Sabtu, 29 Oktober 2016

Ajaran Merendahkan Diri

Sabtu Biasa Pekan XXX (H)
Fil. 1:18-26
Mzm. 42:2,3,5bcd
Luk. 14:1,7-11



Fil. 1:18-26

1:18 Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita,
1:19 karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus.
1:20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.
1:21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
1:22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
1:23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh lebih baik;
1:24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.
1:25 Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman,
1:26 sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.


Luk. 14:1,7-11

14:1 Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
14:7 Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
14:8 "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu,
14:9 supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.
14:10 Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.
14:11 Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."



Ajaran Merendahkan Diri

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja menawarkan kepada kita untuk sejenak merenungkan Sabda-Nya mengenai merendahkan diri. Ia mengatakan, barang siapa merendahkan diri akan ditinggikan, dan barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan.
Apa yang kit saksikan dalam keseharian sering kita jatuh, terpengaruh pada godaan cinta diri berlebihan, sehingga tanpa sadar meninggikan diri. Apa yang kita lakukan ini justru membuat kita diturunkan bukan karena Allah pendendam, namun sikap kita tidak pantas, apalagi jika kita meninggikan diri di depan Tuhan. Penyakit dunia ini sering lembut menghayutnya, sehingga kita abai dan terlena dan kemudian menjadi tinggi hati, sombong, dan merendahkan orang lain.
Perumpamaan yang Tuhan pakai ialah, karena banyaknya orang yang merasa terhormat dan memilih duduk di depan dalam perjamuan makan. Inilah dasar pengajaran-Nya, bagaimana orang berebut merasa pantas dan ketika diminta pindah, apa tidak lebih malu? Tuhan menghendaki kita tahu diri, bukan rendah diri dan minder, namun menempatkan diri kita tidak berlebihan.
Paus Fransiskus menujukkan sikap itu dalam banyak kejadian. Usai terpilih menjadi Uskup Roma dan Paus, beliau memilih ikut bis rombongan para kardinal, bukan mobil khusus Paus. Sebelum memberikan berkat perdana, beliau memohon umat mendoakannya agar mampu menjalankan perutusannya. Ia juga memohonkan ampun atas rekan-rekan kardinal yang telah memilihnya. Beliau sudah membeli tiket kepulangannya ke Argentina, artinya sama sekali tidak berhasrat, berpikirpun tidak kalau akan tetap tinggal di Vatikan yang tidak perlu tiket pulang.

Saudara terkasih, pilihan untuk tinggi hati atau rendah hati, baik di depan sesama atau Tuhan. Itu kita yang menentukan jika kita hidup bersama Tuhan, tentu memilih bersikap rendah hati. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar