Senin
Pekan Biasa XXVIII (H)
Rm.
1:1-7
Mzm.
98:1,2-3abm3cd-4
Luk.
11:29-32
Rm.
1:1-7
1:1 Dari Paulus, hamba
Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan
Injil Allah.
1:2 Injil itu telah
dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab
suci,
1:3 tentang Anak-Nya, yang
menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud,
1:4 dan menurut Roh kekudusan
dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak
Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.
1:5 Dengan perantaraan-Nya
kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa,
supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.
1:6 Kamu juga termasuk di
antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus.
1:7 Kepada kamu sekalian yang
tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang
kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita,
dan dari Tuhan Yesus Kristus.
Luk.
11:29-32
11:29 Ketika orang banyak
mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang
jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan
tanda selain tanda nabi Yunus.
11:30 Sebab seperti Yunus
menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan
menjadi tanda untuk angkatan ini.
11:31 Pada waktu penghakiman,
ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan
menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan
hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!
11:32 Pada waktu penghakiman,
orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan
menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan
pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!
Tanda, Mendengarkan, dan Bertobat
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja merenungkan firman Allah mengenai pertobatan buah dari mendengarkan dan memperhatikan
tanda sebagaimana mereka minta. Perkataan Nabi Yunus yang menyelamatkan orang dari
Ninive, dan kini mereka meminta tanda, padahal Yesus jauh lebih besar dari Nabi
Yunus.
Sering kita jatuh pada mencobai diri dengan
berbagai-bagai upaya untuk mencari tanda, simbol, signal, dan menduga-duga di
dalam hidup ini. Era modern ini lebih banyak lagi orang membaca tanda dan
simbol. Status media sosial direka-reka maksudnya. Apa kira-kira yang dimaui
dengan tanda-tanda itu.
Yesus mengajak kita sangat sederhana, mendengarkan.
Mendengarkan berbeda dengan mendengar. Mendengar bisa sambil lalu, namun dengan
demikian, hasilnya pun tidak maksimal. Menggunakan seluruh budi, telinga, hati,
perasaan, dan keseluruhan indra kita. Apa yang Tuhan nyatakan, kehendaki, dan
nyatakan. Jika demikian, kita akan memahami karena kita memahami dengan lebih
menyeluruh.
Tuhan Yesus adalah Tanda itu sendiri, simbol
kehadiran Allah, yang menyapa, mewahyukan diri, mengenalkan diri, menyatakan
jati diri sesungguhnya Allah. allah hadir dalam rupa Insan karena manusia
memahami juga bahasa insani. Apa yang Tuhan nyatakan adalah bertobat.
Pertobatan mengandaikan adanya perubahan sikap. Berbalik
arah dari yang buruk menjadi baik, dari yang keliru pada yang lurus, dari yang
jelek kepada yang baik. Perubahan sikap dan perilaku, bukan semata ungkapan dan
kata-kata semata.
Saudara terkasih, tanda yang perlu kita dengarkan
adalah nurani kita. Roh Kudus akan memberikan “tanda” dalam dan melalui nurani
kita. Namun jika kita abai akan nurani kita, kita asyik dengan pemikiran kita,
hanya sibuk dengan mengais-ngais benak kita, itu tidak cukup. Tuhan
mengehendaki kita untuk selalu bertekun di dalam mendengarkan suara Roh Kudus
yag halus mengundang. Mendengarkan tidak semata mendengar. Buah dari
mendengarkan kita memahami tanda-tanda dari Allah yang mengantar kita kepada
pertobatan. Perubahan sikap bisa kita lihat tidak semata klaim kata-kata saja.
Saudara terkasih, jika ada orang yang menyatakan
diri dekat dengan Allah, saleh, dan religius, namun perilakunya buruk, dapat
kita tengarai itu hanya klaim sepihak, dan bukan karena Allah yang ada di dalam
dirinya. Pribadi itu masih dikuasai kuasa jahat. Kasih karunia Allah membawa
kepada kualitas diri yang terlihat dengan jelas dan gamblang. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar