Selasa
Biasa Pekan XXIV (H)
1 Tim.
3:1-13
Mzm.
101:1-2ab, 2cd-3ab,5,6
Luk. 7:11-17
1 Tim.
3:1-13
3:1 Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan
penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah."
3:2 Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat,
suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi
tumpangan, cakap mengajar orang,
3:3 bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai,
bukan hamba uang,
3:4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh
anak-anaknya.
3:5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri,
bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?
3:6 Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia
menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.
3:7 Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar
jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.
3:8 Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan
bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah,
3:9 melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani
yang suci.
3:10 Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam
pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat.
3:11 Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan
pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal.
3:12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus
anak-anaknya dan keluarganya dengan baik.
3:13 Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan
yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan
leluasa.
Luk. 7:11-17
7:11 Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain.
Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak
menyertai-Nya berbondong-bondong.
7:12 Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung
ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang
dari kota itu menyertai janda itu.
7:13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh
belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!"
7:14 Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang
para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah!"
7:15 Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata,
dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
7:16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil
berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan
"Allah telah melawat umat-Nya."
7:17 Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di
seluruh daerah sekitarnya.
Belas
Kasih itu Keperluan yang Diberi
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja merenungkan betapa baiknya Tuhan Yesus. Kasih karunia-Nya diberikan
dengan spontan, tergerak karena kasih-Nyalah, IA memberikan dan melakukan
mukjizat yang karena tergerak oleh belas kasih-Nya yang besar.
Melihat usungan jenazah, di mana ia adalah anak
satu-satunya dari seorang janda. Ingat dulu konteks anak laki-laki, bagi janda
adalah sebuah harapan tunggal. Anak itu yang menjadi soko guru atas hidupnya. Posisi
janda tergantung laki-laki yang ada, baik secara sosoilogis, ataupun ekonomi. Bisa
dibayangkan betapa gelap hidup si ibu tanpa anaknya.
Tuhan Yesus menolong dan tergerak itu bukan karena
kepentingan-Nya, namun siapa yang hendak diulurkan tangan-Nya itu. sering kita
gagal menolong karena apa yang kita ulurkan itu kepentingan kita. Apa yang kita
pandang baik, yang kita simpulkan penting, dan apa yang kita asumsikan, bukan
apa yang menjadi kebutuhan yang kita tolong.
Ada sebuah kisah inspiratif, di mana monyet melihat
ikan yang kentir karena banjir. Nah karena
kebanjiran ikan itu terbawa arus. Si monyet yang melihat ikan itu berpikir
dalam pola pikirnya sendiri. Ia membawa si ikan itu ke atas pohon. Jelas maksudnya
mau menolong namun apa yang terjadi? Ikan itu mati. Dan si monyet juga tidak
sepenunya salah. Ini hanya kisah inspirasi, namun bisa saja terjadi dalam hidup
bersama kita.
Atau maunya menolong kupu-kupu keluar dari
kepompong, namun apakah itu membantu atau malah membuatnya teraniaya? Karena upaya
keluar itu untuk membuatnya mengurangi cairan dan bisa menjadikan sayapnya
tipis dan bisa untuk terbang.
Saudara terkasih, sering kita berorientasi ke kita,
bukan pihak lain yang mau dibantu. Kita berpikir kita dulu, kadang juga adanya do ut des, pamrih, saya memberi agar
saya juga mendapatkan balasan atau sesuatu sebaliknya.
Membantu itu ya apa yang paling diperlukan dan dibutuhkan,
bukan apa yang kita kehendaki. Berpikir pada pihak lain, orientasi bukan kita
yang menjadi pusat. Belas kasih itu adanya dalam hati nurani bukan otak. Analitis
itu otak dan gerak spontan itu nurani.
Sudahkah nurani kita melangkah dengan pasti, bebas,
spontan, dan begitu saja? Ataukah masih menimbang untungnya buatku terlebih
dulu? BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar