Jumat, 04 Oktober 2019

Iman, Mendengarkan, Percaya, dan Melakukan


Pw. S. Fransiskus Asisi (P)
Bar. 1:15-22
Mzm. 79:1-2,3-5,8-9
Luk. 10:13-16




Bar. 1:15-22

1:15a Katakanlah sebagai berikut:
1:15b Keadilan ada pada Tuhan, Allah kita, sedangkan malu muka pada kami, sebagaimana halnya hari ini, yaitu: pada orang-orang Yehuda dan penduduk Yerusalem,
1:16 pada sekalian raja kami, para pemimpin, para imam dan nabi serta pada nenek moyang kami.
1:17 Memang kami telah berdosa kepada Tuhan.
1:18 Kami tidak taat kepada-Nya dan tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, untuk mengikuti segala ketetapan Tuhan yang telah ditaruh-Nya di hadapan kami.
1:19 Semenjak hari Tuhan membawa nenek moyang kami keluar dari negeri Mesir hingga dengan hari ini kami tidak taat kepada Tuhan, Allah kami. Sebaliknya Tuhan telah kami alpakan karena tidak mendengarkan suara-Nya.
1:20 Dari sebab itu maka melekatlah kepada kami semua bencana dan laknat yang telah diperintahkan Tuhan kepada Musa, hamba-Nya, waktu nenek moyang kami dibawa-Nya keluar dari negeri Mesir untuk dianugerahkan-Nya kepada kami suatu tanah yang berlimpah susu dan madunya, sebagaimana halnya hari ini.
1:21 Tetapi kami tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, sesuai dengan firman para nabi yang telah Tuhan utus kepada kami.
1:22 Bahkan kami telah pergi berbakti kepada allah lain, masing-masing menurut angan-angan hati jahatnya, dan kami melakukan apa yang durjana dalam pandangan Tuhan, Allah kami.


Luk. 10:13-16

10:13 "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.
10:14 Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.
10:15 Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!
10:16 Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.



Iman, Mendengarkan, Percaya, dan Melakukan

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merayakan Santo Fransiskus Asisi, dan dalam bacaan Injil kita merenungkan firman Tuhan mengenai iman kepercayaan dan mendengarkan Sabda dan pengajaran Tuhan.
Kali ini kita mendapatkan bagian Tuhan Yesus yang lain, kejengkelan, kemarahan, dan kata-kata keras. Cenderung memperlihatkan betapa kecewanya Tuhan menghadapi kedegilan hati mereka. Satu yang patut kita syukuri adalah, kita, Gereja Katolik tidak berfokus pada pengajaran yang ala seperti ini. Kata-kata keras, pernyataan kekecewaan lugas, dan juga dampak seolah kutukan. Hal  model demikian meskipun ada bukan yang dominan dan menjadi ketakutan atau menakut-nakuti umat atau pihak lain.
Fakta dan itu kenyataan dan hal yang masih dihadapi Gereja hingga hari ini, namun kasih karunia Allah dan berkat melimpah yang menjadi pedoman hidup beriman kita. Sikap percaya yang akan menjauhkan kemungkinan kita mendapatkan hukuman.
Saudara terkasih, salah satu pengikut setia dan penganut kata-kata Yesus yang lembut, penuh kuasa, adalah Fransiskus Asisi. Fransesko adalah putera seorang pedagang kain dan ibu yang berasal dari bangsawan Perancis.
Didikan mewah dan manja dari bapaknya menjadikannya pribadi yang gemar pesta dan bermewah-mewah. Suatu hari bersama-sama temannya ia menjadi tentara dan berperang melawan daerah tetangganya.
Ia menjadi tawanan, setahun dalam tahanan ia menderita sakit, bahkan usai dibebaskan. Keadaan itu yang mengubahnya. Fransiskus tidak lagi tertarik kemewahan dan pesta pora. Malah berubah dengan banyak waktunya untuk kegiatan di gereja, mengunjungi orang sakit, menyantuni orang miskin. Perubahan yang mengagetkan banyak orang.
Salah satu karya fenomenalnya adalah mengenai kehendak Tuhan memperbaiki gedung gereja. Dari sana ia menjual kain-kain dagangan bapaknya. Dan bapaknya yang marah membuat ia makin radikal dengan melepaskan baju yang ia pahami sebagai milik sang bapak. Kemiskinan absolut sebagaimana kehendak Bapa di dalam mengikuti jalan-Nya, dilakukan oleh Fransiskus dengan apa adanya, dan kesungguhan, dalam arti yang sesungguhnya.
Saudara terkasih, cara hidup sederhana, bahkan miskin, dan menggunakan bahasa puitis dan indah itu membuat Fransiskus mendapatkan banyak pengikut. Ia mendirikan Ordo Fransiskus dan menjadi besar. Kesederhanaannya dalam rupa ia menjadi diakon, bukan seorang imam. Pengaruhnya sangat besar dengan cara mendengarkan dan menjalankan kehendak Tuhan. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar