Kamis, 14 Januari 2016

Aku mau, jadilah engkau tahir.

Kamis Pekan Biasa I (H)
1 Sam. 4:1-11
Mzm. 44:10-11,14-15,24-25
Mrk. 1:40-45


1 Sam. 4:1-11

4:1a Dan perkataan Samuel sampai ke seluruh Israel.
4:1b Orang Israel maju berperang melawan orang Filistin dan berkemah dekat Eben-Haezer, sedang orang Filistin berkemah di Afek.
4:2 Orang Filistin mengatur barisannya berhadapan dengan orang Israel. Ketika pertempuran menghebat, terpukullah kalah orang Israel oleh orang Filistin, yang menewaskan kira-kira empat ribu orang di medan pertempuran itu.
4:3 Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: "Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita."
4:4 Kemudian bangsa itu menyuruh orang ke Silo, lalu mereka mengangkat dari sana tabut perjanjian TUHAN semesta alam, yang bersemayam di atas para kerub; kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, ada di sana dekat tabut perjanjian Allah itu.
4:5 Segera sesudah tabut perjanjian TUHAN sampai ke perkemahan, bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar.
4:6 Dan orang Filistin yang mendengar bunyi sorak itu berkata: "Apakah bunyi sorak yang nyaring di perkemahan orang Ibrani itu?" Ketika diketahui mereka, bahwa tabut TUHAN telah sampai ke perkemahan itu,
4:7 ketakutanlah orang Filistin, sebab kata mereka: "Allah mereka telah datang ke perkemahan itu," dan mereka berkata: "Celakalah kita, sebab seperti itu belum pernah terjadi dahulu.
4:8 Celakalah kita! Siapakah yang menolong kita dari tangan Allah yang maha dahsyat ini? Inilah juga Allah, yang telah menghajar orang Mesir dengan berbagai-bagai tulah di padang gurun.
4:9 Kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki, hai orang Filistin, supaya kamu jangan menjadi budak orang Ibrani itu, seperti mereka dahulu menjadi budakmu. Berlakulah seperti laki-laki dan berperanglah!"
4:10 Lalu berperanglah orang Filistin, sehingga orang Israel terpukul kalah. Mereka melarikan diri masing-masing ke kemahnya. Amatlah besar kekalahan itu: dari pihak Israel gugur tiga puluh ribu orang pasukan berjalan kaki.
4:11 Lagipula tabut Allah dirampas dan kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas.


Mrk. 1:40-45

1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."
1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
1:44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka."
1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.



Aku mau, jadilah engkau tahir.

Saudara terkasih, penyembuhan dalam bacaan atau perikopa ini sejatinya hanya menjadi gambaran bagaimana pandangan Tuhan dan dunia yang sering berbeda. Pertama, soal kesembuhan Yesus mengajak mereka untuk melaporkan kepada yang berhak dan berwenang. Birokratis keagamaan yang ada dan itu ditaati Yesus. Kedua, bagaimana keinginan Yesus itu untuk melindungi karya-Nya agar bisa berjalan lancar. Ada pemikiran jangka panjang agar tidak terhalang oleh pengetahuan yang belum cukup dan benar saja, langung malah dicari dan itu menyulitkan. Ketiga, kebanggaan dan ketenaran menjadi pilihan dunia, sedang Tuhan menghendaki adanya perbaikan dan perubahan bukan semata ketenanaran dengan bukti banyaknya murid dan yang mengikuti-Nya.
Saudara terkasih, kita ada di dunia, cara kerja dunia adalah juga cara kerja dan pilihan kita. Kita sering lupa rencana Tuhan dan kehendak-Nya. Kita lebih suka pikiran kita sendiri, yang sejatinya adalah sempit dan terbatas, namun sering melupakan pemikiran dan rancangan Tuhan yang lebih luas dan tidak terbatas itu. Keterbatasan manusiawi itu yang sering justru memperkeruh keadaan, sebagaimana Tuhan justru terhambat dalam karya khabar gembira-Nya.
Saudara terkasih, kita perlu melihat, menimbang, dan merenungkan dalam perilaku, keputusan, dan apa yang kita lakukan tersebut itu, lebih menjadi sarana Khabar Gembira lebih diwartakan atau justru menghambat? Hambatan bisa karena keinginan kita tenar, dapat nama baik, dan lebih mendapatkan keuntungan dan kebanggaan diri. Ketika kita mencari keuntungan diri kita lebih memilih dunia daripada memilih Tuhan dalam hidup kita. BD.eLeSHa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar