Selasa, 31 Juli 2018

Ignatius Loyola


Pw. St. Ignatius dari Loyola, Im. (P)
Yer. 14:17-22
Mzm. 79:8,9,11,13
Mat. 13:36-43




Yer. 14:17-22

14:17 Katakanlah perkataan ini kepada mereka: "Air mataku bercucuran siang dan malam dengan tidak berhenti-henti, sebab anak dara, puteri bangsaku, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan.
14:18 Apabila aku keluar ke padang, di sana ada orang-orang yang mati terbunuh oleh pedang! Apabila aku masuk ke dalam kota, di sana ada orang-orang sakit kelaparan! Bahkan, baik nabi maupun imam menjelajah negeri yang tidak dikenalnya."
14:19 Telah Kautolakkah Yehuda sama sekali? Telah merasa muakkah Engkau terhadap Sion? Mengapakah kami Kaupukul sedemikian, hingga tidak ada kesembuhan lagi bagi kami? Kami mengharapkan damai sejahtera, tetapi tidak datang sesuatu yang baik; mengharapkan waktu kesembuhan, tetapi hanya ada kengerian!
14:20 Ya TUHAN, kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami; sungguh, kami telah berdosa kepada-Mu.
14:21 Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, dan janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu! Ingatlah perjanjian-Mu dengan kami, janganlah membatalkannya!
14:22 Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?

Mat. 13:36-43

13:36 Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu."
13:37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia;
13:38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat.
13:39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.
13:40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman.
13:41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.
13:42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
13:43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"


Santo Ignasius Loyola

Ignasius Loyola lahir di Azpeitia di daerah Basque, Propinsi Guipuzcoa, Spanyol Utara pada tahun 1491. Putera bungsu keluarga bangsawan Don Beltran de Onazy Loyola dan Maria Sanchez de Licona ini diberi nama Inigo Lopez de Loyola. Semenjak kecil hingga masa mudanya, Ignasius mengecap kenikmatan hidup mewah di lingkungan istana. Ia dididik dalam tradisi dan kebiasaan hidup istana yang ketat. Pada tahun 1517, Ignatius menjadi tentara kerajaan Spanyol. Empat tahun kemudian, pada tanggal 20 Mei 1521, Ignasius menderita luka parah terkena peluru ketika mempertahankan benteng Pamplona dari serangan tentara Prancis. Penderitaan fisik dan mental yang hebat ini ditanggungnya dengan sabar dan berani dalam perawatan selama hampir satu tahun, cukup lama.
Masa pemulihan kesehatannya yang begitu lama menjadi baginya suatu masa ber-rahmat, di mana ia menemukan ambang pintu bagi kehidupannya sebagai 'manusia baru'. Selama masa perawatannya, ia ingin sekali menghalau kebosanannya dengan membaca buku-buku kepahlawanan. Sayang sekali bahwa buku-buku heroik yang ingin dibacanya tidak tersedia disitu. Satu-satunya buku yang tersedia ialah buku tentang kehidupan Kristus dan Para Orang Kudus. Demi memuaskan keinginannya, ia terpaksa menjamah dan membolak-balik buku itu. Tanpa disadarinya apa yang dibacanya tertanam dan mulai bersemi dalam lubuk hatinya. Kalbunya serasa sejuk bila menekuni bacaan itu. Lambat laun ia memutuskan untuk menyerahkan seluruh sisa hidupnya bagi Tuhan sebagai Abdi Allah. Ia tidak ingin lagi menjadi pahlawan duniawi. Kepribadiannya berubah secara total. Dari suatu cara hidup duniawi yang sia-sia, ia menjadi seorang rohaniwan yang melekat erat pada Tuhan dalam cinta kasih yang mendalam. Ia bahkan bertekad melampaui pahlawan-pahlawan suci lainnya.
Pada tahun 1522, Ignasius pergi ke biara Benediktin Montserrat, Timur Laut Spanyol. Selama tiga hari berada disana, ia berdoa dengan tekun dan memohon ampun atas semua dosanya di masa silam. Semua miliknya diberikan kepada orang-orang miskin. Niatnya yang sungguh untuk mengabdi Tuhan dan sesama ditunjukkan dengan meletakkan pedangnya di bawah kaki altar biara itu, pada tanggal 24 Maret malam hari. Keesokan harinya setelah merayakan Ekaristi dan menerima Komuni Kudus, Ignasius pergi ke sebuah gua dekat Manresa. Di gua ini ia mengalami suasana tenang dan damai yang menyenangkan. Dan gua ini jugalah yang menjadi tempat kelahiran baru baginya sebagai seorang 'manusia baru'. Meditasi dan doa-doanya selama berada di gua ini mengaruniakan kepadanya suatu pemahaman yang baru tentang kehidupan rohani. Pemahaman ini diabadikannya dalam bukunya yang berjudul 'Latihan Rohani' yang masih relevan hingga sekarang. Dari Manresa, Ignasius bermaksud berziarah ke Tanah Suci untuk menobatkan orang-orang yang belum mengakui Kristus. Tetapi niat ini dibatalkan karena kondisi negeri Palestina yang tidak memungkinkan. Sebagai gantinya, ia kembali ke Barcelona, Spanyol.
Pada tahun 1524, Ignasius semakin yakin bahwa tugas pelayanan bagi Tuhan dan sesama perlu didukung oleh pendidikan yang memadai. Karena itu, selama 10 tahun ia berjuang memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan. Ia belajar di Alcala de Henares (1526-1527), Salamanca (1527-1528) dan Paris (1528-1535) hingga memperoleh gelar sarjana pada tanggal 14 Mei 1535. Masa pendidikan ini menjadikan dia seorang yang berkepribadian matang, penuh disiplin diri, dan berpengetahuan luas dan mendalam. Kepribadian dan pengetahuan itu sangat penting bagi peranannya sebagai pemimpin di kemudian hari. Kadang-kadang ia memberikan pelajaran agama serta bimbingan rohani kepada orang-orang yang datang kepadanya. Tetapi kegiatan ini menimbulkan kecurigaan para pejabat Gereja. Sebab tidaklah lazim seorang awam mengajar agama dan spiritualisme.
Kariernya sebagai Abdi Allah dimulainya dengan mengumpulkan beberapa orang pemuda yang tertarik pada karya pelayanan kepada Tuhan dan GerejaNya. Pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya yang pertama, antara lain Beato Petrus Faber, Santo Fransiskus Xaverius, Diego Laynez, Simon Rodiquez, Alonso Salmeron, dan Nikolas Bobadilla. Kelompok pertama dari Serikat Yesus ini mengucapkan kaul hidup religius di kapel Biara Benediktin di Montmartre. Selain mengikrarkan ketiga kaul hidup membiara: kemurnian, ketaatan dan kemiskinan, mereka pun mengikrarkan kaul tambahan, yakni kesediaan menjalankan karya misioner di Tanah Suci di antara orang-orang Islam. Ignatius sendiri kemudian ditabhiskan menjadi imam pada tanggal 24 Juni 1937. Karena misi ke Palestina tak mungkin diwujudkan akibat perang waktu itu, maka kaul tambahan 'kesediaan melanjutkan karya misi di Tanah Suci' dibatalkan dan diganti 'Pengabdian khusus kepada Sri Paus'. Untuk itu Ignatius bersama rekan-rekannya menawarkan diri kepada Paus Paulus III(1534-1549) untuk mengerjakan tugas saja yang diberikan oleh Paus, dimana saja dan kapan saja.
Pada tanggal 27 September 1540, Paus Paulus III merestui keberadaan kelompok Ignasian, yang kemudian dikokohkan menjadi sebuah serikat rohaniwan dengan nama Serikat Yesus. Ignasius sendiri diangkat sebagai pemimpin pertama dalam sebuah upacara di basilik santo Paulus. Selama 15 tahun (1541-1556) memimpin Serikat Yesus, Ignasius memusatkan perhatiannya pada pembinaan semangat religius ordonya. Semobayannya-yang kemudian menjadi semboyan umum Serikat Yesus-dalam melaksanakan tugasnya ialah "Ad Maiorem Dei Gloriam". Ia mendirikan banyak kolose antara lain kolose Roma (yang kemudian menjadi Universitas Gregoriana) dan kolose Jerman yang khusus mendidik para calon imam untuk karya kerasulan di wilayah-wilayah Katolik yang sudah dipengaruhi oleh Reformasi Protestan. Selama kepemimpinannya, Ignatius melibatkan imam-imamnya dalam usaha membendung arus pengaruh Protestatisme di Eropa Utara dan dalam Pewartaan Sabda kepada semua orang Katolik tanpa memandang kelas sosialnya. Ia Fransiskus Xaverius, sahabat akrabnya, ke benua Asia yang masih kafir untuk membuka lahan baru bagi karya misioner Gereja.
Ignasius dikenal sebagai seorang rahoniwan yang ramah kepada sesamanya. Kasih sayangnya yang besar kepada orang-orang sakit dan lemah, anak-anak dan pendidikannya, terutama orang-orang berdosa banyak kali membuatnya menangis karena memikirkan kemalangan mereka. Ordo Yesuit yang didirikannya dipoles menjadi sebuah ordo religius yang bebas dari keketatan aturan hidup monastik lama yang kaku. Sebagai reaksi terhadap kekejaman Gereja Abad Pertengahan, yang melahirkan Reformasi Protestan, Ignasius menuntut ketaatan mutlak terhadap Tahkta Suci dan prinsip-prinsip Katolik. Reret yang teratur diupayakannya sebagai suatu sarana ampuh bagi kedalaman spiritualitas orang-orang Kristen.
Sebelum wafatnya pada tanggal 31 Juli 1556, Ignasius menyaksikan keberhasilan Ordonya dalam mengabdi Tuhan dan GerejaNya. Propinsi serikatnya pada masa itu telah berjumlah 12 dengan 1000 orang imam dan kira-kira 100 buah biara dan kolose. Ignasius dinyatakan sebagai 'beato' oleh Paulus VI pada tanggal 3 Desember 1609 dan kemudian oleh Paus Gregorius XVdinyatakan sebagai 'santo' pada tanggal 12 Maret 1622. Ignasius diangkat sebagai pelindung semua kegiatan rohani oleh Paus Pius XI pada tahun 1922. Imankatolik.co.id


Minggu, 29 Juli 2018

Arti Perumpaan Biji dan Ragi



Senin Pekan Biasa XVII (H)
Yer. 13:1-11
Ul. 32:18-19,20,21
Mat. 13:31-35


Yer. 13:1-11

13:1 Beginilah firman TUHAN kepadaku: "Pergilah membeli ikat pinggang lenan, ikatkanlah itu pada pinggangmu, tetapi jangan kaucelupkan ke dalam air!"
13:2 Maka aku membeli ikat pinggang seperti yang difirmankan TUHAN, lalu mengikatkannya pada pinggangku.
13:3 Sesudah itu datanglah firman TUHAN kepadaku untuk kedua kalinya, bunyinya:
13:4 "Ambillah ikat pinggang yang telah kaubeli dan yang sekarang pada pinggangmu itu! Pergilah segera ke sungai Efrat untuk menyembunyikannya di sana di celah-celah bukit batu!"
13:5 Maka pergilah aku, lalu menyembunyikannya di pinggir sungai Efrat seperti yang diperintahkan TUHAN kepadaku.
13:6 Sesudah beberapa waktu lamanya, berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Pergilah segera ke sungai Efrat mengambil dari sana ikat pinggang yang Kuperintahkan kausembunyikan di sana!"
13:7 Maka pergilah aku ke sungai Efrat, lalu aku menggali dan mengambil ikat pinggang itu dari tempat aku menyembunyikannya, tetapi ternyata ikat pinggang itu sudah lapuk, tidak berguna untuk apa pun.
13:8 Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku:
13:9 "Beginilah firman TUHAN: Demikianlah Aku akan menghapuskan kecongkakbongakan Yehuda dan Yerusalem.
13:10 Bangsa yang jahat ini, yang enggan mendengarkan perkataan-perkataan-Ku, yang mengikuti kedegilan hatinya dan mengikuti allah lain untuk beribadah dan sujud menyembah kepada mereka, akan menjadi seperti ikat pinggang ini yang tidak berguna untuk apa pun.
13:11 Sebab seperti ikat pinggang melekat pada pinggang seseorang, demikianlah tadinya segenap kaum Israel dan segenap kaum Yehuda Kulekatkan kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN, supaya mereka itu menjadi umat, menjadi ternama, terpuji dan terhormat bagi-Ku. Tetapi mereka itu tidak mau mendengar."


Mat. 13:31-35

13:31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.
13:32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya."
13:33 Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
13:34 Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka,
13:35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan."


Arti Perumpaan Biji dan Ragi

Saudara terkasih hari ini kita diajak untuk merenungkan mengenai biji dan ragi. Di mana biji yang dinyatakan Yesus adalah biji sesawi, di mana biji paling kecil di antara semua biji. Namun ketika biji itu sudah bertumbuh dan menjadi pohon. Burung pun membuat sarang di dahan-dahannya. Bayangkan, jika biji itu hanya biji, dipatuk burung pun luput, namun ketika bertumbuh, memberikan pengayoman, hidup, dan daya luar biasa. Pun Kerajaan Surga dan Allah demikian, selalu tumbuh dan berkembang.
Ragi, tidak perlu banyak untuk bisa menjadikan adonan berkembang. Kerajaan Surga itu tidak perlu banyak, tidak nampak namun berdampak, dan memberikan warna, rupa, dan rasa yang signifikan jauh lebih penting dan bermakna.
Allah itu tetap akan berkarya, bekerja, dan memberikan apapun yang diperlukan manusia, tanpa perlu tahu, apakah manusia itu melihatnya, memperhatikannya, atau menerima dan menolaknya, tidak berpengaruh pada Allah dan rencana-Nya. Di sinilah nilai spiritualitas karya dan kerja kita. Bagaimana kerja, karya, dan aktifitas kita itu bukan karena hadiah, penerimaan, atau karena memberikan penghargaan tinggi. Penghargaan bisa karena pujian, atau materi yang besar. Melakukan apapun yang tidak perlu mengharapkan akan adanya kegemparan. Dampak yang tidak terlihat itu  karya Tuhan, dan kita diharapkan demikian.
Penghargaan itu adalah bonus atas karya dan prestasi kita. Tuhan yang memulai  semuanya, apa juga pantas jika kita bermegah atas itu semua? Inilah inspirasi bagi kita akar bertumbuh di dalam kesenyapan, namun mampu memberikan dampak yang besar bagi hidup bersama. Jika tidak mampu menjadi beringin yang meneduhkan, masih bisa kog menjadi rumput hijau yang menyemarakan mata sehingga tidak letih. Jika tidak mampu menjadi angin yang menyegarkan, masih bisa menjadi angin sepoi-sepoi yang menyegarkan teriknya matahari.
Kita masing-masing memiliki peran. Tidak perlu takut bahwa kita tidak bisa berguna dalam hidup kita bersama. Memang ada yang besar, namun ada juga yang kecil. Allah memberikan kepada kita sesuai dengan kemampuan kita. Tugas kita mengembangkannya untuk bisa bermanfaat bagi hidup bersama. Ini penting, bukan hanya untuk kita sendiri.BD.eLeSHa.

Lima Roti Dua Ikan


HARI MINGGU BIASA PEKAN XVII (H)
2 Raj. 4:42-44
Mzm. 145:10-11,15-16,17-18
Ef. 4:1-6
Yoh. 6:1-15



2 Raj. 4:42-44

4:42 Datanglah seseorang dari Baal-Salisa dengan membawa bagi abdi Allah roti hulu hasil, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantong. Lalu berkatalah Elisa: "Berilah itu kepada orang-orang ini, supaya mereka makan."
4:43 Tetapi pelayannya itu berkata: "Bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini di depan seratus orang?" Jawabnya: "Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan, sebab beginilah firman TUHAN: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya."
4:44 Lalu dihidangkannyalah di depan mereka, maka makanlah mereka dan ada sisanya, sesuai dengan firman TUHAN.


Ef. 4:1-6

4:1 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.
4:2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.
4:3 Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
4:4 satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,
4:5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
4:6 satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

Yoh. 6:1-15

6:1 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias.
6:2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.
6:3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya.
6:4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.
6:5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?"
6:6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya.
6:7 Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja."
6:8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya:
6:9 "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
6:10 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.
6:11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.
6:12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang."
6:13 Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.
6:14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."
6:15 Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.



 Lima Roti Dua Ikan

Saudara terkasih, hari ini kita diajak merenungkan mengenai kebaikan hati Tuhan Yesus yang luar biasa. Kepedulian pada kebutuhan orang lain, ini yang pertama. Kedua, memberikan apa yang paling dibutuhkan anak-anak-Nya. Ketiga, tahu kualitas murid-Nya dengan baik. Keempat membangkitkan minat untuk terus mengikuti-Nya, apapun yang terjadi.
Pertama. Kepedulian Yesus jelas berorientasi pada pihak lain. bagaimana Ia yang mau menyingkir, untuk beristirahat, bukan untuk menghindari tanggung jawab, tetap tergerak untuk menyelesaikan tanggung jawab-Nya. Mereka, para pendengar-Nya, kelaparan. Di sana jauh dari mana-mana, yang bisa menyelesaikan Yesus. Yesus pun mengerjakan apa yang harus dilakukan.
Kedua, apa yang dibutuhkan itu jelas kebutuhan mendasar para pendengar. Yesus memberikan makanan bagi yang lapar. IA tidak mengatakan berdoa biar Tuhan mengutus orang baik hati, namun IA bertindak, bukan hanya berkata-kata. IA memberikan kelimpahan atas kekurangan yang awalnya menderita.
Ketiga, siapa yang diajak bicara adalah Filipus, yang memiliki kalau bahasa sekarang jaringan. Mungkin saja mereka bisa melakukan upaya dengan kondisi yang ada. Sangat rasional. Toh ia juga tidak paham jika maksud Yesus untuk menggerakan hati Filipus dengan jaringannya. Mungkin juga sangat tidak memungkinkan waktu dan kebutuhan yang sangat mendesak.
Keempat, kita bisa melihat bagaimana orang meskipun letih, lemah, dan lapar tetap mereka mengikuti-Nya. Ini karena kewibaan dan kualitas Yesus yang memang sangat menarik. Tidak ada pribadi lain. Diperjelas dan diperkuat dengan sisa roti 12 bakul penuh dan mereka kenyang. Bayangkan 5000 laki-laki, ingat anak-anak dan perempuan tidak dihitung. Jika masing-masing dengan istri dan dua anak saja, paling tidak ada 20000 orang yang makan dan kenyang.
Tentu bukan itu saja yang menjadi perhatian dan fokus permenungan kita. Makanan yang akan emmbuat lapar lagi, namun bagaimana kepedulian dan sikap berbagi yang diawali oleh Yesus. Kebaikan Yesus kepada kita tak terbatas. Jika kita egois, mau mengumpulkan dan melupakan sesama, kita jelas pribadi yang tidak tahu berterima kasih dan bersyukur. Kebaikan harus disalurkan dan kebaikan perlu untuk disampaikan kepada siapa yang lebih membutuhkan. BD.eLeSHa.





Sabtu, 28 Juli 2018

Dua Benih di Dalam Satu Ladang


Sabtu Pekan Biasa XVI (H)
Yer. 7:1-11
Mzm. 84:3,4,5-6a,8a,11
Mat. 13:24-30



Yer. 7:1-11

7:1 Firman yang datang kepada Yeremia dari pada TUHAN, bunyinya:
7:2 "Berdirilah di pintu gerbang rumah TUHAN, serukanlah di sana firman ini dan katakanlah: Dengarlah firman TUHAN, hai sekalian orang Yehuda yang masuk melalui semua pintu gerbang ini untuk sujud menyembah kepada TUHAN!
7:3 Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini.
7:4 Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN,
7:5 melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing,
7:6 tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri,
7:7 maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, dari dahulu kala sampai selama-lamanya.
7:8 Tetapi sesungguhnya, kamu percaya kepada perkataan dusta yang tidak memberi faedah.
7:9 Masakan kamu mencuri, membunuh, berzinah dan bersumpah palsu, membakar korban kepada Baal dan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal,
7:10 kemudian kamu datang berdiri di hadapan-Ku di rumah yang atasnya nama-Ku diserukan, sambil berkata: Kita selamat, supaya dapat pula melakukan segala perbuatan yang keji ini!
7:11 Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Kalau Aku, Aku sendiri melihat semuanya, demikianlah firman TUHAN.


Mat. 13:24-30

13:24 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.
13:25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.
13:26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu.
13:27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?
13:28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?
13:29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu.
13:30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."

  

Dua Benih di Dalam Satu Ladang

Saudara terkasih, hari ini kita diajak merenungkan bagaimana adanya dua benih di dalam satu ladang. Ada benih gandum yang ditebarkan namun ada juga yang menebarkan benih lalang. Mereka bertumbuh bersama, di ladang yang sama. Pekerja mengusulkan untuk mencabut lalang, karena potensi merusak gandum yang akan merusak panenan.
Pemilik ladang berpikir lain, karena jika demikian, bisa saja gandum yang memang ditanam bisa tercabut juga bersama lalang yang hendak dibuang. Pertimbangan yang baik. Peladang memikirkan dengan baik risiko dan kerusakan yang bisa timbul dari keinginan baik tersebut.
Pemiliki kebun ternyata sabar untuk memberikan kesempatan, memang hasil tidak akan maksimal, namun masih jauh lebih baik dan potensi kerusakan lebih parah masih bisa diminimalkan. Merebut humus hara dan malah dalam arti tertentu bisa membantu jalinan akarnya, namun jika dicabut jelas akan menghancurkan tanamangandum yang ditanam.
Saudara terkasih, hidup kita ini sejatinya adalah kebaikan, Tuhan menaburkan kita sebagai benih baik, ingat di dalam Kisah Penciptaan awali, Allah melihat semuanya baik adanya. Baik, tidak ada keburukan dan kejahatan. Naah hidup manusia itu ladang itu sendiri, di mana benih yang ditabur Allah sebagai hal baik itu, ternyata juga ditaburi benih buruk dari si jahat. Tidak mungkin tidak, bahwa adanya taburan beinh jahat itu sebagai bagian utuh. Tuhan akan memberikan kesempatan untuk kita bertumbuh di dalam realitas yang demikian. Kita tetap  tidak bisa memilih dan menolak kejahatan yang ditaburkan, namun kita patut bersyukur bahwa kita adalah kebaikan. Dasar kita adalah baik, dan kejabatan serta yang buruk itu sebagai “pendatang, pendompleng, dan tamu” yang akan merusak benih baik yang ada di dalam hidup kita.
Dasar kita yang baik, perlu mendapatkan porsi untuk dikembangkan, kesempatan bahwa Allah memberikan pilihan  benih jahat juga untuk bisa bertunas, bukan berarti Tuhan menghendaki bahwa kita untuk dirusak. Kita diberi kebebasan untuk mengembangkan yang mana. Luar biasa bukan Tuhan, hadir dengan kebebasan dan itu karunia yang luar biasa.
Gandum di masukan lumbung sebagai panenan, namun lalang masuk ke dalam perapian. Benih sudah tertabur, bagaimana kita mau bertumbuh itu yang membedakan ke mana kita akan bermuara. Mengikuti Tuhan masuk ke dalam lumbung dan mengembangkan si jahat masuk ke perapian sebagai konsekuensi dari si jahat. BD.eLeSHa.



Jumat, 27 Juli 2018

Penabur dan Benih


Jumat Pekan Biasa XVI (H)
Yer. 3:14-17
Yer. 31:10,11012ab,13
Mat. 13:18-23



Yer. 3:14-17

3:14 Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman TUHAN, karena Aku telah menjadi tuan atas kamu! Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Sion.
3:15 Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian.
3:16 Apabila pada masa itu kamu bertambah banyak dan beranak cucu di negeri ini, demikianlah firman TUHAN, maka orang tidak lagi akan berbicara tentang tabut perjanjian TUHAN. Itu tidak lagi akan timbul dalam hati dan tidak lagi akan diingat orang; orang tidak lagi akan mencarinya atau membuatnya kembali.
3:17 Pada waktu itu Yerusalem akan disebut takhta TUHAN, dan segala bangsa akan berkumpul ke sana, demi nama TUHAN ke Yerusalem, dan mereka tidak lagi akan bertingkah langkah menurut kedegilan hatinya yang jahat.

Mat. 13:18-23

13:18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.
13:19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
13:20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.
13:21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad.
13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."



Penabur dan Benih

Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan mengenai Penabur dan benih. Bagaimana Penabur itu menaburkan benih, ada yang jatuh pada tanah berbatu, ada yang di pinggir jalan, dan ada di tanah yang subur. Ini adalah gambaran kita di dalam menerima firman Tuhan, bagaimana memahami kebenaran Injil, kehendak Tuhan, dan keberadaan iman kita.
Film dan novel Silence, yang mengisahkan misionaris sebuah serikat di Jepang, sangat kontekstual dengan bacaan kita hari ini. Ada tiga tiga imam muda yang penasaran dengan tanah misi yang bernama Jepang, apalagi khabar yang mereka terima begitu dramatis, bahkan ironis. Pembimbing novisiat mereka dikhabarkan “hilang”, entah benar menjadi murtad dan kalah dengan rawa-rawa Jepang kala itu sebagaimana banyak imam dan umat yang lain, atau tetap dengan kesalehan dan kesuciannya sebagai magister di novisiat mereka. Murid satunya sakit dan tidak bisa menjalankan perutusan dan keinginannya. Ia tidak jadi berangkat. Dua murid yang lain bisa mengatasi laut dan maut di awal-awal dengan penuh perjuangan, penghianatan, ketakutan, dan intimidasi, serta kelaparan yang amat sangat. Harapan dan kecemasan silih berganti, dan mereka jauh pada pilihan, setia dan mati sewaktu-waktu atau mau menginjak ikon atau gambar suci dan bisa hidup terus.
Satu memilih mendampingi awam yang tetap teguh dan mati ditenggelamkan, satu lagi disiksa dengan sangat keji. Tidak dikisahkan dengan gamblang, namun pembaca dan penonton diminta untuk menemukan sendiri simpulan bagaimana si murid akhirnya ketemu dengan si guru (magister) yang menemukan betapa kejamnya rawa-rawa Jepang.
Mereka jelas menerima sabda Tuhan, pengajaran, dan bekal yang relatif sama, mereka pun berasal dari satu pendidikan terbaik  pada masanya, namun ketika penenan itu mereka menemukan “tanah” yang berbeda-beda. Ada yang tahan dengan cobaan dan memilih setia, ada yang tergoncang dan menemukan rasionalisasi atas kehendak Tuhan, dan ada yang memilih melepaskan imannya karena ketakutan akan siksaan yang keji.
Keadaan, kondisi, dan “tanah” bisa macam-macam, kita bisa hidup di mana iman kita bisa bertumbuh dengan sangat subur, atau kita menderita dengan berbagai kecurigaan, berbagai kesulitan dan tantangan. Dan itu kita tidak bisa memilih, namun bagaimana kita menjalani kehendak Tuhan dengan apapun adanya. Yang subur dan tetap menghasilkan buah, namun ada juga jatuh di tanah yang tidak subur, sikap batin di dalam menerima sabda itu menjadi pembeda. Siapa  yang takut akan keadaan dunia sama artinya dengan menolak atau tidak sanggup menjalankan kehendak Tuhan.
Saudara terkasih, Penabur telah menaburkan benih, dan bagaimana sikap kita  menerima benih itu. Menerima atau menolak. Tuhan menghendaki kita mampu menerima bukan semata dengan otak dan intelektual kita semata, namun dengan menjadikannya bagian utuh diri kita, menjadi penerang budi dan hidup kita. BD.eLeSHa.


Kamis, 26 Juli 2018

Santa Anna dan Santo Yoakim, Orangtua Santa Perawan Maria


Pw. S. Yoakim dan S. Anna, Orantua SP. Maria (P)
Sir. 44:1,10-15
Mzm. 132:11,13-14,17-18
Mat. 13:16-17




Sir. 44:1,10-15

44:1 Dan sekarang kami hendak memuji orang-orang termasyhur, para nenek moyang kita menurut urut-urutannya.
44:10 Tetapi yang berikut ini adalah orang kesayangan, yang kebajikannya tidak sampai terlupa;
44:11 semuanya tetap tinggal pada keturunannya sebagai warisan baik yang berasal dari mereka.
44:12 Keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula keadaannya.
44:13 Keturunan mereka akan tetap tinggal untuk selama-lamanya, dan kemuliaannya tidak akan dihapus.
44:14 Dengan tenteram jenazah mereka ditanamkan, dan nama mereka hidup terus turun-temurun.
44:15 Bangsa-bangsa bercerita tentang kebijaksanaannya, dan pujian mereka diwartakan jemaah.



Mat. 13:16-17

13:16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.
13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.



Santa Anna dan Santo Yoakim, Orangtua Santa Perawan Maria

Anna dan Yoakim adalah orangtua kandung Santa Perawan Maria, Bunda Yesus, Putera Allah. Keduanya dikenal sebagai keturunan raja Daud yang setia menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya serta dengan ikhlas mengasihi dan mengabdi Allah dan sesamanya. Oleh karena itu keduanya layak di hadapan Allah untuk turut serta dalam karya keselamatan Allah.
Dalam buku-buku umat Kristen abad ke-2, nama ibu Anna sangat harum. Diceritakan bahwa sejak perkawinannya dengan Yoakim, Anna tak henti-hentinya mengharapkan karunia Tuhan berupa seorang anak. Namun cukup lama ia menantikan tibanya karunia Allah itu. Sangat boleh jadi bahwa Anna sesekali menganggap keadaan dirinya yang tak dapat menghasilkan keturunan itu sebagai hukuman bahkan kutukan Allah atas dirinya, sebagaimana anggapan umum masyarakat Yahudi pada waktu itu. Karena itu diceritakan bahwa ia tak henti-hentinya tanpa putus asa berdoa kepada Allah agar kiranya kenyataan pahit itu ditarik Allah dari padanya. Setiap tahun, Anna bersama Yoakim suaminya berziarah ke Bait Allah Yerusalem untuk berdoa. Ia berjanji, kalau Tuhan menganugerahkan anak kepadanya, maka anak itu akan dipersembahkan kembali kepada Tuhan.
Syukurlah bahwa suatu hari malaikat Tuhan mengunjungi Anna yang sudah lanjut usia itu membawa warta gembira ini: "Tuhan berkenan mendengarkan doa ibu! Ibu akan melahirkan seorang anak perempuan, yang akan membawa suka cita besar bagi seluruh dunia!" Dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang besar, Anna menceritakan warta malaikat Tuhan itu kepada Yoakim. Setelah genap waktunya, lahirlah seorang anak wanita yang manis. Bayi ini diberi nama Maryam, yang kelak akan memperkandungkan Putera Allah, Yesus Kristus, Juru Selamat dunia. Bagi Anna, Maryam lebih merupakan buah rahmat Allah daripada buah koderat manusia. Kelahiran Maryam menyemarakkan bahkan menyucikan kehidupannya dan kehidupan keluarganya.
Kehidupan ibu Anna tidak diceritakan di dalam Injil-Injil. Kisah tentang hidupnya diperoleh dari sebuah cerita apokrif. Cerita ini secara erat berkaitan dengan kisah Perjanjian Lam tentang Anna, ibu Samuel. Ibu Anna dihormati sebagai pelindung kaum ibu, khususnya yang sedang hamil dan sibuk mengurus keluarganya. Orang-orang Yunani mendirikan sebuah basilik khusus di Konstantinopel pada tahun 550 untuk menghormati ibu Anna. Di kalangan Gereja Barat, Paus Gregorius XIII (1572-1585) menggalakkan penghormatan kepada ibu Anna diseluruh Gereja pada tahun 1584. Nama Yoakim dan Anna sungguh sesuai dengan maksud pilihan Allah. Yoakim berarti "Persiapan bagi Tuhan", sedangkan Anna berarti "Rahmat atau Karunia".Imankatolik.or.id