Rabu, 09 Oktober 2019

Doa dan Bapa Kami, Buah Doa itu Tahu Diri


Rabu Pekan Biasa XXVII (H)
Yun. 4:1-11
Mzm. 86:3-4,5-6,9-10
Luk. 11:1-4



Yun. 4:1-11

4:1 Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.
4:2 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.
4:3 Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup."
4:4 Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?"
4:5 Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.
4:6 Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.
4:7 Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu.
4:8 Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup."
4:9 Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati."
4:10 Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.
4:11 Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"


Luk. 11:1-4

11:1 Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya."
11:2 Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu.
11:3 Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya
11:4 dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."



Doa dan Bapa Kami, Buah Doa itu Tahu Diri

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan doa yang diajarkan Tuhan kepada para murid dan diteruskan kepada kita. Doa yang sederhana, namun bukan sepele, praktis namun mendalam. Doa Bapa Kami, doa yang sangat familiar, akrab, dan sejak dini sudah dihafal dan luar kepala. Semua  doa apapun doanya akan diakhiri dengan doa ini. Doa makan, doa pagi, doa malam, doa sebelum bekerja ataupun sebelum belajar.
Paus Bapa Fransiskus juga mengatakan bahwa Doa Bapa Kami merupakan doa yang beliau daraskan untuk meutup hari. Doa malamnya adalah lima doa Bapa Kami. Lima sebagaimana jumlah luka utama Yesus, dua pada masing-masing kaki, dua pada tiap tangan, dan luka pada lambung Yesus. Paus berdoa lima Doa Bapa Kami untuk membasuh dan membersihkan dirinya, sebagaimana luka Yesus membasuh dosa manusia.
Saudara terkasih, dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk merenungkan betapa doa yang diajarkan Tuhan itu penuh makna meskipun sederhana. Pertama, tahu bahwa kita ini adalah ciptaan, selayaknya menyapa Sang Pencipta itu pada tataran yang utama dan pertama.
Kedua, memuliakan Sang Pencipta itu lebih dari segala sesuatu. Kemuliaan Tuhan tidak pernah berkurang tanpa kita ucapkan. Kita wajib memuliakan sebagai ungkapan syukur dan kasih kita.
Ketiga, mohon ampun dan menyadari segala kesalahan dan kerapuhan kita. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Dan dalam  doa kita nyatakan sebagai perwujudan pribadi yang tahu diri dan merasa lemah.
Keempat, permohonan. Cukup mendasar permohonan ini ada posisi buncit, agar kita tidak fokus pada permintaan semata. Memohon pun yang utama, rezeki, apapun bentuknya. Untuk hari ini, agar kita tetap hadir, tidak tamak, dan merasa selalu membutuhkan Tuhan. Secukupnya, ini kualitas manusia, di mana sering orang itu aji mumpung. Lupa daratan dan bisa menjadi kerugian pada pihak lain.
Saudara terkasih, dengan berdoa secara rutin kita menjalin komunikasi dengan Tuhan. Kita ingat bahwa kita ini adalah ciptaan yang mebutuhkan Sang Pencipta. Dengan berdoa dan memohon kekuatan karena kita lemah. kita dikuatkan karena kita menyadari kerapuhan kita. Doa membawa kita sadar diri, memohon bantuan kepada Yang Punya dan selalu ada pemberian yang tidak kita kira-kirakan.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar