Rabu, 15 Juni 2016

Kewajiban Keagamaan

Rabu Biasa Pekan XI (H)
2 Raj. 2:1,6-14
Mzm. 31:20,21,24,
Mat. 6:1-6,16-18



2 Raj. 2:1,6-14

2:1 Menjelang saatnya TUHAN hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai, Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal.
2:6 Berkatalah Elia kepadanya: "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke sungai Yordan." Jawabnya: "Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau." Lalu berjalanlah keduanya.
2:7 Lima puluh orang dari rombongan nabi itu ikut berjalan, tetapi mereka berdiri memandang dari jauh, ketika keduanya berdiri di tepi sungai Yordan.
2:8 Lalu Elia mengambil jubahnya, digulungnya, dipukulkannya ke atas air itu, maka terbagilah air itu ke sebelah sini dan ke sebelah sana, sehingga menyeberanglah keduanya dengan berjalan di tanah yang kering.
2:9 Dan sesudah mereka sampai di seberang, berkatalah Elia kepada Elisa: "Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu." Jawab Elisa: "Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu."
2:10 Berkatalah Elia: "Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi."
2:11 Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.
2:12 Ketika Elisa melihat itu, maka berteriaklah ia: "Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!" Kemudian tidak dilihatnya lagi, lalu direnggutkannya pakaiannya dan dikoyakkannya menjadi dua koyakan.
2:13 Sesudah itu dipungutnya jubah Elia yang telah terjatuh, lalu ia berjalan hendak pulang dan berdiri di tepi sungai Yordan.
2:14 Ia mengambil jubah Elia yang telah terjatuh itu, dipukulkannya ke atas air itu sambil berseru: "Di manakah TUHAN, Allah Elia?" Ia memukul air itu, lalu terbagi ke sebelah sini dan ke sebelah sana, maka menyeberanglah Elisa.

Mat. 6:1-6,16-18

6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
6:5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
6:16 "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
6:18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."


Kewajiban Keagamaan

Saudara terkasih, hari ini kita diajak oleh Gereja untuk melihat bagaimana keutamaan kita sebagai orang beriman yaitu, berdoa, bederma, dan berpuasa. Bagaimana sikap kita itu berkenan kepada Allah atau hanya mendapatkan pujian sebagaimana orang munafik. Yesus menasihatkan agar kita di dalam melakukan hal tersebut bisa bertindak tidak seperti orang munafik.
Pertama mengenai derma atau membantu orang lain. Yesus mengajak kita untuk melakukan bukan demi popularitas namun meringankan beban orang lain. Yesus tidak menghilangkan keutamaan religius itu. Lihat apa yang dikritik adalah perilaku orangnya atau perbuatannya, bukan pribadinya. Bantuan diberikan dengan tulus sebagai perwujudan kasih.
Kedua mengenai doa, komunikasi sebagai sarana berkomunikasi yang mendalam dengan Tuhan Allah sering malah dijadikan komoditi atau alat untuk mencari nama diri dan kebanggaan diri. Berdoa untuk mendapatkan pujian, mencari ketenaran diri, dan biasa ditampilkan di rumah ibadat, pasar, atau jalan-jalan. Doa sudah meleset dari esensi yang baik. Yesus mengajak para murid untuk berdoa di dalam kamar. Doa yang tersembunyi dan tidak bertele-tele.
Ketiga, puasa, bukan menunjukkan ibadah kepada semua orang, namun untuk menampilkan diri sebagai pribadi yang sanggup untuk tidak menjadikan diri sendiri dan kebutuhan diri sebagai satu-satunya yang harus dikejar dan dipenuhi. Puasa menjadi jalan pengosongan diri, asketisme yang menyuburkan hidup seorang beriman. Yesus mengajak para murid kalau berpuasa bukan untuk ditonton orang.
Yesus mengajak para murid untuk berbuat kebaikan itu bukan untuk tontonan orang lain, pamer, atau berperilaku munafik, namun biar Tuhan Allah yang tahu. Hal yang sangat konkret dan relevan untuk menjadi pelajaran bersama bagi kita hingga hari ini. BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar