Pw.
S. Teresia dr Yesus, PrwPujG (P)
Ef.
1:15-23
Mzm.
8:2-3a,4-5,6-7
Luk.
12:8-12
Ef.
1:15-23
1:15 Karena itu, setelah aku
mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua
orang kudus,
1:16 aku pun tidak berhenti
mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku,
1:17 dan meminta kepada Allah
Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan
kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.
1:18 Dan supaya Ia menjadikan
mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam
panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi
orang-orang kudus,
1:19 dan betapa hebat
kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya,
1:20 yang dikerjakan-Nya di
dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan
Dia di sebelah kanan-Nya di sorga,
1:21 jauh lebih tinggi dari
segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama
yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang
akan datang.
1:22 Dan segala sesuatu telah
diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat
sebagai Kepala dari segala yang ada.
1:23 Jemaat yang adalah
tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
Luk.
12:8-12
12:8 Aku berkata kepadamu:
Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan
mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah.
12:9 Tetapi barangsiapa
menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat
Allah.
12:10 Setiap orang yang
mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa
menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni.
12:11 Apabila orang
menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan
penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu
katakan untuk membela dirimu.
12:12 Sebab pada saat itu
juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan."
Teresia
dari Yesus
Di
antara para wanita kudus di dalam sejarah Gereja, tak diragukan lagi St. Teresa
dari Avila adalah orang yang menanggapi Kristus dengan hati yang
bernyala-nyala. Ia dipanggil untuk menjadi sahabat Kristus. Teresa juga membuka
jalan-jalan baru bagi kesetiaan dan pelayanan kepada Bunda Gereja yang kudus.
Masa
Kanak-kanak dan Remaja
Teresa
lahir di Avila, Spanyol pada tanggal 28 Maret 1515. Ayahnya bernama Alonso
Sanchez de Cepeda. Ibunya Beatrice de Ahumada berasal dari keluarga bangsawan
yang beriman teguh akan Kristus. Sejak kecil Teresa sudah mendapatkan
pendidikan yang baik dari keluarganya. Teresa memiliki seorang kakak perempuan,
4 orang kakak laki-laki dan 6 orang adik. Ibu Beatrice adalah istri ke-2. Istri
pertama Alonso telah meninggal sebelum Alonso menikah dengan Ibu Beatrice, dan
melahirkan 3 orang anak. Sejak kecil Teresa sering membicarakan Tuhan bersama
kakaknya yang berusia 4 tahun lebih tua, yaitu Rodrigo. Keduanya sangat akrab
dan memiliki hobi membaca mengenai kehidupan Santo/Santa.
Mereka
mengagumi orang-orang kudus yang untuk selamanya dapat berjumpa dengan Allah.
Pada waktu berusia 7 tahun Teresa sudah berkeinginan untuk menjadi seorang
martir, karena menurut anggapannya pada waktu itu, menjadi martir adalah jalan
yang tercepat dan termudah menuju surga. Oleh karena itu, Teresa mengajak
Rodrigo untuk pergi ke daerah orang Mur yang kafir, dengan harapan agar mereka
dipenggal kepalanya sehingga menjadi martir. Akan tetapi, di tengah perjalanan
menuju daerah orang Mur, mereka bertemu dengan paman mereka di perbatasan kota.
Maka rencana mereka pun diurungkan oleh sang paman yang segera mengantar mereka
kembali ke rumah.
Pada saat Teresa berusia kurang lebih empat belas tahun, ibunya meninggal. Dengan penuh kesedihan dia berlutut di hadapan patung Bunda Maria saat ditinggal pergi oleh ibunya. Ia memohon agar sejak saat itu Bunda Maria menjadi Bunda pelindungnya. Karena ketulusan hati dan imannya, sejak saat itu segala permohonan doanya melalui perantaraan Bunda Maria selalu dikabulkan dan mendapatkan apa yang didoakan.
Pada saat Teresa berusia kurang lebih empat belas tahun, ibunya meninggal. Dengan penuh kesedihan dia berlutut di hadapan patung Bunda Maria saat ditinggal pergi oleh ibunya. Ia memohon agar sejak saat itu Bunda Maria menjadi Bunda pelindungnya. Karena ketulusan hati dan imannya, sejak saat itu segala permohonan doanya melalui perantaraan Bunda Maria selalu dikabulkan dan mendapatkan apa yang didoakan.
Ketika
remaja Teresa memiliki penampilan yang cantik dan menarik menyerupai ibunya.
Pembawaannya juga cerdas, berbakat, dan lincah. Di Avila kecantikan Teresa
sangat memikat setiap orang di sekitarnya, apalagi Teresa memiliki pribadi yang
menarik, ramah, dan halus perasaannya. Banyak pemuda senang bergaul dan
tertarik pada Teresa sehingga ayahnya menjadi cemas dan kemudian menitipkan
Teresa di biara Santa Maria Bunda Kerahiman di Avila. Biara ini didirikan pada
tahun 1508 dan terkenal karena suasananya yang suci, baik, dan tenang.
Keluarga-keluarga yang terkemuka di kota Avila, dengan kepercayaan penuh,
menyerahkan anak gadisnya kepada para suster Agustines itu untuk dididik di
asrama susteran. Di sana Teresa mengalami pertobatan dan menyadari segala
kelemahannya. Dan sejak tinggal di asrama Susteran itu, Teresa rajin mengikuti
kegiatan doa di asrama juga setia melakukan doa rosario.
Saat
tinggal di asrama Teresa cukup kerasan karena dia merasakan sudah terbebas dari
kesia-siaan duniawi dan ia berkeinginan untuk memusatkan hati dan pikirannya
kepada Tuhan. Namun, saat itu dia belum memiliki ketertarikan pada panggilan
hidup membiara karena masih beranggapan hidup membiara itu menakutkan dan
membosankan. Pandangan ini berubah saat dia bergaul akrab dengan ibu asramanya
Sr. Maria Briceno. Teresa sering bercakap-cakap dengannya dan mencurahkan
segala isi hatinya kepada Sr. Maria Briceno. Tuhan memakai suster ini untuk
menerangi hati dan pikiran Teresa. Suster Maria sering bercerita mengenai
kebahagiaan rohani yang disediakan Tuhan bagi mereka yang melepaskan
segala-galanya demi cinta kepada Tuhan. Teresa pun mulai terbuka akan rahmat
Tuhan. Setelah tinggal kira-kira satu setengah tahun di asrama, Teresa minta
didoakan oleh Suster Maria agar Tuhan menunjukkan panggilan hidupnya karena
Teresa memiliki kerinduan untuk mengabdi kepada Tuhan secara khusus.
Menjadi
Biarawati dan Saat Berahmat yang Dialaminya
Pada
saat berusia 20 tahun, Teresa diterima di Biara Karmel Avila, Spanyol.
Keputusan untuk memasuki biara ini begitu mantap, meskipun pada mulanya ayahnya
tidak mengizinkan putri kesayangannya itu menjadi seorang biarawati. Akan
tetapi, cinta Teresa bagi Tuhan tak dapat dikalahkan oleh cintanya terhadap
ayah dan keluarganya.
Teresa
sangat berbahagia berada di biara Karmel, dan kebahagiaan Teresa mencapai
puncaknya setelah mengikrarkan kaul kebiaraannya. Sayangnya tak lama kemudian,
meskipun jiwa Teresa rela mengikuti Tuhan, tubuhnya lemah. Teresa mengalami
sakit keras dan menjadi lumpuh, bahkan hampir dijemput maut. Dalam penderitaan
sakitnya itu Teresa semakin mendekatkan diri pada Tuhan. Pada saat-saat itu ia
dikaruniai banyak rahmat oleh Tuhan. Di antaranya ialah kesabaran yang tidak
tergoncangkan oleh penderitaan yang dialaminya. Dia senantiasa mengucap syukur
dan terimakasih kepada Tuhan dan para suster yang merawatnya. Di dalam sakit
lumpuh yang dideritanya beberapa tahun itu, Teresa banyak merenungkan
tulisan-tulisan St. Gregorius, ajaran-ajaran Santo Hieronimus dan juga membaca
buku-buku karangan santo Agustinus. Cinta kasih kepada Tuhan dan sesamanya
semakin berkobar, sehingga ia juga banyak berdoa bagi pertobatan orang-orang
berdosa. Selama sakitnya itu, Teresa juga bersahabat denga pamannya, Don Pedro.
Ia diberi sebuah buku tentang doa mistik: Abjad Ketiga, karangan Osuna. Buku
ini membimbing Teresa kepada doa kontemplasi.
Selain
itu, di dalam sakitnya ini Tuhan menganugerahkan kepada Teresa kesetiaan dalam
doa keheningan batin dan mengangkat jiwanya kepada doa persatuan. Pengalaman
doa Teresa ini menghasilkan kemajuan rohani yang besar. Meski lumpuh, ia tetap
setia menghadiri Misa Kudus untuk memohon kesembuhan bagi dirinya. Ia juga
secara khusus ia setiap hari memohon doa kepada Santo Yosef dan Bunda Maria
untuk membebaskan ia dari segala kelemahan dan penyakitnya.
Oleh karena kebaikan Tuhan, akhirnya Teresa mengalami mujizat yang membuat orang-orang di sekelilingnya terheran-heran. Teresa mengalami kesembuhan kendatipun amat perlahan-lahan dan disertai amat banyak penderitaan sampai-sampai terkadang ia harus merangkak menyeret tubuhnya di lantai. Namun pada akhirnya, ia dapat bangun dan berdiri lalu berjalan. Kesehatan Teresa dipulihkan oleh Tuhan berkat bantuan doa dari Santo Yosef dan Bunda Maria.
Oleh karena kebaikan Tuhan, akhirnya Teresa mengalami mujizat yang membuat orang-orang di sekelilingnya terheran-heran. Teresa mengalami kesembuhan kendatipun amat perlahan-lahan dan disertai amat banyak penderitaan sampai-sampai terkadang ia harus merangkak menyeret tubuhnya di lantai. Namun pada akhirnya, ia dapat bangun dan berdiri lalu berjalan. Kesehatan Teresa dipulihkan oleh Tuhan berkat bantuan doa dari Santo Yosef dan Bunda Maria.
Setelah
mengalami kesembuhan kesucian Teresa semakin meningkat. Dorongan yang kuat
untuk lebih mengabdi Tuhan semakin berkobar dalam hatinya. Teresa senantiasa
mengucap syukur atas kesembuhannya dan tidak pernah jemu mengajak orang-orang
untuk menghormati keluarga suci dari Nazareth yaitu Santo Yosef dan Bunda Maria
yang telah menjadi perantara doa-doa untuk kesembuhannya.
Teresa
sebagai Reformatris dan Pendiri Biara-biara
Teresa
adalah seorang reformatris yang melahirkan pembaharuan Karmel. Di tempat biara
yang lama peraturan-peraturan bersifat longgar, sehingga para tamu mengalir ke
biara tak kunjung henti. Teresa terlibat juga dengan para tamu itu karena
Teresa cukup disukai dan dikenal. Namun, ternyata bagi Teresa semua hal itu
hanyalah pemborosan waktu belaka. Doa dan persatuan dengan Tuhan lebih memikat
hatinya. Teresa merasakan perlunya cara hidup yang lebih tertutup.
Dengan
mengalami banyak tantangan dari berbagai pihak, akhirnya berdirilah sebuah
biara yang baru. Sifat biara yang diperbaharui oleh Teresa ini kecil, miskin,
tertutup, dan juga disiplin. Biara pertama didirikan tanggal 24 Agustus 1562,
dan diserahkan ke dalam perlindungan St. Yosef. Selanjutnya Teresa mengelilingi
seluruh Spanyol dan mendirikan biara-biara lain. Berkat keuletan Teresa dan
dukungan dari Bapa Suci yang mendukung usaha pembaharuan ini, dalam dua tahun
berdirilah 17 biara. Selain itu, dia juga menyediakan rumah-rumah untuk
kontemplasi pribadi bagi yang tertarik.
Teresa
juga diberi izin oleh pimpinan biara untuk memperbaharui ordo Karmel pria.
Memang pada masa itu sedang terjadi kebobrokan para imam. Rupanya Tuhan juga
menghendaki pembaharuan tersebut, karena bersamaan pada waktu Teresa hendak
memperbaharui ordo Karmel, ada seorang imam Karmelit muda yang sangat
bersemangat untuk menjalani kehidupan Karmel yang lebih serius. Imam muda ini
merasa apa yang dicita-citakan olehnya tidak ditemukan dalam ordonya. Tadinya
ia bermaksud untuk pindah ke Biara Kartusia, suatu pertapaan yang amat keras,
namun Tuhan mempertemukan imam muda ini dengan Teresa Avila. Imam muda ini tak
lain adalah St. Yohanes dari Salib.
Biara
pertama untuk para imam Karmel ini didirikan tahun 1568 di sebuah desa kecil
Duruelo, Spanyol dengan dua penghuni, yaitu Antonius dari Yesus dan Yohanes
dari salib. Kelak Yohanes Salib dipandang Teresa sebagai orang yang kudus
karena mencapai tingkat kerohanian yang amat tinggi. Kepada para susternya,
Teresa menganjurkan untuk memilih Yohanes Salib sebagai pembimbing rohani
karena saat itu bimbingannyalah yang terbaik dan teraman.
Beberapa
Karya dan Ajaran Teresa Avila
Selama
hidupnya di biara, Teresa banyak menulis karangan, di antaranya riwayat
hidupnya, Jalan Kesempurnaan, dan Puri Batin. Beberapa karyanya yang ia tulis
merupakan buah ketaatannya kepada Bapa Pengakuannya yang meminta ia untuk
menulis.
"Riwayat
Hidup" mengisahkan tentang kerahiman Allah terhadap diri Teresa. Dia
menceritakan kejadian-kejadian penting di masa hidupnya. Isi dari buku ini
lebih ditekankan pada pembahasan tentang doa. Bagi orang yang berniat untuk
belajar mengenai doa bisa sangat terbantu dengan membaca buku ini.
"Puri
Batin" melukiskan tentang perjalanan rohani seseorang. Di dalam buku ini,
perjalanan doa diumpamakan seperti seseorang yang akan memasuki suatu puri atau
istana. Banyak kesulitan dan rintangan yang harus dilaluinya sebelum sampai di
ruang pusat, yaitu tempat Raja bersemayam. Maksud dari pelukisan seperti itu
adalah bahwa untuk mencapai persatuan doa yang mesra dengan Allah yang melebihi
segala kebahagiaan duniawi, orang harus melalui pintu doa, dengan mengatasi
segala kesulitan dan rintangan. Karya ini merupakan penyempurnaan dari karangan
yang sudah ditulis sebelumnya, yaitu: "Jalan Kesempurnaan".
"Jalan
Kesempurnaan" ditulis oleh Teresa bagi suster-susternya dari biara
pertama, Biara Santo Yosef di Avila. Tulisan ini didasari renungan-renungannya
tentang doa Bapa Kami.
Karya-karya
Teresa Avila mampu menyentuh hati para uskup dan Imam agar tetap memperbaharui
keinginan dan kebijaksanaan serta kekudusan sehingga menjadi 'cahaya Gereja'.
Dia juga mengajak kaum religius untuk mengikuti nasihat Injil dengan sempurna,
serta mengobarkan gairah kaum awam Kristen dengan ajarannya tentang doa dan
cinta kasih, cara universal menuju kekudusan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
St. Teresa Avila, "Doa bukanlah banyak berpikir, tetapi banyak
mencinta."
Teresa meninggal pada tanggal 15 Oktober 1582. Digelarkan menjadi orang Kudus oleh Gereja tanggal 12 Maret 1622, dan juga diberi gelar Pujangga Gereja putri pertama tanggal 27 September 1970.
Beberapa Teladan Hidup Santa Teresa
Teresa meninggal pada tanggal 15 Oktober 1582. Digelarkan menjadi orang Kudus oleh Gereja tanggal 12 Maret 1622, dan juga diberi gelar Pujangga Gereja putri pertama tanggal 27 September 1970.
Beberapa Teladan Hidup Santa Teresa
Seringkali
orang waktu menderita sakit mengalami pemberontakan bahkan keputusasaan. Juga
dalam hidup doa adakalanya merasa kering secara rohani. Semoga dengan mengikuti
teladan dan ajaran Teresa orang-orang dimampukan untuk menggunakan masa
sakitnya dengan tujuan mencari kesempurnaan hidup sehingga menganggap penyakit
adalah suatu rahmat yang dikehendaki Tuhan dan dapat membawakan hal-hal yang
baik bagi jiwa seseorang . Juga tetap setia dalam kekeringan doanya dan selalu
berusaha mencari kehendak Tuhan.
Teresa
Avila memiliki penghormatan yang besar kepada Santo Yosef dan Bunda Maria dan
senantiasa mengucap syukur atas kesembuhan yang dialaminya berkat perantaraan
doa-doa mereka. Teresa Avila senantiasa mengingat dan merenungkan kesetiaan
Bunda Maria dan Santo Yosef yang sudah memelihara Yesus, juga menghadapi
penderitaan dan kepahitan yang dialami oleh keluarga Nazaret ini. Marilah kita
juga mengingat saat bayi Yesus dilahirkan. Ketika itu Maria dan Yosef harus
mengalami krisis, ketakutan dan kecemasan karena bayi Yesus akan dibunuh oleh
Raja Herodes. Maria dan Yosef harus pergi melewati padang gurun menembus pekat
dan dinginnya malam dengan memeluk bayi Yesus. Maria dan Yosef selalu mencari
dan melakukan kehendak Allah Bapa-Nya.
Bagi Anda yang mungkin saat ini sedang mengalami krisis, ketakutan, atau kecemasan karena situasi yang tak menentu di dalam kehidupan ini: marilah kita belajar dan merenungkan kehidupan Santo Yosef dan Bunda Maria yang memeluk bayi Yesus, yang tidak pernah lalai untuk mencari dan melakukan kehendak Allah dalam segala kesulitan dan penderitaan mereka, sebagaimana yang dilakukan juga oleh Teresa dari Avila. BD.eLeSHa.
Bagi Anda yang mungkin saat ini sedang mengalami krisis, ketakutan, atau kecemasan karena situasi yang tak menentu di dalam kehidupan ini: marilah kita belajar dan merenungkan kehidupan Santo Yosef dan Bunda Maria yang memeluk bayi Yesus, yang tidak pernah lalai untuk mencari dan melakukan kehendak Allah dalam segala kesulitan dan penderitaan mereka, sebagaimana yang dilakukan juga oleh Teresa dari Avila. BD.eLeSHa.
Sumber:
www.carmelia.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar