Kamis
Pekan Biasa I (H)
1
Sam. 4:1-11
Mzm.
44:10-11,14-15,24-25
Mrk.
1:40-45
1
Sam. 4:1-11
4:1a Dan perkataan Samuel
sampai ke seluruh Israel.
4:1b Orang Israel maju
berperang melawan orang Filistin dan berkemah dekat Eben-Haezer, sedang orang
Filistin berkemah di Afek.
4:2 Orang Filistin mengatur
barisannya berhadapan dengan orang Israel. Ketika pertempuran menghebat,
terpukullah kalah orang Israel oleh orang Filistin, yang menewaskan kira-kira
empat ribu orang di medan pertempuran itu.
4:3 Ketika tentara itu
kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: "Mengapa TUHAN
membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita
mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang ke tengah-tengah
kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita."
4:4 Kemudian bangsa itu
menyuruh orang ke Silo, lalu mereka mengangkat dari sana tabut perjanjian TUHAN
semesta alam, yang bersemayam di atas para kerub; kedua anak Eli, Hofni dan
Pinehas, ada di sana dekat tabut perjanjian Allah itu.
4:5 Segera sesudah tabut
perjanjian TUHAN sampai ke perkemahan, bersoraklah seluruh orang Israel dengan
nyaring, sehingga bumi bergetar.
4:6 Dan orang Filistin yang
mendengar bunyi sorak itu berkata: "Apakah bunyi sorak yang nyaring di
perkemahan orang Ibrani itu?" Ketika diketahui mereka, bahwa tabut TUHAN
telah sampai ke perkemahan itu,
4:7 ketakutanlah orang
Filistin, sebab kata mereka: "Allah mereka telah datang ke perkemahan
itu," dan mereka berkata: "Celakalah kita, sebab seperti itu belum
pernah terjadi dahulu.
4:8 Celakalah kita! Siapakah
yang menolong kita dari tangan Allah yang maha dahsyat ini? Inilah juga Allah,
yang telah menghajar orang Mesir dengan berbagai-bagai tulah di padang gurun.
4:9 Kuatkanlah hatimu dan
berlakulah seperti laki-laki, hai orang Filistin, supaya kamu jangan menjadi
budak orang Ibrani itu, seperti mereka dahulu menjadi budakmu. Berlakulah
seperti laki-laki dan berperanglah!"
4:10 Lalu berperanglah orang
Filistin, sehingga orang Israel terpukul kalah. Mereka melarikan diri
masing-masing ke kemahnya. Amatlah besar kekalahan itu: dari pihak Israel gugur
tiga puluh ribu orang pasukan berjalan kaki.
4:11 Lagipula tabut Allah
dirampas dan kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas.
Mrk.
1:40-45
1:40 Seorang yang sakit kusta
datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya,
katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."
1:41 Maka tergeraklah
hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu
dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
1:42 Seketika itu juga
lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
1:43 Segera Ia menyuruh orang
itu pergi dengan peringatan keras:
1:44 "Ingatlah,
janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun,
tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk
pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi
mereka."
1:45 Tetapi orang itu pergi
memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak
dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di
tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala
penjuru.
Aku
mau, jadilah engkau tahir.
Saudara terkasih, penyembuhan dalam bacaan atau
perikopa ini sejatinya hanya menjadi gambaran bagaimana pandangan Tuhan dan
dunia yang sering berbeda. Pertama, soal kesembuhan Yesus mengajak mereka untuk
melaporkan kepada yang berhak dan berwenang. Birokratis keagamaan yang ada dan
itu ditaati Yesus. Kedua, bagaimana keinginan Yesus itu untuk melindungi
karya-Nya agar bisa berjalan lancar. Ada pemikiran jangka panjang agar tidak
terhalang oleh pengetahuan yang belum cukup dan benar saja, langung malah
dicari dan itu menyulitkan. Ketiga, kebanggaan dan ketenaran menjadi pilihan
dunia, sedang Tuhan menghendaki adanya perbaikan dan perubahan bukan semata
ketenanaran dengan bukti banyaknya murid dan yang mengikuti-Nya.
Saudara terkasih, kita ada di dunia, cara kerja
dunia adalah juga cara kerja dan pilihan kita. Kita sering lupa rencana Tuhan
dan kehendak-Nya. Kita lebih suka pikiran kita sendiri, yang sejatinya adalah
sempit dan terbatas, namun sering melupakan pemikiran dan rancangan Tuhan yang
lebih luas dan tidak terbatas itu. Keterbatasan manusiawi itu yang sering
justru memperkeruh keadaan, sebagaimana Tuhan justru terhambat dalam karya
khabar gembira-Nya.
Saudara terkasih, kita perlu melihat, menimbang,
dan merenungkan dalam perilaku, keputusan, dan apa yang kita lakukan tersebut
itu, lebih menjadi sarana Khabar Gembira lebih diwartakan atau justru
menghambat? Hambatan bisa karena keinginan kita tenar, dapat nama baik, dan
lebih mendapatkan keuntungan dan kebanggaan diri. Ketika kita mencari
keuntungan diri kita lebih memilih dunia daripada memilih Tuhan dalam hidup
kita. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar