Jumat, 21 Oktober 2016

Pandai Menilai Zaman

Jumat Biasa pekan XXIX (H)
Ef. 4:1-6
Mzm. 24:1-2,3-4ab, 5-6
Luk. 12:54-59


Ef. 4:1-6

4:1 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.
4:2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.
4:3 Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
4:4 satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,
4:5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
4:6 satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.


Luk. 12:54-59

12:54 Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi.
12:55 Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi.
12:56 Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?
12:57 Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?
12:58 Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara.
12:59 Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."



Pandai  Menilai Zaman

Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan bagaimana menilai zaman. Kemarin kita diajak untuk merenungkan kedatangan Yesus yang membawa perpisahan. Artinya ada dalam konteks bagaimana dan itu yang perlu kita cermati. Kisah dalam sabda Tuhan menggunakan ilustrasi bagaimana membaca tanda-tanda alam itu mudah, demikian juga bersikap dalam menghadapi orang lain.
Ada ungkapan dalamnya lautan bisa diukur, namun hati orang siapa bisa menduga. Hal ini persis dengan yang disampaikan Yesus. Bersiasat, bersikap dengan baik, bukan dalam arti munafik, mencari aman atau keuntungan sendiri, namun justru mendapatkan apa yang seharusnya diperoleh.
Salah dalam bersikap bisa justru merugikan dan malah tidak membawa kepada seharusnya diperoleh. Contoh, jika menghadapi orang fundamentalis kita melawan dengan frontal, apa yang kita peroleh? Bukankah itu mati konyol? Tidak dalam arti bahwa kita takut atau tidak berani mempertahankan iman kita, namun bahwa kita mengukur diri kita. Mampu atau tidak menghadapi itu? Berbeda dengan ketika kita mengalah dengan mengingkari iman kita dengan menyesuaikan dengan ajaran lain demi aman kita. Tidak dalam hal ini. Jika kita tidak bisa berbuat lebih banyak dengan sikap kita, apa untungnya coba? Malah rugi bukan?
Era demikian, zaman akhir begini, dan salah satu konsekuensi ikut Yesus itu bukan jalan yang enak dan nyaman bukan? Salah satunya adalah itu. Akan datang penyesat yang harus bisa kita hadapi dengan baik. Bahasa Jawa memberikan bahasa ngeli nanging ora keli. BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar