Senin, 24 Oktober 2016

Barang Siapa Merendahkan Diri akan Ditinggikan

HARI MINGGU BIASA PEKAN XXX (H)
Sir. 35:12-14,16-18
Mzm. 34:2-3,17-18,19-23
2 Tim. 4:6-8,16-18
Luk. 18:9-14


Sir. 35:12-14,16-18

35:12 Sebab Tuhan adalah Hakim, yang tidak memihak.
35:13 Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin, tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-Nya.
35:14 Jeritan yatim piatu tidak diabaikan-Nya, ataupun jeritan janda yang mencurahkan permohonannya.
35:16 Tuhan berkenan kepada siapa yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya, dan doanya naik sampai ke awan.
35:17 Doa orang miskin menembusi awan, dan ia tidak akan terhibur sampai mencapai tujuannya.
35:18 Ia tidak berhenti hingga Yang Mahatinggi memandangnya, dan memberikan hak kepada orang benar dan menjalankan pengadilan.


2 Tim. 4:6-8,16-18

4:6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
4:8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
4:16 Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku -- kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka --,
4:17 tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa.
4:18 Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.


Luk. 18:9-14

18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.



Barang Siapa Merendahkan Diri akan Ditinggikan

Saudara terkasih, bacaan hari ini sangat menarik dan sangat kontekstual bagi hidup kita bersama. Bagaimana sering kita merasa lebih besar, lebih dari pada orang lain, dan akan marah ketika direndahkan. Hal yang sangat manusiawi yang sering tidak kita sadari, apalagi ketika telah menjadi karakter bahkan budaya.
Apa yang dijadikan ilustrasi di atas adalah, cerminan bagi kita, mirip Farisi itu atau mirip si pendosa. Kita sebagai manusia sering jatuh bangun, ganti berganti, kadang merasa rendah hati namun tidak jarang menjadi tinggi hati. Sikap dua orang yang berdosa itu adalah apanya kita. Kita ini adalah mereka itu yang sering menepuk dada bahkan di hadapan Tuhan, namun juga tidak jarang bersikap sebaliknya dengan sikap rendah hati dan tahu diri.
Saudara terkasih sikap orang Farisi yang legalis, taat dan benar secara huku ternyata tidak benar di hadapan Allah, karena sikap mereka yang merendahkan orang lain yang tidak seperti dirinya. Selain menilai rendah orang lain, ia juga merasa bahwa Tuhan layak memberikan balasan yang setimpal. Sikap berpamrih bahwa tindakan religius tidak patut jika menghendaki balasan.
Kerendahan hati memperlengkapi tindakan yang dilakukan, tidak cukup hanya perbuatan baik, namun motivasinya buruk, egoisme, dan mengarahkan kepada diri sendiri. Keselamatan itu berkaitan dengan belas kasih dan berkat Allah bukan semata perbuatan baik kita semata.

Pilihan ada di tangan kita, kesadaran akan belas kasih Allah jangan terkalahkan egoisme manusiawi kita. Rendah hati di hadapan sesama dan Tuhan Allah tentunya. BD.eleSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar