Pw.
S. Yohanes Krisostomus, Usk,PujG (P)
1
Tim. 1:1-2,12-14
Mzm.
16:1,2a,5,7-8,11
Luk.
6:39-42
1
Tim. 1:1-2,12-14
1:1
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan
Kristus Yesus, dasar pengharapan kita,
1:2
kepada Timotius, anakku yang sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai
sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.
1:12 Aku
bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita,
karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku --
1:13 aku yang
tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku
telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan
yaitu di luar iman.
1:14 Malah kasih
karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman
dan kasih dalam Kristus Yesus.
Luk.
6:39-42
6:39
Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang
buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?
6:40
Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah
tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.
6:41
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di
dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
6:42
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku
mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam
matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari
matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu
dari mata saudaramu.
Perilaku
Munafik dan Yohanes Krisostomus
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja merenungkan pengalaman rohani dan panggilan Santo Yohanes Krisostmus. Pada
bacaan Injil pun selaras dengan apa yang menjadi perjuangan dan tantangan Santo
Yohanes Krisostomus. Apa yang patut kita renungkan adala sebagai berikut:
Pertama, dalam bacaan Injil kita diajak melihat
bagaimana perilaku kita di dalam hidup bersama ini. melihat kekurangan orang
dengan demikian jelas. Namun sering kali abai melihat kekurangan dan
kelemahan sendiri. Padahal tidak jarang
kelemahan kita jauh lebih kuat, besar, dan mengganggu.
Kedua, karena merasa lebih dalam banyak hal, kadang
kita bak orang buta menuntun orang buta. Apa yang kita lakukan, bukannya
membantu malah mencelakakan, termasuk diri sendiri juga ikut celaka. Munafik dan
sok tahu bisa menjadi bencana dalam hidup kita.
Ketiga, kita sering tidak mau belajar dan merasa
sudah tahu. Ini menjadi masalah dari kedua poin di atas. Merasa diri tahu ini
adalah awal dari maut.
Keempat, pengalaman dan panggilan Yohanes
Krisostomus, santo ini anak dari kelas bangsawan. Ia dididik dengan tekun dan
sebagai seorang anak pejabat pada eranya. Pada usia remaja dan dewasa awal ia
belajar ilmu orasi. Ilmu berkotbah dan berbicara. Termasuk siswa yang
berprestasi. Namun panggilan Tuhan mengubahnya menjadi seoraang imam. Belajar menjadi
rahib dan akhirnya ditahbisakan sebagai seorang imam.
Kemampuannya berorasi menjadikannya ia imam yang
menyenangkan, sekaligus mengesalkan bagi dunia yang terkena dampak kritikannya.
Pembesar negeri dan gereja terkena kritikan-kritikannya. Berbeda dengan umat
yang sangat menghormati dan menyenangi gaya berkotbahnya.
Suatu saat ia diasingkan karena kritikannya yang
membuat panas baik pejabat gereja dan kota di mana ia menjadi imam. Umat yang
mengasihinya menuntut untuk Yohanes dikembalikan. Desakan yang hebat itu
membuat mereka mengembalikan Yohanes pada posisinya. Kembali banyak yang
tersinggung atas ajarannya yang menohon para kaum elit yang munafik, kembali ia
diasingkan. Pengasingan yang mahaberat dan menjadikannya meninggal di sana.
Nama Krisostomus berarti mulut emas karena kritikan
dan ajaran-ajarannya yang ia nyatakan dan tuliskan banyak memberikan pembaruan
baik bagi biarawan atau pun umat. Di mana kondisi memprihatikan sedang terjadi.
Keberaniannya menyatakan kebenaran hingga mengorbankan dirinya. Layak menjadi teladan dalam iman. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar