Kamis, 31 Oktober 2019

Suara Kenabian


Kamis Pekan Biasa XXX (H)
Rm. 8:31-39
Mzm. 109:21-22,26-27,30-31
Luk. 13:31-35



Rm. 8:31-39

8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?
8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
8:36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."
8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.


Luk. 13:31-35

13:31 Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau."
13:32 Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.
13:33 Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.
13:34 Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti  induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi  kamu tidak mau.
13:35 Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata:  Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!"



Suara Kenabian

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan tugas, peran, dan keberadaan kita di dunia ini. Dalam bacaan Injil kita bersama-sama bisa belajar banyak hal mengenai sikap dan kata-kata Yesus. Herodes penguasa saat itu disebut oleh Yesus sebagai serigala. Mengapa demikian berani dan lantang. Ini menjadi penting untuk kita renungkan lebih dalam lagi.
Herodes sebagai penguasa setempat, jelas sering melakukan tindakan kejam demi menarik perhatian Roma sehingga kedudukannya aman. Ia memungut pajak tinggi untuk menyenangkan pemerintah pusat. Pun perilaku buruknya sebagai pribadi. Dan Yesus melihat hal itu sebagai hal yang jahat dan buruk, perlu untuk diluruskan dan dikritik agar rakyat tidak melihat itu sebagai hal yang wajar.
Yesus juga tidak perlu pergi sebagaimana kehendak banyak orang. Ini juga prinsip, ketika orang ketakutan untuk menyuarakan kebenaran, berbuat kebaikan, dan perilaku positif lainnya, berarti keadaan tidak benar dan baik lagi. Perlu tindakan berani. Dan Yesus  melakukan itu, bahkan mungkin nyawa adalah taruhan.
Saudara terkasih, mungkin dalam konteks yang sedikit sekali perbandingannya dengan apa yang Tuhan Yesus hadapi, kita pun mengalami. Paling sering dan mudah adalah soal susahnya untuk beribadah dengan nyaman, pendirian rumah ibadat yang sering dipermasalahkan, atau mengenai karir dan pekerjaan yang mentok atau bahkan ditolak. Apakah kita kemudian takut dan memilih kompromi dan menjadi penganut agama yang bisa aman dan tenteram, atau tetap beriman meskipun mengalami banyak kesulitan?
Kita pun kadang sebagai umat menjumpai perilaku tidak benar baik pejabat negara atau gereja, dan apa sikap kita? Diam karena mencari aman atau bergosip atau menyuarakan kebenaran dengan cara dan kemampuan yang kita miliki? Kadang memang tidak mudah, apalagi jika berbicara mengenai pekerjaan itu adalah hidup dan mati dalam dunia ini. Toh masih banyak jalan dan kesempatan yang kita dapat tempuh untuk tetap bisa menyuarakan kebenaran tanpa kita mati konyol.
Saudara terkasih, hidup beriman juga perlu perjuangan. Berjuang dengan cerdik dan tulus juga penting, jika kita menyuarakan kebenaran namun malah kalah dan hilang duluan, buat apa. Apalagi jika sampai mati konyol. Tentu tidak memberikan daya guna. BD. eLeSHa.


Rabu, 30 Oktober 2019

Masuklah Melalui Pintu Sempit itu!


Rabu Pekan Biasa XXX (H)
Rm. 8:26-30
Mzm. 13:4-5,6
Luk. 13:22-30



Rm. 8:26-30

8:26 Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
8:27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.
8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya


Luk. 13:22-30

13:22 Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
13:23 Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"
13:24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
13:25 Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.
13:26 Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.
13:27 Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!
13:28 Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.
13:29 Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
13:30 Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."



Masuklah Melalui Pintu Sempit itu!

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan keselamatan dan cara mendapatkannya. Keselamatan memang anugerah, pemberiaan, dan kasih karunia dari Allah. Manusia berperan dan memiliki konsekuensi atas kasih karunia itu. Mengapa ada konsekuensi? Agar orang hidup bukan seenaknya sendiri karena merasa sudah selamat. Mana ada hidup seenaknya namun mendapatkan hasil yang memuaskan?
Perintah Yesus yang menghendaki kita memasuki pintu yang sempit itu memberikan gambaran  bahwa kasih karunia keselamatan itu perlu perjuangan dan ada upaya maksimal. Semua orang akan datang dan memasuki dari jalan atau pintu yang sama itu. mengusahakan dengan semaksimal kita, masiha da Roh Kudus yang akan membantu dan memberikan kesempatan untuk mampu melaluinya. Jangan khawatir sendirian.
Saudara terkasih, kadang orang menjadi tidak sabar jika sedang melalui kesulitan, merasa bahwa ngapain susah-susah ketika ada yang lapang dan enak? Tidak jarang yang lapang dan mudah itu adalah jebakan dan menyesatkan. Ingat setan dan kuasa jahatnya selalu mengintai untuk membuat kita terpisah dari kuasa Allah. Nah salah satunya adalah menjanjikan dan memberikan kemudahan.
Sebenarnya banyak faktualisasi dalam hidup kita. Mahasiswa dan pelajar enggan belajar memilih main games namun ingin nilai bagus, kemudian mencontek atau menjiplak. Ini juga memilih jalan lapang. Atau hidup berkeluarga demi menghindari pertikaian terus menerus memilih cerai, jalan luas dan lapang juga. Enggan melakukan kerja keras melakukan penipuan, pungli, korupsi, atau sejenisnya, lagi-lagi adalah jalan lapang yang ada.
Saudara terkasih, namun berbeda dengan mengada-adakan kesulitan untuk bisa memperoleh keselamatan, bukan itu. Contoh, sudah tahu anak banyak membutuhkan beaya tinggi, malas bekerja malah selalu membuat anak. Dengan dalih banyak anak banyak rezeki dan kan kehendak Allah. tentu bukan model ini pula yang Tuhan kehendaki.
Tuhan menghendaki kita tetap setia pada setiap kesulitan, menjalani apa yang tidak mudah di dalam Tuhan. Melibatkan Tuhan, melihat rencana Tuhan di dalam seluruh kesulitan yang dihadapi. Inilah namanya iman, dan keselamatan akan menjadi milik yang berani menjalani dengan sabar, setia, dan rendah hati. BD. eLeSHa.

Selasa, 29 Oktober 2019

Kualitas Hidup yang Berkelimpahan


Selasa Pekan Biasa XXX (H)
Rom. 8:18-25
Mzm. 126:1-2ab2cd-3,4-5,6
Luk. 13:18-21




Rom.:8:18-25

8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.
8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,
8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.
8:22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.
8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.


Luk. 13:18-21

13:18 Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?
13:19 Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."
13:20 Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?
13:21 Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."



Kualitas Hidup yang Berkelimpahan

Saudara terkasih, hari ini bersama Bunda Gereja mengajak kita merenungkan bagaimana hidup kita yang berkualitas itu berkelimpahan. Kita hidup karena Allah dan Allah itu juga Pemilik atas segala hal dan memberikan kepada kita kelimpahan.
Kelimpahan berkat kasih karunia itu harus bermanfaat dan berdaya guna untuk orang lain. Kita sebagai penerima kasih karunia tidak sepatutnya hanya menadahnya sendiri namun juga kemudian menyalurkannya kembali kepada semakin banyak saudara dan semakin luas bagi ciptaan lain.
Dalam bacaan Injil ada dua hal yang oatut menjadi bahan permenungan kita bersama, pertama mengenai biji sesawi. Biji yang paling kecil namun ketika menjadi pohon, burung pun mampu bersarang dan berteduh di sana. Ini adalah gambaran kita yang diutus ke dalam dunia untuk bisa memberikan pengamanan, perlindungan, dan menjadi jujugan, ketika ada saudara kita menderita, perlu naungan, atau perlu uluran tangan.
Kita di dunia ini bisa menjadi sarana dan alat bagi perwujudan kasih Allah secara nyata. Bagaimana orang bisa nyaman, aman, dan berbahagia dekat dan datang kepada  kita. Ini kualitas pribadi beriman. Jangan malah orang menjadi takut dan enggan dekat-dekat dengan kita, apalagi karena agama yang kita anut.
Kedua, ragi, kuantitas ragi itu dalam adonan sangat kecil, namun dampak yang ada sungguh luar biasa. Mengubah keadaan, menjadikan perubahan yang sangat drastis. Jika tidak ada malah tidak akan perubahan dan kualitas tidak membaik. Era kini yang penting viral, tenar, dan populer kadang memang membuat susah kehendak Allah dalam hal ini. menjadi ragi yang mengubah dari dalam, namun tidak dikenal ini menjadi sebuah tantangan.
Memberikan dampak, perubahan, dan pembaharuan kualitas itu tugas pemuridan. Tetap tenang tanpa ada yang mengakui, mengenal, apalagi mengapresiasi itu bagian dari salib kita. Berani melepaskan pamrih termasuk yang tidak nyata seperti ini.
Saudara terkasih, keberadaan kita sebagai alat, sebagai penyalur rahmat, sudah layak dan sepantasnya memang tidak dikenal sebagaimana ragi itu. Biar Allah  makin dipermuliakan di dalam kehadiran kita. Kehadiran kita yang membawa citra Allah yang penuh kasih karunia bukan malah membuat Allah terlihat buruk, kejam, dan pemarah. Allah adalah kasih dan kasih itu tidak pernah berkesudahan.BD.eLeSHa.

Senin, 28 Oktober 2019

Kuasa Doa, Simon dan Yudas


Pesta S. Simon dan S Yudas, Ras. (M)
Ef. 2:19-22
Mzm. 19:2-3,4-5
Luk. 6:12-19




Ef. 2:19-22

2:19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
2:20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
2:21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
2:22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.


Luk. 6:12-19

6:12 Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.
6:13 Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul:
6:14 Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus,
6:15 Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot,
6:16 Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.
6:17 Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon.
6:18 Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan.
6:19 Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.



Kuasa Doa, Simon dan Yudas

Saudara terkasih, hari ini kita merayakan kemartiran Santo Simon dan Santo Yudas. Mereka berdua menjadi saksi iman di Iraq ketika negara saat ini. Kawasan di  negara Iraq modern. Mereka mewartakan iman sampai ke sana. Keberadaan dan karya mereka memang tidak banyak tampil dalam Kitab Suci. Hanya dalam banyak kisah, mereka dicantumkan sering berurutan.
Dalam bacaan Injil hari ini kita patut belajar dari apa yang dilakukan Yesus ketika berdoa semalam-malaman sesaat sebelum memanggil para murid. Tindakan baik, mendasar, bahkan utama, sebelum kita memutuskan dan memilih dalam hal apa saja. Doa menjadi pertama dan utama. Ketika kita hendak memilih atau memulai sesuatu dengan doa kita akan menjadi lebih bijak, jika salah akan mampu kembali mendapatkan kekuatan untuk melakukan koreksi.
Pilihan benar dengan doa akan membuat kita tetap membumi, menyadari bahwa ada Tuhan di balik seluruh berkat yang kita terima. Ini karena kita sudah melibatkan Tuhan sejak awal. Tuhan menjadi prioritas dan nomor satu dalam segala.
Saat kita gagal atau ada halangan dalam menjalankan keputusan dan pilihan kita, kalau melibatkan Tuhan, kita akan mendapatkan kekuatan, memperoleh kemampuan menghadapinya. Kekuatan dari Tuhan yang membuat kita bisa mengatasi persoalan itu. Doa bukan memohon agar kita dimudahkan, atau persoalan dihilangkan, namun bahwa kita menjadi mampu melakukan hal yang terburuk sekalipun.
Saudara terkasih, berdoa, berkomunikasi dengan Sang Sumber Hidup yang akan memberikan banyak hal bagi kita dan hidup kita ke depan. Apapun yang kita mohonkan, apapun yang kita komunikasikan terhadap Allah Bapa akan mendapatkan tanggapan yang semestinya. Tuhan Allah kita Mahabaik, tidak akan mengabaikan kita begitu saja.
Tuhan Allah kita yang selalu memberikan kasih karunia itu tidak pernah melihat seperti apa kita, pendosa atau orang yang alim dan setia, atau apa yang kita berikan kepada-Nya dalam wujud persembahan, namun melihat apa yang kita lakukan itu demi DIA dan sesama atau hanya memburu kesenangan. Permohonan menuju kebaikan atau malah menyesatkan.
Berdoa bersama Yesus dalam suka dan duka, setiap keputusan yang kita ambil dengan mengandalkan doa. Berkonsultasi dan berkomunikasi dengan Bapa Yang Paling Baik tentunya. BD.eLeSHa.


Minggu, 27 Oktober 2019

Rendah Hati dan Kualitas Doa


HARI MINGGU BIASA PEKAN XXX (H)
Sir. 35:12-14,16-18
Mzm. 34:2-3,17-18,19-23
2 Tim. 4:6-8,16-18
Luk. 18:9-14




Sir. 35:12-14,16-18

35:12 Sebab Tuhan adalah Hakim, yang tidak memihak.
35:13 Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin, tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-Nya.
35:14 Jeritan yatim piatu tidak diabaikan-Nya, ataupun jeritan janda yang mencurahkan permohonannya.
 35:16 Tuhan berkenan kepada siapa yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya, dan doanya naik sampai ke awan.
35:17 Doa orang miskin menembusi awan, dan ia tidak akan terhibur sampai mencapai tujuannya.
35:18 Ia tidak berhenti hingga Yang Mahatinggi memandangnya, dan memberikan hak kepada orang benar dan menjalankan pengadilan.


2 Tim. 4:6-8,16-18

4:6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
4:8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
4:16 Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku -- kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka --,
4:17 tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa.
4:18 Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.


Luk. 18:9-14

18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.



Rendah Hati dan Kualitas Doa

Saudara terkasih, hari ini kita merayakan Hari Minggu Biasa Pekan XXX, kita bersama Bunda Gereja merenungkan mengenai diri yang rendah hati dan kualitas doa. Dalam bacaan Injil Yesus mengisahkan ada dua orang yang berdoa di Bait Allah, atau gereja, atau pokoknya tempat ibadah kala itu.
Dua pribadi satu yaitu Farisi dan yang kedua adalah pemungut cukai. Farisi adalah kelompok yang sangat taat akan hukum Taurat. Hidup mereka benar-benar mengabdi hukum dan sangat detail menjalankan itu semua. Seluruh larangan dan anjuran dalam hukum Taurat mereka lakukan. Malah kadang menambahkan sendiri.
Sisi lain, si pemungut cukai adalah pegawai penjajah. Mereka mengutip pajak kepada saudara mereka. Selain pegawai penjajah mereka ini sering menarik jumlah pajak yang lebih banyak dari pada yang disetorkan kepada Romawi. Mereka mengambil untung dari derita saudara mereka.
Mengenai sikap mereka yang tidak peduli sejatinya sama. Farisi juga tidak peduli pada saudara mereka yang banyak memberikan untuk Bait Allah yang sering jumlahnya juga tidak masuk akal. Apalagi pemungut cukai. Demi mendapatkan nama baik dan hidup layak mereka mana peduli saudara mereka tercekik.
Saudara terkasih, ternyata mereka berdua berdoa bersamaan. Si Farisi berdiri dan melaporkan prestasinya kepada Tuhan. Ia juga membandingkan diri sebagai lebih baik dari pada saudaranya yang juga sedang berdoa itu. Ia memberikan daftar prestasi hidupnya yang memang gilang gemilang di dalam menaati segala aturan. Namun ia melupakan Tuhan adalah segalanya, Tuhan Mahatahu, tidak perlu ia beri tahu. Ia abai akan keberadaan dan kebesaran Tuhan.
Hari-hari  ini, kita sebagai bangsa juga sedang dan sering mendengarkan orang pamer soal agama, kesalehan sosial, dan aneka bentuk klaim kesucian ataupun kesalehan itu. Membela agama dan  Tuhan selalu menjadi slogan di mana-mana, pada sisi lain korupsi, prostitusi, dan juga sikap buruk lainnya merajalela tanpa tentu arah dan sikap. Munafik dan sikap mendua, religius namun juga cluthak.
Sikap si pmungut cukai, rendah hati dan tahu diri, ia jauh-jauh dan menebah dada dan mengaku sebagai pendosa yang tidak pantas berdoa. Pribadi yang oleh Yesus dibenarkan dalam berdoa.
Saudara terkasih, tidak ada yang salah di dalam doa. Namun bagaimana dan seperti apa isi doa itu yang membedakan. Tuhan tidak melihat siapa yang berdoa, baik pendosa atau pribadi yang taat. Sama saja di hadapan Allah. Namun apakah mau terbuka, rendah hati, dan mengakui diri pendosa atau malah jemawa? Sejatinya, apa sih yang membuat kita merasa diri lebih itu? Apalagi di hadapan Allah. BD.eLeSHa.

Sabtu, 26 Oktober 2019

Kesempatan itu Kasih


Sabtu Pekan Biasa XXIX (H)
Rm. I8:1-11
Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6
Luk. 13:1-9




Rm. I8:1-11

8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
8:2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.
8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,
8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.
8:5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
8:6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
8:7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.
8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
8:9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.
8:10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.
8:11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.


Luk. 13:1-9

13:1 Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.
13:2 Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?
13:3 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.
13:4 Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?
13:5 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."
13:6 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.
13:7 Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!
13:8 Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,
13:9 mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"




Kesempatan itu Kasih

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan bagaimana Tuhan itu memberikan kesempatan. Tuhan tidak berlaku otoriter, namun juga mendengarkan keinginan umat-Nya. Dalam bacaan Injil jelas bagaimana Yesus menghendaki pohon yang tidak menghasilkan itu untuk ditebang. Ada dua hal bagus, menarik, dan patut kita syukuri.
Pertama, Yesus memberikan kesempatan. Bagaimana IA memberikan waktu sebagaimana permohonan pengurus kebun. Di mana ia akan merawat dan memberikan pupuk, jika tidak berbuah juga, baru tebang adalah pilihan terakhir.
Saudara terkasih, sering kita merasa ppaling hebat, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada suadara kita yang memerlukan toleransi. Ada kesempatan untuk perbaikan, ada usaha lebih lagi untuk bisa menghasilkan.
Kedua, mengenai Tuhan berkenan mengubah keputusan-Nya.Pun kita sering menilai dan menyatakan Tuhan tidak akan memberikan yang kita minta. Tuhan tidak kejam, Tuhan juga mendengarkan keinginan dan kerinduan kita kog. Tuhan juga berkenan mengubah apa yang sebenarnya ingin IA berikan, namun itu perlu upaya keras dan bersungguh-sungguh dari pihak kita.
Hal itu menjawab beberapa orang yang datang dan merasa lebih dibandingkan orang lain yang sedang menerima musibah. Kita pun sering berperilaku demikian ada bencana alam mengaitkan dengan Tuhan marah atas perilaku orang yang sedang menghadapi bencana. Atau ketika Tuhan memberikan anugerah yang bukan yang diharapkan mengatakan, dosa dan salahku apa sih?
Saudara terkasih, Tuhan tidak melihat dosa kita di dalam memberikan kasih karunia-Nya. Kasih-Nya tidak terbatas dan terhalang karena keberadaan kita. Tuhan hanya menghendaki kita untuk bertobat, berbenah, dan memperbaiki diri. Pertobatan itu adanya perubahan, siap dibentuk oleh Tuhan, siap disiangi, dan siap dipangkas ranting-ranting yang tidak berguna. Kesiapsediaan kita itu memerlukan keterbukaan dan kerendahhatian kita. Bagaimana bisa dan mau dibentuk dan bertobat jika tinggi hati, merasa diri lebih, dan merasa paling dalam hidup ini.
Sikap membuka hati untuk dibentuk Tuhan dan kesiapsediaan untuk bertobat karena Tuhan menganugerahkan kepada kita kesempatan dan Tuhan juga berkenan mengubah keputusan-Nya demi kasih-Nya yang tak terbatas itu. Kita layak bersyukur dan berterima kasih bahwa Tuhan kita demikian baik dan penuh kasih karunia. BD.eLeSHa.

Jumat, 25 Oktober 2019

Kepekaan Diri


Jumat Pekan Biasa XXIX (H)
Rm. 7:18-25
Mzm. 119:66,68,76,77,93.94
Luk. 12:54-59



Rm. 7:18-25

7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
7:19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
7:20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.
7:21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
7:22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,
7:23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.
7:24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?
7:25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita



Luk. 12:54-59

12:54 Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi.
12:55 Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi.
12:56 Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?
12:57 Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?
12:58 Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara.
12:59 Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."



Kepekaan Diri


Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan firman Tuhan bersama Bunda Gereja mengenai kepekaan hati dan budi kita terhadap sesama. Sering kita merasa mampu merasakan getaran alam, atau memiliki kemampuan untuk tahu hal sebelum terjadi, namun apakah kita mampu dan peka melihat kebutuhan, derita, atau keadaan saudara kita dengan baik?
Merasa mampu ini dan itu, pakar dan ahli dalam banyak ilmu pengetahuan, atau merasa linuwih, namun apakah itu semua mengantar pada kemanusiaan, mengalahkan diri, dan memahami kehendak Allah dengan lebih baik lagi? Ini yang menjadi tugas kita sebagai anak-anak Allah di dunia ini. Membawa citra Allah dalam diri kita masing-masing.
Dapat kita bayangkan, jika kita mampu menerangkan ilmu pengetahuan dengan demikian hebat. Memprediksikan skor pertandingan dengan hebat, memperkirakan siapa akan jadi apa dengan argumen yang bagus, namun ketika kita tidak mampu membawa diri sebagai anak-anak Allah, menyajikan apa keahlian kita sebagai representasi kemanusiaan kita sebagai ciptaan Allah, untuk apa? Kita jatuh pada kehendak manusiawi dan duniawi. Kita hanya membawa kita yang melepaskan keterlibatan Tuhan dalam hidup dan kemampuan kita.
Saudara terkasih, sering kita merasa bahwa apa yang kita miliki, kemampuan kita, dan keadaan kita itu karena usaha kita sepenuhnya. Kemampuan kita sendiri. Namun apakah ingat, dan perlu juga diingat bahwa itu semua bukan apa-apa ketika melepaskan diri dengan kesatuan pada  Allah Bapa Mahakuasa. Kita ini bukan siapa-siapa tanpa Tuhan.
Tugas dan perutusan kita di dunia ini untuk membawa kasih karunia Tuhan dalam rupa insan, kita yang diciptakan Tuhan secara sempurna hendak dipakai untuk menyatakan diri dengan rupa dan bahasa mansuia. Bagaimana mungkin jika hati kita tidak peka, hati kita penuh dengan kedengkian, dan malah memuja diri bisa menjadi tanda dan sarana kehadiran Allah.
Orang pinter banyak, cerdik pandai tidak kurang-kurang, namun orang pandai, cerdas, dan beriman sehingga mampu peka pada kebutuhan orang lain itu yang membedakan. Selayaknya kita memohin agar menjadi pribadi yang cerdas juga peka serta bijaksana. Melihat dan melibatkan Tuhan dalam seluruh dimensi hidup kita. BD.eLeSHa.