Senin, 09 September 2019

Cara Pandangmu itulah Kualitasmu


Senin Biasa Pekan XXIII (H)
Kol 1:24-2:3
Mzm. 62:6-7,9
Luk. 6:6-11



Kol 1:24-2:3

1:24 Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.
1:25 Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu,
1:26 yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya.
1:27 Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!
1:28 Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.
1:29 Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.
2:1 Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang belum mengenal aku pribadi,
2:2 supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus,
2:3 sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.


Luk. 6:6-11

6:6 Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya.
6:7 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia.
6:8 Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: "Bangunlah dan berdirilah di tengah!" Maka bangunlah orang itu dan berdiri.
6:9 Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?"
6:10 Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya.
6:11 Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus



Cara Pandangmu itulah Kualitasmu

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan mengenai sikap kita yang menghadapi orang atau fenomena dengan kecurigaan, mengawas-awasi untuk menjatuhkannya, dan kemudian menjadikan itu bahan untuk membuat pihak yang diawasi celaka. Bacaan Injil memperlihatkan fenomena demikian jelas, gamblang, dan terus terang.
Tentu berbagai alasan bisa menjadi dalih pembenar atau penguat perilaku itu. Bisa karena iri sehingga  orang berpikir bagaimana memperoleh yang ia tidak mampu dapatkan. Atau dengki, identik dengan hal ini.
Bisa juga karena merasa terancam kedudukan, pendapatan, atau pamornya. Dengan demikian orang berusaha mengambil alih, memaksa merebut apa yang dipikirnya akan hilang dan merasa dirugikan. Hal yang sangat manusiawi dan sangat mungkin ada di dalam diri orang dan dunia ini.
Ada pula karena memang pola pikir, pola bertindak, dan pendekatannya selalu buruk, atau negatif thingking. Jadi lahirlah namanya litani serba salah. Berbuat ini salah, berbuat itu salah, apalagi tidak berbuat.
Saudara terkasih, hari-hari ini, kita di dalam berbangsa pun sedang mengalami pencobaan. Bagaimana tidak, ketika mau membangun gedung gereja dipersulit, menggunakan rumah tinggal dibubarkan, tertib hukum tidak bisa, apalagi tidak tertib. Serba salah, dan serba susah, karena selalu diawasi dan dicurigai.
Pun sebagai anggota gereja kita tidak lepas dari sikap demikian. Ramanya suka kunjungan umat dikhawatirkan kecanthol umat, diam saja di pastoral dikatakan tidak gaul. Keluar terus dikatakan kurang kerjaan, diam di kamar dan menulis kapan mengunjungi umat. Jangan salah, kitapun sering berperilaku seperti kaum Farisi  itu.
Perubahan untuk bisa berbuat baik tanpa berpikir akan mendapatkan komentar, berperilaku sesuai denga tatanan sosial dan agama, mau bertindak tanpa berpamrih, itu adalah kualitas. Sering kita kalah dengan tekanan publik, khawatir jika mendapatkan cibiran atau cemoohan, yang kadang itu tidak kita lakukan sejatinya.
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita, bahwa asal demi kebaikan orang lain, membantu orang lain menjadi lebih baik, lakukan. Tidak perlu khawatir akan apa tanggapan publik. Kasih Tuhan itu yang membedakan.  Sikap positif karena kita sudah memperoleh kasih dari Tuhan. Bersyukurlah karena Tuhan kita adalah kasih yang membuat bisa berpikir dan bersikap positif. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar