Pw.
S. Andreas Dung Lac, ImdkkMrt (M)
Why.
14:1-3, 4b-5
Mzm.
24:1-2,3-4ab,5-6
Luk.
21:1-4
Why.
14:1-3, 4b-5
14:1 Dan aku melihat:
sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia
seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan
nama Bapa-Nya.
14:2 Dan aku mendengar suatu
suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat.
Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik
kecapinya.
14:3 Mereka menyanyikan suatu
nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu,
dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada
seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
14:4b. Mereka adalah
orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus
dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba
itu.
14:5 Dan di dalam mulut
mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.
Luk.
21:1-4
21:1 Ketika Yesus mengangkat
muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam
peti persembahan.
21:2 Ia melihat juga seorang
janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
21:3 Lalu Ia berkata:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak
dari pada semua orang itu.
21:4 Sebab mereka semua
memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari
kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
Persembahan
Janda Miskin
Saudara terkasih, Yesus melalui bacaan hari ini
hendak mengajarkan kepada kita bahwa persembahan bukan melulu banyaknya, namun
karena kesediaan untuk mempersembahkannya. Lukas melaporkan bahwa ada
persembahan orang kaya, yang memasukkan banyak persembahan, namun dibandingkan
dengan apa yang dipunyai itu belum apa-apa. Yesus menyebutnya sebagai
persembahan orang kaya itu dari kelimpahannya, “sisa” dari yang dimiliki
dipersembahkan kepada Tuhan Allah. Janda miskin memang hanya memasukkan sedikit
sekali, namun itu adalah segalanya baginya. Bukan dari kelimpahan, namun apa
yang dimilikinya. Persembahan kepada Tuhan itu bisa mengganggu kebutuhan dia
untuk hari itu. Makanan dan kebutuhan harian itu tidak lagi ada cadangan, semua
dia persembahkan kepada Tuhan. Makna kehidupan yang mendalam diajarkan oleh
janda miskin ini, dia menyatakan melalui tindakannya bahwa Penyelenggaraan Ilahi
ada dalam hidupnya.
Saudara terkasih, kita sering khawatir dan takut
menghadapi tantangan dan halangan dalam kehidupan kita. Menabung bahkan
menumpuk harta berlebih-lebihan dan sering menggunakan segala cara untuk mendapatkan
materi, telah menjadi gelaja umum. Hari Minggu di mana harinya Tuhan pun sering
diabaikan, demi uang dan cadangan hidup di kemudian hari. Mengapa demikian? Karena
kita lupa adanya Penyelenggaraan Ilahi dalam seluruh rangkaian hidup kita.
Tuhan selalu hadir, namun justru kita ambil alih, seoalah-olah hanya kita yang
akan menjalani hidup ini. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar