Selasa, 08 Oktober 2019

Pilihan Hidup itu Jalani dengan Setia dan Riang Gembira


Selasa Biasa pekan XXVII (H)
Yun. 3:1-10
Mzm. 130:1-2,3-4ab, 7-8
Luk. 10:38-42



Yun. 3:1-10

3:1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian:
3:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu."
3:3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya.
3:4 Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."
3:5 Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.
3:6 Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu.
3:7 Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.
3:8 Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya.
3:9 Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa."
3:10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.


Luk. 10:38-42

10:38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
10:39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
10:40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
10:41 Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,
10:42 tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."



Pilihan Hidup itu Jalani dengan Setia dan Riang Gembira

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan pilihan dalam hidup. Berkaca dalam kisah Marta dan Maria, Yesus menasihatkan kepada kita untuk bertekun di dalam pilihan itu, bersuka cita atas pilihan yang sudah ditetapkan, dan terutama tidak perlu berkeluh kesah dan banyak mengeluhkan apa yang sudah kita tetapkan sebagai pilihan.
Dalam bacaan Injil hari ini Tuhan menyajikan dua aktifitas dari Marta yang sibuk dengan pelayanan jasmani bagi tamu yang ia hormati. Guru sekaligus Tuhan yang hadir. Pilihan tepat, Guru itu letih, capek, dan perlu asupan makanan yang cukup untuk pengajaran-Nya selanjutnya.
Maria, memilih sibuk mendengarkan pengajaran dari Si Guru dengan bersimpuh di bawah  kaki-Nya. Kita dapat membayangkan betapa langkanya kesempatan bisa belajar dari Tuhan Yesus langsung. Itu pilihan yang ditetapkan Maria.
Pada sisi lain Marta yang memilih berjibaku dengan pelayanan rohani itu ternyata merasa repot, letih, dan kerepotan. Ia meminta Yesus untuk menasihati saudarinya agar membantu. Pilihan dan kehendak yang sebenarnya logis.
Tuhan mengajarkan kepada kita. Ternyata kita harus fokus dengan apa yang sudah kita pilih. Apa yang kita kehendaki dan yakini perlu dijalani dengan penuh suka cita. Bukan dengan banyak kekhawatiran dan kecemasan. Cemas, khawatir, dan gundah membuat pilihan kita berat. Perasaan kitalah yang membuat itu berat dan tidak mudah. Kita mudah kewalahan karena kita ciptakan sendiri.
Tuhan tidak menyalahkan pilihan Marta, namun sikap Marta yang khawatir akan banyak hal. Persiapan ini dan itu yang tidak mendasar sebenarnya, membuat ia repot. Nah kerepotan yang ia ciptakan sendiri itu mengusik ketenangan Maria yang memilih untuk mendengarkan ajaran Tuhan. Itu yang menjadi nasihat dan teguran dari Tuhan.
Saudara terkasih, sering kita dalam hidup ini dipenuhi dengan ketakutan, kecemasan, kendala, dan padahal menurut penelitian, hanya sebagian kecil dari kecemasan itu yang akan terjadi. Apa yang tidak akan terjadi itu namun sangat berpengaruh bagi jalan kita. Kita bisa kehabisan energi karenanya.
Pilihan  untuk mendekat pada Tuhan, bersimpuh pada kaki Tuhan, melekatkan diri pada ajaran dan kehendak Tuhan meringankan langkah kita. Pilihan Maria adalah tipologi yang sejatinya perlu kita ikuti, jalani, dan contoh dalam setiap waktu kita.
Kasih karunia Tuhan bisa kehilangan daya jika kita terlalu asyik dengan apa yang tidak seharusnya demikian. Bagaimana kita menikmati kasih Allah ketika kita malah cemas dalam banyak perkara yang tidak penting. Lepaskanlah segalanya dan pilihlah jalan dan kehendak Tuhan.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar