Jumat, 25 Oktober 2019

Kepekaan Diri


Jumat Pekan Biasa XXIX (H)
Rm. 7:18-25
Mzm. 119:66,68,76,77,93.94
Luk. 12:54-59



Rm. 7:18-25

7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
7:19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
7:20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.
7:21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
7:22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,
7:23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.
7:24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?
7:25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita



Luk. 12:54-59

12:54 Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi.
12:55 Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi.
12:56 Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?
12:57 Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?
12:58 Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara.
12:59 Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."



Kepekaan Diri


Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan firman Tuhan bersama Bunda Gereja mengenai kepekaan hati dan budi kita terhadap sesama. Sering kita merasa mampu merasakan getaran alam, atau memiliki kemampuan untuk tahu hal sebelum terjadi, namun apakah kita mampu dan peka melihat kebutuhan, derita, atau keadaan saudara kita dengan baik?
Merasa mampu ini dan itu, pakar dan ahli dalam banyak ilmu pengetahuan, atau merasa linuwih, namun apakah itu semua mengantar pada kemanusiaan, mengalahkan diri, dan memahami kehendak Allah dengan lebih baik lagi? Ini yang menjadi tugas kita sebagai anak-anak Allah di dunia ini. Membawa citra Allah dalam diri kita masing-masing.
Dapat kita bayangkan, jika kita mampu menerangkan ilmu pengetahuan dengan demikian hebat. Memprediksikan skor pertandingan dengan hebat, memperkirakan siapa akan jadi apa dengan argumen yang bagus, namun ketika kita tidak mampu membawa diri sebagai anak-anak Allah, menyajikan apa keahlian kita sebagai representasi kemanusiaan kita sebagai ciptaan Allah, untuk apa? Kita jatuh pada kehendak manusiawi dan duniawi. Kita hanya membawa kita yang melepaskan keterlibatan Tuhan dalam hidup dan kemampuan kita.
Saudara terkasih, sering kita merasa bahwa apa yang kita miliki, kemampuan kita, dan keadaan kita itu karena usaha kita sepenuhnya. Kemampuan kita sendiri. Namun apakah ingat, dan perlu juga diingat bahwa itu semua bukan apa-apa ketika melepaskan diri dengan kesatuan pada  Allah Bapa Mahakuasa. Kita ini bukan siapa-siapa tanpa Tuhan.
Tugas dan perutusan kita di dunia ini untuk membawa kasih karunia Tuhan dalam rupa insan, kita yang diciptakan Tuhan secara sempurna hendak dipakai untuk menyatakan diri dengan rupa dan bahasa mansuia. Bagaimana mungkin jika hati kita tidak peka, hati kita penuh dengan kedengkian, dan malah memuja diri bisa menjadi tanda dan sarana kehadiran Allah.
Orang pinter banyak, cerdik pandai tidak kurang-kurang, namun orang pandai, cerdas, dan beriman sehingga mampu peka pada kebutuhan orang lain itu yang membedakan. Selayaknya kita memohin agar menjadi pribadi yang cerdas juga peka serta bijaksana. Melihat dan melibatkan Tuhan dalam seluruh dimensi hidup kita. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar