Jumat, 13 September 2019

Sikap Batin atas Materi


Rabu Pekan Biasa XXIII (H)
Kol. 3:1-11
Mzm. 145:2-3,10-11,12-13ab
Luk. 6:20-26




Kol. 3:1-11

3:1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
3:3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
3:4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
3:6 semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka].
3:7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.
3:8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
3:9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
3:10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;
3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.


Luk. 6:20-26

6:20 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.
6:21 Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.
6:22 Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.
6:23 Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.
6:24 Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.
6:25 Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.
6:26 Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."



Sikap Batin atas Materi

Sudara terkasih, hari ini kita diajak Bunda Gereja merenungkan siapa yang berbahagia dan siapa yang menderita. Konteks  bahagia dan menderita dalam hal ini adalah berkaitan dengan iman kepercayaan. Jangan sampai hanya memahami dengan konteks harafiah semata-mata. Karena jika demikian, orang  bisa menjadi salah sangka dan salah memahami apa yang sebenarnya harus dimengerti dan diperjuangkan dalam dunia ini.
Ada dua yang perlu dipahami dengan baik, pertama soal  kemiskinan dan kebahagiaan. Apakah Tuhan menghendaki kita miskin dan bisa berbahagia? Tidak sepenuhnya demikian. Namun bahwa orang yang tidak menomorsatukan uang, materi, dan kebendaan itu bisa berlaku bebas dan merdeka. Kecemasan akan hartanya minim. Mau berbagi dan tidak hanya mengumpulkan apalagi jika sampai berperilaku tamak.
Berkaitan pula dengan sikap permusuhan, atau dibenci karena kepercayaan dan iman kepada Tuhan, itu adalah kebahagiaan kita sebagai anak Tuhan sejatinya. Bukannya malah kita takut dan kalah kemudian mengalah demi jabatan dan harta misalnya. Inilah kesempatan kita memberikan kesaksian. Tuhan bersabda bahwa kita akan diberikan suka cita dan damai sejahtera.
Kedua, mengenai kekayaan. Tuhan bukan membenci dan menyalahkan kekayaan, namun sikap manusiawi kita  terhadap harta. Bagaimana sikap batin kita. Jika memuja harta, materi, dan uang adalah segalanya, itulah yang Tuhan nyatakan dalam bentuk kejengkelan. Orang akan celaka jika mendewakan materi dalam hidupnya. Biasanya orang yang menilai uang segalanya itu juga akan susah dan enggan berbagi.
Orang yang gila pujian, orang yang hanya mengejar kata orang, atau pribadi yang haus  akan pengakuan dan pujian dari orang lain. Fokus mereka adalah penerimaan, sehingga abai akan ketulusan dan kepedulian akan orang lain.
Saudara terkasih, apa yang Tuhan kehendaki ialah bahwa kita berorientasi pada orang lain terlebih dahulu. Mengapa demikian? Karena Tuhan  Allah memberikan contoh, keteladanan, dan Putera-Nya sebagai bukti kepeduliaan pada anak-anak-Nya. Kasih Allah luar biasa, memberikan Putera-Nya sendiri demi selamat kita. Ketulusan kita pun diharapkan bisa berlaku demikian. Mau berbagi, mau peduli, dan bersama-sama untuk memuliakan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar