Senin, 14 Oktober 2019

Tanda, Mendengarkan, dan Bertobat


Senin Pekan Biasa XXVIII (H)
Rm. 1:1-7
Mzm. 98:1,2-3abm3cd-4
Luk. 11:29-32




Rm. 1:1-7

1:1 Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.
1:2 Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci,
1:3 tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud,
1:4 dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.
1:5 Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.
1:6 Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus.
1:7 Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.


Luk. 11:29-32

11:29 Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
11:30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.
11:31 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!
11:32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!



 Tanda, Mendengarkan,  dan Bertobat

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman Allah mengenai pertobatan  buah dari mendengarkan dan memperhatikan tanda sebagaimana mereka minta. Perkataan  Nabi Yunus yang menyelamatkan orang dari Ninive, dan kini mereka meminta tanda, padahal Yesus jauh lebih besar dari Nabi Yunus.
Sering kita jatuh pada mencobai diri dengan berbagai-bagai upaya untuk mencari tanda, simbol, signal, dan menduga-duga di dalam hidup ini. Era modern ini lebih banyak lagi orang membaca tanda dan simbol. Status media sosial direka-reka maksudnya. Apa kira-kira yang dimaui dengan tanda-tanda itu.
Yesus mengajak kita sangat sederhana, mendengarkan. Mendengarkan berbeda dengan mendengar. Mendengar bisa sambil lalu, namun dengan demikian, hasilnya pun tidak maksimal. Menggunakan seluruh budi, telinga, hati, perasaan, dan keseluruhan indra kita. Apa yang Tuhan nyatakan, kehendaki, dan nyatakan. Jika demikian, kita akan memahami karena kita memahami dengan lebih menyeluruh.
Tuhan Yesus adalah Tanda itu sendiri, simbol kehadiran Allah, yang menyapa, mewahyukan diri, mengenalkan diri, menyatakan jati diri sesungguhnya Allah. allah hadir dalam rupa Insan karena manusia memahami juga bahasa insani. Apa yang Tuhan nyatakan adalah bertobat.
Pertobatan mengandaikan adanya perubahan sikap. Berbalik arah dari yang buruk menjadi baik, dari yang keliru pada yang lurus, dari yang jelek kepada yang baik. Perubahan sikap dan perilaku, bukan semata ungkapan dan kata-kata semata.
Saudara terkasih, tanda yang perlu kita dengarkan adalah nurani kita. Roh Kudus akan memberikan “tanda” dalam dan melalui nurani kita. Namun jika kita abai akan nurani kita, kita asyik dengan pemikiran kita, hanya sibuk dengan mengais-ngais benak kita, itu tidak cukup. Tuhan mengehendaki kita untuk selalu bertekun di dalam mendengarkan suara Roh Kudus yag halus mengundang. Mendengarkan tidak semata mendengar. Buah dari mendengarkan kita memahami tanda-tanda dari Allah yang mengantar kita kepada pertobatan. Perubahan sikap bisa kita lihat tidak semata klaim kata-kata saja.
Saudara terkasih, jika ada orang yang menyatakan diri dekat dengan Allah, saleh, dan religius, namun perilakunya buruk, dapat kita tengarai itu hanya klaim sepihak, dan bukan karena Allah yang ada di dalam dirinya. Pribadi itu masih dikuasai kuasa jahat. Kasih karunia Allah membawa kepada kualitas diri yang terlihat dengan jelas dan gamblang. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar