Senin, 06 Juli 2015

Pengampunan

Senin Biasa Pekan XIV (H)
Kej. 28:10-22a
Mzm. 91:1-2,3-4,14-15ab
Mat. 9:18-26



Kej. 28:10-22a

28:10 Maka Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran.
28:11 Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu.
28:12 Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.
28:13 Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: "Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu.
28:14 Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
28:15 Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu."
28:16 Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: "Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya."
28:17 Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga."
28:18 Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya.
28:19 Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus.
28:20 Lalu bernazarlah Yakub: "Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai,
28:21 sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku.
28:22 Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah.


Mat. 9:18-26

18:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.
18:19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
18:20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.


Pengampunan

Saudara terkasih, perikop ini mengajak kita untuk merenungkan bahwa kita sebagai jemaat berhak untuk menyatakan orang sebagai orang yang tidak mengenal Allah dalam arti pendosa, namun juga berkewajiban untuk menerima mereka kembali ketika mereka menyadari kesalahan dan menghendaki untuk kembali.
Sikap yang sama yaitu, mengampuni saudara kita hingga 70 kali tujuh kali, sama juga dengan tidak ada batasan. Sebagai islustrasi, raja yang memberikan pembebasan bagi hamba yang berhutang 10.000 talenta, sama juga tidak terhitung banyaknya. Apa yang akan terjadi kalau hamba itu harus membayar, ialah dengan hidupnya denga istri dan anak-anaknya. Kehilangan hidup dan kemerdekaannya, namun pengampunan dari raja tersebut memberikan kesempatan hambanya.
Bagaimana raja yang mau memberikan kesempatan, apalagi Tuhan Allah. Dia selalu mengampuni umat-Nya, anak-anak-Nya yang mau kembali ke hadiran Tuhan. Kesempatan yang selalu DIA tawarkan, merupakan teladan dan contoh bagi kita dalam hidup bersama. Mau dan memberikan pengampunan yang sama, sebagaimana kita juga telah diampuni. Tidak ada seorang pun yang tidak bersalah. Demikian juga kita perlu mau dan berani mengampuni diri sendiri. Ini sering di antara kita terlalu “kejam” dengan diri sendiri. Menghukum diri sendiri, menuntut terus menerus, dan menghakimi diri dengan keras dan bahkan “kejam”.

Mengampuni diri sendiri dan orang lain merupakan cara kita memperoleh kualitas Ilahiah. Mengampuni saudara dan diri sendiri terus menerus, membuat hati kita seluas samudera. Pengamunan dengan penuh kesadaran dan menjadi gaya hidup membantu hidup kita makin bermakna.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar