Pw.
S. Fransiskus Asisi (P)
Bar.
1:15-22
Mzm.
79:1-2,3-5,8-9
Luk.
10:13-16
Bar.
1:15-22
1:15a Katakanlah sebagai
berikut:
1:15b Keadilan ada pada
Tuhan, Allah kita, sedangkan malu muka pada kami, sebagaimana halnya hari ini,
yaitu: pada orang-orang Yehuda dan penduduk Yerusalem,
1:16 pada sekalian raja kami,
para pemimpin, para imam dan nabi serta pada nenek moyang kami.
1:17 Memang kami telah
berdosa kepada Tuhan.
1:18 Kami tidak taat
kepada-Nya dan tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, untuk mengikuti
segala ketetapan Tuhan yang telah ditaruh-Nya di hadapan kami.
1:19 Semenjak hari Tuhan
membawa nenek moyang kami keluar dari negeri Mesir hingga dengan hari ini kami
tidak taat kepada Tuhan, Allah kami. Sebaliknya Tuhan telah kami alpakan karena
tidak mendengarkan suara-Nya.
1:20 Dari sebab itu maka
melekatlah kepada kami semua bencana dan laknat yang telah diperintahkan Tuhan
kepada Musa, hamba-Nya, waktu nenek moyang kami dibawa-Nya keluar dari negeri
Mesir untuk dianugerahkan-Nya kepada kami suatu tanah yang berlimpah susu dan
madunya, sebagaimana halnya hari ini.
1:21 Tetapi kami tidak
mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, sesuai dengan firman para nabi yang telah
Tuhan utus kepada kami.
1:22 Bahkan kami telah pergi
berbakti kepada allah lain, masing-masing menurut angan-angan hati jahatnya,
dan kami melakukan apa yang durjana dalam pandangan Tuhan, Allah kami.
Luk.
10:13-16
10:13 "Celakalah engkau
Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi
mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka
bertobat dan berkabung.
10:14 Akan tetapi pada waktu
penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada
tanggunganmu.
10:15 Dan engkau Kapernaum,
apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai
ke dunia orang mati!
10:16 Barangsiapa
mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia
menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.
Iman,
Mendengarkan, Percaya, dan Melakukan
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja merayakan Santo Fransiskus Asisi, dan dalam bacaan Injil kita
merenungkan firman Tuhan mengenai iman kepercayaan dan mendengarkan Sabda dan
pengajaran Tuhan.
Kali ini kita mendapatkan bagian Tuhan Yesus yang
lain, kejengkelan, kemarahan, dan kata-kata keras. Cenderung memperlihatkan
betapa kecewanya Tuhan menghadapi kedegilan hati mereka. Satu yang patut kita
syukuri adalah, kita, Gereja Katolik tidak berfokus pada pengajaran yang ala
seperti ini. Kata-kata keras, pernyataan kekecewaan lugas, dan juga dampak
seolah kutukan. Hal model demikian
meskipun ada bukan yang dominan dan menjadi ketakutan atau menakut-nakuti umat
atau pihak lain.
Fakta dan itu kenyataan dan hal yang masih dihadapi
Gereja hingga hari ini, namun kasih karunia Allah dan berkat melimpah yang
menjadi pedoman hidup beriman kita. Sikap percaya yang akan menjauhkan
kemungkinan kita mendapatkan hukuman.
Saudara terkasih, salah satu pengikut setia dan
penganut kata-kata Yesus yang lembut, penuh kuasa, adalah Fransiskus Asisi. Fransesko
adalah putera seorang pedagang kain dan ibu yang berasal dari bangsawan
Perancis.
Didikan mewah dan manja dari bapaknya menjadikannya
pribadi yang gemar pesta dan bermewah-mewah. Suatu hari bersama-sama temannya
ia menjadi tentara dan berperang melawan daerah tetangganya.
Ia menjadi tawanan, setahun dalam tahanan ia
menderita sakit, bahkan usai dibebaskan. Keadaan itu yang mengubahnya.
Fransiskus tidak lagi tertarik kemewahan dan pesta pora. Malah berubah dengan
banyak waktunya untuk kegiatan di gereja, mengunjungi orang sakit, menyantuni
orang miskin. Perubahan yang mengagetkan banyak orang.
Salah satu karya fenomenalnya adalah mengenai
kehendak Tuhan memperbaiki gedung gereja. Dari sana ia menjual kain-kain
dagangan bapaknya. Dan bapaknya yang marah membuat ia makin radikal dengan
melepaskan baju yang ia pahami sebagai milik sang bapak. Kemiskinan absolut
sebagaimana kehendak Bapa di dalam mengikuti jalan-Nya, dilakukan oleh
Fransiskus dengan apa adanya, dan kesungguhan, dalam arti yang sesungguhnya.
Saudara terkasih, cara hidup sederhana, bahkan
miskin, dan menggunakan bahasa puitis dan indah itu membuat Fransiskus
mendapatkan banyak pengikut. Ia mendirikan Ordo Fransiskus dan menjadi besar.
Kesederhanaannya dalam rupa ia menjadi diakon, bukan seorang imam. Pengaruhnya
sangat besar dengan cara mendengarkan dan menjalankan kehendak Tuhan. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar