Pw.
SP. Maria Dipersembahkan kepada Allah (P)
Why.
10:8-11
Mzm.
119:14,24,72,103,111,131,
Luk.
19:45-48
Why.
10:8-11
10:8 Dan suara yang telah
kudengar dari langit itu, berkata pula kepadaku, katanya: "Pergilah,
ambillah gulungan kitab yang terbuka di tangan malaikat, yang berdiri di atas
laut dan di atas bumi itu."
10:9 Lalu aku pergi kepada
malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu
kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat
perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti
madu."
10:10 Lalu aku mengambil
kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa
manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit
rasanya.
10:11 Maka ia berkata
kepadaku: "Engkau harus bernubuat lagi kepada banyak bangsa dan kaum dan
bahasa dan raja."
Luk.
19:45-48
19:45 Lalu Yesus masuk ke
Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ,
19:46 kata-Nya kepada mereka:
"Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang
penyamun."
19:47 Tiap-tiap hari Ia
mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta
orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia,
19:48 tetapi mereka tidak
tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya
dan ingin mendengarkan Dia.
Yesus Menyucikan Bait Allah
Saudara terkasih, bacaan hari ini menampilkan kisah
Yesus yang membersihkan Bait Allah dari para pedagang. Ia mengutip kisah
Perjanjian Lama mengenai hal ini. Bait Allah setelah pembersihan yang dilakukan
Yesus menjadi pusat pengajaran-Nya. Pengajaran yang menjadi ancaman bagi
kelompok-kelompok Yahudi. Aktiitas keuangan dan perdagangan di manapun merupakan
hal yang menggiurkan, dan bukan hanya bagi pedagang, namun juga bagi imam besar
Bait Allah, waktu itu. Mereka bisa berdagang dan mendapat tempat yang strategis
untuk “melayani” peziarah tentu atas izin dan restu penguasa tempat itu. Sangat
tidak mungkin kalau imam besar tidak mengizinkan mereka bisa berdagang dengan
leluasa dan mendapatkan lokasi yang menjanjikan seperti itu.
Perdagangan yang menyediakan kebutuhan para
peziarah, kelihatannya baik karena menyediakan apa yang sangat dibutuhkan,
namanya dagang tentu berkaitan dengan untung. Ada kesempatan dengan tidak
sewajarnya, dengan berdagang di tempat seperti itu, tentu membutuhkan suap,
akibatnya tentu harga akan menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Yesus mengutuk
hal ini. Bisa dibayangkan orang yang tidak mampu dan melihat hewan-hewan korban
yang bagus-bagus tentu akan sedih dan merasa tidak enak hati, kemiskinannya
telanjang dilihat semua orang, sedangkan di depan matanya ada pilihan
persembahan namun tidak mampu membelinya.
Saudara terkasih, zaman Yesus yang menjadikan Bait
Allah sebagai pasar, hari ini juga masih terjadi. Bagaimana Gereja menjadi
ajang mencari popularitas. Kesempatan mencari kedudukan dan uang kalau mungkin.
Tidak sedikit imam, biarawan-biarawati yang dididik dalam kesederhanaan itu
matrealistis. Pelayanan yang didasari pada materi apakah itu bukan menjadi
Gereja sebagai sarang penyamun? Apa-apa uang, kalau amplopnya tebal
bersemangat, kalau tipis diberikan awam yang memimpin. Gejala di banyak tempat
demikian.
Saudara terkasih Yesus bukan menggugat masalah
berdagangnya, namun tempat dan cara berdagang yang DIA kritik. Tempat yang
seharusnya menjadi rumah doa, malah dipenuhi kegiatan perdagangan. Bagaimana
kita berdoa namun pikiran kita masih berkaitan dengan aktivitas kita, bisa saja
toko kita, usaha kita, studi kita, atau apapun yang menjauhkan diri dari Tuhan
yang sedang kita sembah dan muliakan. Yesus mengkritik apa yang menjadi
aktivitas kita namun tidak sejalan dengan apa yang ada dalam benak dan hati
kita.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar