru tentang kehidupan rohani.
Pemahaman ini diabadikannya dalam bukunya yang berjudul 'Latihan Rohani' yang
masih relevan hingga sekarang. Dari Manresa, Ignasius bermaksud berziarah ke
Tanah Suci untuk menobatkan orang-orang yang belum mengakui Kristus. Tetapi
niat ini dibatalkan karena kondisi negeri Palestina yang tidak memungkinkan.
Sebagai gantinya, ia kembali ke Barcelona, Spanyol.
Pada tahun 1524, Ignasius semakin yakin bahwa
tugas pelayanan bagi Tuhan dan sesama perlu didukung oleh pendidikan yang
memadai. Karena itu, selama 10 tahun ia berjuang memperkaya diri dengan
berbagai ilmu pengetahuan. Ia belajar di Alcala de Henares (1526-1527),
Salamanca (1527-1528) dan Paris (1528-1535) hingga memperoleh gelar sarjana
pada tanggal 14 Mei 1535. Masa pendidikan ini menjadikan dia seorang yang
berkepribadian matang, penuh disiplin diri, dan berpengetahuan luas dan
mendalam. Kepribadian dan pengetahuan itu sangat penting bagi peranannya
sebagai pemimpin di kemudian hari. Kadang-kadang ia memberikan pelajaran agama
serta bimbingan rohani kepada orang-orang yang datang kepadanya. Tetapi
kegiatan ini menimbulkan kecurigaan para pejabat Gereja. Sebab tidaklah lazim
seorang awam mengajar agama dan spiritualisme.
Kariernya sebagai Abdi Allah dimulainya
dengan mengumpulkan beberapa orang pemuda yang tertarik pada karya pelayanan
kepada Tuhan dan GerejaNya. Pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya yang
pertama, antara lain Beato Petrus Faber, Santo Fransiskus Xaverius, Diego
Laynez, Simon Rodiquez, Alonso Salmeron, dan Nikolas Bobadilla. Kelompok
pertama dari Serikat Yesus ini mengucapkan kaul hidup religius di kapel Biara
Benediktin di Montmartre. Selain mengikrarkan ketiga kaul hidup membiara:
kemurnian, ketaatan dan kemiskinan, mereka pun mengikrarkan kaul tambahan,
yakni kesediaan menjalankan karya misioner di Tanah Suci di antara orang-orang
Islam. Ignatius sendiri kemudian ditabhiskan menjadi imam pada tanggal 24 Juni
1937. Karena misi ke Palestina tak mungkin diwujudkan akibat perang waktu itu,
maka kaul tambahan 'kesediaan melanjutkan karya misi di Tanah Suci' dibatalkan
dan diganti 'Pengabdian khusus kepada Sri Paus'. Untuk itu Ignatius bersama
rekan-rekannya menawarkan diri kepada Paus Paulus III(1534-1549)
untuk mengerjakan tugas saja yang diberikan oleh Paus, dimana saja dan kapan
saja.
Pada tanggal 27 September 1540, Paus Paulus III merestui
keberadaan kelompok Ignasian, yang kemudian dikokohkan menjadi sebuah serikat
rohaniwan dengan nama Serikat Yesus. Ignasius sendiri diangkat sebagai pemimpin
pertama dalam sebuah upacara di basilik santo Paulus. Selama 15 tahun
(1541-1556) memimpin Serikat Yesus, Ignasius memusatkan perhatiannya pada
pembinaan semangat religius ordonya. Semobayannya-yang kemudian menjadi
semboyan umum Serikat Yesus-dalam melaksanakan tugasnya ialah "Ad Maiorem
Dei Gloriam". Ia mendirikan banyak kolose antara lain kolose Roma (yang
kemudian menjadi Universitas Gregoriana) dan kolose Jerman yang khusus mendidik
para calon imam untuk karya kerasulan di wilayah-wilayah Katolik yang sudah
dipengaruhi oleh Reformasi Protestan. Selama kepemimpinannya, Ignatius
melibatkan imam-imamnya dalam usaha membendung arus pengaruh Protestatisme di
Eropa Utara dan dalam Pewartaan Sabda kepada semua orang Katolik tanpa
memandang kelas sosialnya. Ia Fransiskus Xaverius, sahabat akrabnya, ke benua
Asia yang masih kafir untuk membuka lahan baru bagi karya misioner Gereja.
Ignasius dikenal sebagai seorang rahoniwan
yang ramah kepada sesamanya. Kasih sayangnya yang besar kepada orang-orang
sakit dan lemah, anak-anak dan pendidikannya, terutama orang-orang berdosa
banyak kali membuatnya menangis karena memikirkan kemalangan mereka. Ordo
Yesuit yang didirikannya dipoles menjadi sebuah ordo religius yang bebas dari
keketatan aturan hidup monastik lama yang kaku. Sebagai reaksi terhadap
kekejaman Gereja Abad Pertengahan, yang melahirkan Reformasi Protestan,
Ignasius menuntut ketaatan mutlak terhadap Tahkta Suci dan prinsip-prinsip
Katolik. Reret yang teratur diupayakannya sebagai suatu sarana ampuh bagi
kedalaman spiritualitas orang-orang Kristen.
Sebelum wafatnya pada tanggal 31 Juli 1556,
Ignasius menyaksikan keberhasilan Ordonya dalam mengabdi Tuhan dan GerejaNya.
Propinsi serikatnya pada masa itu telah berjumlah 12 dengan 1000 orang imam dan
kira-kira 100 buah biara dan kolose. Ignasius dinyatakan sebagai 'beato'
oleh Paulus VI pada
tanggal 3 Desember 1609 dan kemudian oleh Paus Gregorius XVdinyatakan
sebagai 'santo' pada tanggal 12 Maret 1622. Ignasius diangkat sebagai pelindung
semua kegiatan rohani oleh Paus Pius XI pada
tahun 1922. Imankatolik.co.id