Sabtu
Biasa Pekan XXVIII (H)
Rm.
4:13,16-18
Mzm.
105:6-7,8-9,42-43
Luk.
12:8-12
Rm.
4:13,16-18
4:13 Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada
Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena
kebenaran, berdasarkan iman.
4:16 Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan
kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan
hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang
hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, --
4:17 seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi
bapa banyak bangsa" -- di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu
Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa
yang tidak ada menjadi ada.
4:18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham
berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut
yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
Luk.
12:8-12
12:8 Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan
manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah.
12:9 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan
disangkal di depan malaikat-malaikat Allah.
12:10 Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia,
ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan
diampuni.
12:11 Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau
kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir
bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu.
12:12 Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa
yang harus kamu katakan."
Kesaksian
itu Keharusan
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja merenungkan keberadaan kita di dunia dan peran Roh Kudus dalam kehidupan
kita. Bagaimana kita sering khawatir, galau, cemas, dalam menghadapi dinamika
hidup, terutama ketika berkaitan dengan iman dan agama kita. Posisi termasuk
paling kecil, banyak perilaku dan kebijakan diskriminatif, suka atau tidak
membuat penganut Kekristenan menjadi takut dan gamang.
Perizinan pembangunan gedung gereja yang
dipersulit. Ibadah dibubarkan, atau mau menjadi ini dan itu gagal karena
agamanya katolik. Orang menjadi takut memperlihatkan jati dirinya. Nama salib
dihilangkan dalam surat-surat resmi, demi mendapatkan peluang pekerjaan, kursi,
atau promosi jabatan. Apalagi berani menjadi garam dan terang bagi dunia yang
gelap gulita dan hambar itu.
Dalam bacaan Injil Tuhan mengatakan dengan jelas
bagaimana kita bersikap dan bertindak sebagai anak-anak Tuhan. Berani tidak mengakui
keberadaan dan pilihan kita sebagai anak Tuhan? Tuhan dalam konteks yang lain
mengatakan, IA yang memilih kita bukan kita memilih DIA. Artinya, Tuhan
bertanggung jawab sepenuhnya atas hidup kita. Bagaimana mungkin IA memilih kita
untuk dijerumuskan, untuk disengsarakan, mungkin tidak, ketika Tuhan adalah
Mahabaik dan Mahacinta?
Mengakui agamanya saja takut, apalagi imannya
kepada Yesus. Membuat tanda salib di tempat umum mana berani ketika nama baptis
saja disembunyikan. Apalagi membela ketika ada yang melecehkan dan merendahkan.
Apalogia, pembelaan iman, bukan mau mengajak
berdebat atau berkelahi dengan tidak berdasar. Namun meluruskan pemahaman yang
salah dan sesat itu juga penting. Tidak usah cemas atau khawatir jika tidak
mampu karena berpikir mengenai pendidikan, pengalaman, atau pengetahuan. Ada Roh
Kudus yang akan mengatakannya melalui kita.
Tuhan sudah berjanji dan mengatakan akan mengutus
Roh Kudus untuk menjadi kekuatan kita, alat kita, dan kita hanya memerlukan
keberanian dan kebulatan tekad bahwa ini demi iman kita. Keterbukaan budi,
kerendahan hati, dan demi kebenaran serta keadilan itu memberikan jalan bagi
Roh Kudus. Namun jangan sampai kita menjadi sombong, merasa paling hebat, dan
merasa membela agama dan Tuhan, jika motovasinya demi diri dan kelompok, jelas
bukan Roh Kudus dan justru roh jahat yang menguasai kita. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar