Selasa, 29 Oktober 2019

Kualitas Hidup yang Berkelimpahan


Selasa Pekan Biasa XXX (H)
Rom. 8:18-25
Mzm. 126:1-2ab2cd-3,4-5,6
Luk. 13:18-21




Rom.:8:18-25

8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.
8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,
8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.
8:22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.
8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.


Luk. 13:18-21

13:18 Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?
13:19 Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."
13:20 Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?
13:21 Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."



Kualitas Hidup yang Berkelimpahan

Saudara terkasih, hari ini bersama Bunda Gereja mengajak kita merenungkan bagaimana hidup kita yang berkualitas itu berkelimpahan. Kita hidup karena Allah dan Allah itu juga Pemilik atas segala hal dan memberikan kepada kita kelimpahan.
Kelimpahan berkat kasih karunia itu harus bermanfaat dan berdaya guna untuk orang lain. Kita sebagai penerima kasih karunia tidak sepatutnya hanya menadahnya sendiri namun juga kemudian menyalurkannya kembali kepada semakin banyak saudara dan semakin luas bagi ciptaan lain.
Dalam bacaan Injil ada dua hal yang oatut menjadi bahan permenungan kita bersama, pertama mengenai biji sesawi. Biji yang paling kecil namun ketika menjadi pohon, burung pun mampu bersarang dan berteduh di sana. Ini adalah gambaran kita yang diutus ke dalam dunia untuk bisa memberikan pengamanan, perlindungan, dan menjadi jujugan, ketika ada saudara kita menderita, perlu naungan, atau perlu uluran tangan.
Kita di dunia ini bisa menjadi sarana dan alat bagi perwujudan kasih Allah secara nyata. Bagaimana orang bisa nyaman, aman, dan berbahagia dekat dan datang kepada  kita. Ini kualitas pribadi beriman. Jangan malah orang menjadi takut dan enggan dekat-dekat dengan kita, apalagi karena agama yang kita anut.
Kedua, ragi, kuantitas ragi itu dalam adonan sangat kecil, namun dampak yang ada sungguh luar biasa. Mengubah keadaan, menjadikan perubahan yang sangat drastis. Jika tidak ada malah tidak akan perubahan dan kualitas tidak membaik. Era kini yang penting viral, tenar, dan populer kadang memang membuat susah kehendak Allah dalam hal ini. menjadi ragi yang mengubah dari dalam, namun tidak dikenal ini menjadi sebuah tantangan.
Memberikan dampak, perubahan, dan pembaharuan kualitas itu tugas pemuridan. Tetap tenang tanpa ada yang mengakui, mengenal, apalagi mengapresiasi itu bagian dari salib kita. Berani melepaskan pamrih termasuk yang tidak nyata seperti ini.
Saudara terkasih, keberadaan kita sebagai alat, sebagai penyalur rahmat, sudah layak dan sepantasnya memang tidak dikenal sebagaimana ragi itu. Biar Allah  makin dipermuliakan di dalam kehadiran kita. Kehadiran kita yang membawa citra Allah yang penuh kasih karunia bukan malah membuat Allah terlihat buruk, kejam, dan pemarah. Allah adalah kasih dan kasih itu tidak pernah berkesudahan.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar