Jumat Pekan
Biasa XXIX (H)
Rm. 7:18-25
Mzm.
119:66,68,76,77,93.94
Luk.
12:54-59
Rm. 7:18-25
7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku
sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di
dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
7:19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku
perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku
perbuat.
7:20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka
bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.
7:21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki
berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
7:22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,
7:23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum
lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan
hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.
7:24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari
tubuh maut ini?
7:25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita
Luk. 12:54-59
12:54 Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu
melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan
hal itu memang terjadi.
12:55 Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu
berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi.
12:56 Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu
menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?
12:57 Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang
benar?
12:58 Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap
pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya
jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada
pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara.
12:59 Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana,
sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."
Kepekaan
Diri
Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan firman
Tuhan bersama Bunda Gereja mengenai kepekaan hati dan budi kita terhadap
sesama. Sering kita merasa mampu merasakan getaran alam, atau memiliki
kemampuan untuk tahu hal sebelum terjadi, namun apakah kita mampu dan peka
melihat kebutuhan, derita, atau keadaan saudara kita dengan baik?
Merasa mampu ini dan itu, pakar dan ahli dalam
banyak ilmu pengetahuan, atau merasa linuwih,
namun apakah itu semua mengantar pada kemanusiaan, mengalahkan diri, dan
memahami kehendak Allah dengan lebih baik lagi? Ini yang menjadi tugas kita
sebagai anak-anak Allah di dunia ini. Membawa citra Allah dalam diri kita
masing-masing.
Dapat kita bayangkan, jika kita mampu menerangkan
ilmu pengetahuan dengan demikian hebat. Memprediksikan skor pertandingan dengan
hebat, memperkirakan siapa akan jadi apa dengan argumen yang bagus, namun
ketika kita tidak mampu membawa diri sebagai anak-anak Allah, menyajikan apa
keahlian kita sebagai representasi kemanusiaan kita sebagai ciptaan Allah,
untuk apa? Kita jatuh pada kehendak manusiawi dan duniawi. Kita hanya membawa
kita yang melepaskan keterlibatan Tuhan dalam hidup dan kemampuan kita.
Saudara terkasih, sering kita merasa bahwa apa yang
kita miliki, kemampuan kita, dan keadaan kita itu karena usaha kita sepenuhnya.
Kemampuan kita sendiri. Namun apakah ingat, dan perlu juga diingat bahwa itu
semua bukan apa-apa ketika melepaskan diri dengan kesatuan pada Allah Bapa Mahakuasa. Kita ini bukan
siapa-siapa tanpa Tuhan.
Tugas dan perutusan kita di dunia ini untuk membawa
kasih karunia Tuhan dalam rupa insan, kita yang diciptakan Tuhan secara
sempurna hendak dipakai untuk menyatakan diri dengan rupa dan bahasa mansuia. Bagaimana
mungkin jika hati kita tidak peka, hati kita penuh dengan kedengkian, dan malah
memuja diri bisa menjadi tanda dan sarana kehadiran Allah.
Orang pinter banyak, cerdik pandai tidak
kurang-kurang, namun orang pandai, cerdas, dan beriman sehingga mampu peka pada
kebutuhan orang lain itu yang membedakan. Selayaknya kita memohin agar menjadi
pribadi yang cerdas juga peka serta bijaksana. Melihat dan melibatkan Tuhan
dalam seluruh dimensi hidup kita. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar