Selasa
Pekan Biasa XXX (H)
Rom. 8:18-25
Mzm.
126:1-2ab2cd-3,4-5,6
Luk. 13:18-21
Rom.:8:18-25
8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak
dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat
anak-anak Allah dinyatakan.
8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan,
bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah
menaklukkannya,
8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga
akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan
kemuliaan anak-anak Allah.
8:22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk
sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.
8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima
karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan
pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan
yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan
apa yang dilihatnya?
8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita
menantikannya dengan tekun.
Luk. 13:18-21
13:18 Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah
dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?
13:19 Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang
di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara
bersarang pada cabang-cabangnya."
13:20 Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan
mengumpamakan Kerajaan Allah?
13:21 Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan
diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
Kualitas Hidup yang Berkelimpahan
Saudara terkasih, hari ini bersama Bunda Gereja
mengajak kita merenungkan bagaimana hidup kita yang berkualitas itu
berkelimpahan. Kita hidup karena Allah dan Allah itu juga Pemilik atas segala
hal dan memberikan kepada kita kelimpahan.
Kelimpahan berkat kasih karunia itu harus
bermanfaat dan berdaya guna untuk orang lain. Kita sebagai penerima kasih
karunia tidak sepatutnya hanya menadahnya sendiri namun juga kemudian
menyalurkannya kembali kepada semakin banyak saudara dan semakin luas bagi
ciptaan lain.
Dalam bacaan Injil ada dua hal yang oatut menjadi
bahan permenungan kita bersama, pertama mengenai biji sesawi. Biji yang paling kecil
namun ketika menjadi pohon, burung pun mampu bersarang dan berteduh di sana. Ini
adalah gambaran kita yang diutus ke dalam dunia untuk bisa memberikan
pengamanan, perlindungan, dan menjadi jujugan,
ketika ada saudara kita menderita, perlu naungan, atau perlu uluran tangan.
Kita di dunia ini bisa menjadi sarana dan alat bagi
perwujudan kasih Allah secara nyata. Bagaimana orang bisa nyaman, aman, dan
berbahagia dekat dan datang kepada kita.
Ini kualitas pribadi beriman. Jangan malah orang menjadi takut dan enggan
dekat-dekat dengan kita, apalagi karena agama yang kita anut.
Kedua, ragi, kuantitas ragi itu dalam adonan sangat
kecil, namun dampak yang ada sungguh luar biasa. Mengubah keadaan, menjadikan
perubahan yang sangat drastis. Jika tidak ada malah tidak akan perubahan dan
kualitas tidak membaik. Era kini yang penting viral, tenar, dan populer kadang memang membuat susah kehendak
Allah dalam hal ini. menjadi ragi yang mengubah dari dalam, namun tidak dikenal
ini menjadi sebuah tantangan.
Memberikan dampak, perubahan, dan pembaharuan
kualitas itu tugas pemuridan. Tetap tenang tanpa ada yang mengakui, mengenal,
apalagi mengapresiasi itu bagian dari salib kita. Berani melepaskan pamrih
termasuk yang tidak nyata seperti ini.
Saudara terkasih, keberadaan kita sebagai alat,
sebagai penyalur rahmat, sudah layak dan sepantasnya memang tidak dikenal
sebagaimana ragi itu. Biar Allah makin
dipermuliakan di dalam kehadiran kita. Kehadiran kita yang membawa citra Allah
yang penuh kasih karunia bukan malah membuat Allah terlihat buruk, kejam, dan
pemarah. Allah adalah kasih dan kasih itu tidak pernah berkesudahan.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar