Minggu, 22 September 2019

Setialah dalam Segala Hal


HARI RAYA MINGGU BIASA PEKAN XXV (H)
Am. 8:4-7
Mzm. 113:1-2,4-6,7-8
1 Tim. 2:1-8
Luk. 16:1-13



Am. 8:4-7

8:4 Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini
8:5 dan berpikir: "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu,
8:6 supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?"
8:7 TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: "Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!

1 Tim. 2:1-8

2:1 Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,
2:2 untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.
2:3 Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita,
2:4 yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
2:5 Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,
2:6 yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.
2:7 Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul -- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta -- dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.
2:8 Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.


Luk. 16:1-13

16:1 Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya.
16:2 Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
16:3 Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu.
16:4 Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
16:5 Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku?
16:6 Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.
16:7 Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
16:8 Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.
16:9 Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi."
16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."



Setialah dalam Segala Hal

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman Tuhan mengenai kesetiaan. Kesetiaan itu dilihat dari apa yang bisa diyakini, bisa dipercaya, dan bisa dilihat konsistensinya dari hal-hal yang kecil sekalipun. Mengapa demikian? Karena ketika orang itu setia dan taat pada yang kecil, demikian juga pada hal yang besar tidak akan ada masalah.
Ada ungkapan kalau menitipkan kalimat bisa bertambah, kalau menitipkan uang sangat mungkin akan berkurang. Kecenderungan bahwa orang itu sulit untuk bisa  memegang uang dengan penuh kepercayaan. Seolah sudah pada dasarnya demikian. Namun apakah dengan demikian, bahwa uang itu perlu dihindari?
Sejatinya tidak, uang bukan sebagai tujuan, uang dan materi bukan sebagai motivasi di dalam berperilaku. Namun uang dan materi adalah sebagai sarana, atau bisa juga sebagai bonus semata. Konsekuensi atas kerja kita. Jika kita menjadikan materi dan uang sebagai tujuan, kita bisa jatuh pada kerakusan dan ketamakan. Kita saksikan bersama bagaimana orang berlomba-lomba korupsi. Mengapa? Karena orang menakar kesuksesan, kehormatan, dan kemuliaan dari deretan rekening, mobil dan rumah mewah, rekreasi ke luar negeri, dan itu bisa menyesatkan.
Materi dan uang seperti apa yang Tuhan kehendaki? Uang sebagai sarana di dalam memuliakan Allah. Uang yang tidak menghambat orang untuk bisa melayani Tuhan dan sesama. Bagaimana semua yang dimiliki itu dipakai untuk memuliakan Allah melalui pelayanan pada sesama. Kemauan berbagi bukan hanya mengumpulkan. Kehendak bebas merdeka dengan harta milik, bukan malah membelenggu dan menghalangi karya di dalam pelayanan.
Contoh konkret, demi mengejar bonus dan lemburan mengorbankan Misa dan pertemua  lingkungan. Benar bahwa hidup perlu uang, namun bukan segalanya. Orang bisa menjadi penipu dan memanipulasi banyak hal jika orientasi kita adalah uang atau upah. Relasi kita kepada sesama dikaitkan dengan untung dan rugi. Bergaul hanya dengan orang tertentu karena menguntungkan, karena kekayaannya, atau karena potensi mendapatkan proyek.
Saudara terkasih, Tuhan menganugerahkan apapun bagi kita, kasih karunia-Nya tidak pernah terbatas. Kita pun masing-masing mendapatkan itu, dengan takaran sendiri-sendiri. Semua diberikan untuk kita kembalikan kepada-Nya melalui sesama. Apapun yang kita terima adalah anugerah yang tiada terperikan, mengapa harus kita egois dan enggan untuk berbagi. BD.eLeSHa.

Sabtu, 21 September 2019

Tuhan Datang untuk Semua Orang


Pesta S. Mateus, Ras, PenIjl (M)
Ef. 4:1-7,11-13
Mzm. 19:2-3,4-5
Mat. 9:9-13



Ef. 4:1-7,11-13

4:1 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.
4:2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.
4:3 Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
4:4 satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,
4:5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
4:6 satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.
4:7 Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.
4:11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,
4:12 untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,
4:13 sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,


Mat. 9:9-13

9:9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.
9:10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
9:11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"
9:12 Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.
9:13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."



Tuhan Datang untuk Semua Orang

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan mengenai salah satu penulis Injil, yaitu Matius. Beberapa hal patut kita renungkan mengenai Matius dan juga kasih karunia Tuhan itu dalam hidup kita, melalui peristiwa dan panggilan Matius.
Pertama, Yesus mengatakan yang Tuhan kehendaki adalah belas kasihan bukan persembahan. Konteksnya ialah bahwa para pengritik Yesus saat itu sering menekankan persembahan, perpuluhan, dan juga ini makan bersama dengan pemungut cukai. Jelas bukan mau mengatakan tidak perlu persembahan, namun bahwa persembahan itu bukan segalanya. Lebih penting belas kasihan.
Kedua, belas kasihan atas perilaku orang yang dengan mudah menghakimi, tudingan bahwa mereka lebih saleh dan orang lain pendosa. Sering dalam hidup bersama kita berlaku demikian. Tuhan mengajak kita untuk berbela rasa. Melihat segala sesuatu dengan kaca mata baru.
Ketiga, Tuhan hadir untuk orang sakit, orang terlantar, orang berdosa bukan sebalinya. Orang Farisi yang terbiasa menilai diri sebagai lebih saleh dan suci itu tentu tidak menerima Yesus. Kehadiran Yesus bagi orang yang tersesat, orang yang berdosa, dan orang yang demikian akan lebih bersyukur dan memandang sebagai berkat yang luar biasa.
Keempat, panggilan Matius hendak menyatakan dengan lebih kuat dan jelas kehadiran Tuhan itu bagi orang berdosa. Pengampunan dan kasih ilahi yang mengubah segalanya. Insiatif dari Tuhan.
Kelima, sapaan Tuhan itu perlu jawaban dan kesiapsediaan. Dan di sanalah Matius menjadi contoh dan pola bagi hidup beriman. Jawaban segera dan langsung.
Keenam. Panggilan Tuhan itu berlaku bagi siapa saja yang Tuhan berkenan dan yang mau menjawab dengan tegas dan jelas. Latar belakang Matius yang pendosa, pemungut cukai ternyata tidak menjadi penghalang. Pemungut cukai itu kelas pendosa dalam konteks waktu itu. menjadi pegawai penjajah, dan kadang juga mengutip lebih sangat mungkin untuk kepentingan diri.
Saudara terkasih, dalam peringatan ini, kita patut bersyukur bahwa Tuhan hadir bagi kita semua, dalam seluruh kondisi kita, mau baik atau buruk, mau berdosa atau saleh, bukan menjadi persoalan berarti bagi Tuhan. Tuhan memanggil siapa saja yang berkenan, dan yang mau menjawab dengan penuh suka cita. BD.eLeSHa.

Jumat, 20 September 2019

Pelayanan di Dalam Tuhan


Pw. S. Andreas Kim Taegon, Im, S Paulus Chong Hasang, dkk Mrt (M)
1 Tim. 6:2-12
Mzm. 49:6-7,8-10,17-18,19-20
Luk. 8:1-3



1 Tim. 6:2-12

6:2a Jika tuan mereka seorang percaya, janganlah ia kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus, melainkan hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, karena tuan yang menerima berkat pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang kekasih.
6:2b Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini.
6:3 Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,
6:4 ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,
6:5 percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
6:6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
6:7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
6:8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.
6:12 Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.


Luk. 8:1-3

8:1 Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia,
8:2 dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat,
8:3 Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.



Pelayanan di Dalam Tuhan

Saudara terkasih hari ini kita merenungkan Firman Tuhan bersama Bunda Gereja mengenai pelayanan. Melayani Tuhan dengan berbagai hal. Dalam bacaan Injil hari ini kita disapa dengan pelayanan para perempuan yang mengikuti Tuhan Yesus. Tentu konteks perempuan dalam masa itu jauh berbeda dengan pemahaman kita hari ini. Dulu, perempuan adalah ranah domestik. Ternyata Tuhan mengubah keadaan itu.
Para perempuan melayani Yesus dan karya-Nya dengan apa yang mereka miliki. Kekayaan sebagai sarana pewartaan dan karya Tuhan. Jelas tidak mungkin bisa berkeliling tanpa adanya suport dana dan juga tenaga tentunya.
Pelayanan membutuhkan banyak hal, apalagi di era modern seperti ini. Gembala,  imam saja tidak akan cukup dan mumpuni untuk melakukan seluruh pelayanan Gerejani. Jelas bahwa yang menyangkut sakramen Ekaristi tidak bisa diwakilkan atau digantikan. Namun begitu banyak ragam dan ladang pelayanan yang bisa umat dan awam lakukan.
Kesempatan pelayanan itu sangat terbuka, baik lingkungan, wilayah, ataupun paroki. Baik di depan layar ataupun di belakang layar. Buletin Gereja, majalah Gereja, pewartaan melalui media yang lain itu juga pelayanan. Dan itu sangat penting.
Saudara terkasih, berkaitan dengan pelayanan, salah satu inspirasi kita adalah St. Andreas Kim Taegon dkk. Martir dari Korea. Ia adalah anak orang cukup berada yang menganut agama Katolik. Ayahnya meninggal karena dihukum mati. Kim masuk seminari di Makau dan ditahbiskan di Shanghai. Menjadi imam di Korea pada saat itu bukan perkara mudah dan menjanjikan. Ribuan orang dihukum mati. Salah satunya adalah Martir Kim Taegon yang meninggal dipancung, pada 16 September.
Paus Santo Yohanes Paulus II menganonisasi Martir Korea ini beserta Santo Paulus Chong Hasang dan ratusan pewarta dan saksi Kristus di tanah Korea. Darah yang tercurah sebagai bukti pewartaan dan kesaksian akan Kristus Yesus.
Saudara terkasih, banyak medan, ladang, dan tempat kita bisa berkarya demi mewartakan dan melayani Tuhan. Jangan sia-siakan kesempatan itu karena dari sana kita juga bisa bersaksi. Kesaksian Tuhan itu hadir dalam diri dan perilaku kita sehari-hari. Kasih karunia Allah yang membuat kita bisa dan kita layak untuk menggunakannya untuk Si Pemberi tentunya. BD.eLeSHa.

Kamis, 19 September 2019

Isa a Rumangsa Aja Rumangsa Isa Bisalah merasakan, jangan merasa bisa.



Kamis Biasa Pekan XXIV (H)
1 Tim 4:12-16
Mzm. 111:7-8,9,10
Luk. 7:36-50



1 Tim 4:12-16

4:12 Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
4:13 Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar.
4:14 Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.
4:15 Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.
4:16 Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.


Luk. 7:36-50

7:36 Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan.
7:37 Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.
7:38 Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.
7:39 Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
7:40 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah, Guru."
7:41 "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh.
7:42 Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?"
7:43 Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu."
7:44 Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.
7:45 Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku.
7:46 Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.
7:47 Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."
7:48 Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni."
7:49 Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: "Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?"
7:50 Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"




Isa a Rumangsa Aja Rumangsa Isa
Bisalah merasakan, jangan merasa bisa.

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan bagaimana orang bisa merasa dan bersyukur atas kasih karunia Tuhan  yang berlimpah, termasuk dalam hal pengampunan. Ketika menyiapkan renungan ini, ada rekan yang membagikan status dalam media sosial mengenai karakter pribadi sekarang yang merasa paling dalam banyak hal, sayang mereka sejatinya banyak ketidakpahaman dalam hidup mereka.
Dalam bacaan Injil kita belajar kisah dua pribadi, orang Farisi yang mengundang Yesus makan, dan perempuan yang telah memiliki stigma buruk. Kita belajar dan merenungkan pribadi orang Farisi terlebih dahulu. Gambaran pribadi mereka  ini adalah elit, tokoh masyarakat, terpelajar, dan memiliki pergaulan luas. Biasa makan dan biasanya juga dengan belajar dari guru yang datang di sana. Dalam konteks ini pula Yesus hadir.
Kedudukan yang terhormat, dan memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal. Mereka juga menguasai agama dan tradisi dengan hebat dan baik. Para penganut agama dan tradisi yang taat dan bahkan sangat taat.
Mereka memiliki tradisi membasuh kaki tamu sebelum masuk rumah. Biasanya dilakukan oelh budak tentunya. Ingat, dulu pejalan kaki jelas sangat kotor dan masuk rumah perlu dibasuh.
Pribadi kedua, perempuan berdosa yang menangis dan membasahi kaki Yesus dengan air matanya. Usai basah ia usap dengan rambutnya, ingat rambut. Kemudian ia minyaki dengan minyak yang mahal.
Orang Farisi yang paham banyak hal itu malah mempertanyakan kualitas Yesus. Bagaimana IA membiarkan “pendosa” menciumi kaki-Nya. Yesus menjawab itu dengan jitu, dalam pengajaran. Pengampunan, belas kasih Allah. Ungkapan syukur yang besar karena apa yang telah dilakukan pun jauh lebih besar.
Saudara terkasih, karena pengampunan pendosa besar jauh lebih diterima dan disyukuri. Gambaran saja jika kita kehilangan uang itu banyak, ketika ketemu syukur kita akan luar biasa, dan sebaliknya. Dalam konteks inilah Yesus mengajarkan. Orang bersyukur karena merasa perbuatan ajaib Tuhan. Pengampunan dan penerimaan yang luar biasa.
Berhadapan dengan  orang yang merasa sudah cukup, merasa bahwa ia baik-baik saja, merasa bahwa ia tidak memerlukan belas kasih Allah. Ini soal sikap batin juga, sikap bersyukur dan merasa berdosa atau  baik-baik saja.
Pengampunan dan mengembalikan status anak-anak Allah menimbulkan suka cita. Mengetahui dan merasakan bahwa kita erlu belas kasih Allah. Merasa perlu rengkuhan dan rangkulan Tuhan. Mengetahui jika kita tidak bisa apa-apa tanpa Allah. Isa rumangsa, dudu rumangsa isa. BD.eLeSHa.


Rabu, 18 September 2019

Waton Sulaya, Integritas, dan Hikmat


Rabu Pekan Biasa XXIV (H)
1 Tim. 3:14-16
Mzm. 11:1-2,3-4,5-6
Luk. 7:31-35




1 Tim. 3:14-16

3:14 Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau.
3:15 Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.
3:16 Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."


Luk. 7:31-35

7:31 Kata Yesus: "Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama?
7:32 Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.
7:33 Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan.
7:34 Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
7:35 Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.



Waton Sulaya, Integritas, dan Hikmat

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan bagaimana hidup harian kita yang berkenan kepada Allah. dalam sabda-Nya Yesus mengisahkan orang-orang yang melihat pewartaan-Nya dengan sinis, bahkan  menolaknya. Tawaran belas kasih dan keselamatan yang disia-siakan.
Konteks yang sama, ternyata hari-hari ini juga kita alami sebagai anak bangsa. Kita saksikan bagaimana orang bisa asal berbeda atau waton sulaya dalam menilai, memberikan sikap, dan menafikan jasa serta prestasi orang lain. Namun dalam konteks yang berbeda pujian setinggi langit pada kebobrokan yang dikemas dalam narasi indah, karena seide, segolongan, dan searah dalam tujuan atau keinginan. Ini sebuah penyakit akut, dan ternyata dalam masa Yesus itu pun sudah terjadi, dan identik banget.
Integritas. Persoalan mendasar, ketika orang bisa seenaknya memutarbalikan fakta, narasi menafikan prestasi dan menaikan kejahatan sebagai seolah-olah adalah kerja baik, identik dengan apa yang dinyatakan dalam bacaan Injil. Yesus dicap sebagai apa yang buruk dalam benak mereka. Mau berbuat apapun tetap saja salah. Karena integritas yang memberikan cap dan penilaian hanya berkutat pada pokoke,  di mana apapun yang dilakukan Yesus adalah buruk dan jelek.
Saudara terkasih, dalam akhir bacaan bagus menjadi pedoman kita, bagaimana kita patut memegang hikmat yang dari Tuhan Allah. Hikmat untuk tetap setia berbuat kasih, berbuat baik, dan selalu mengedepankan cinta kasih, kelemahlembutan, dan perdamaian. Apapun yang lingkungan dan dunia perbuat bukan menjadi pertimbangan untuk menghentikan perbuatan baik kita.
Sikap positif juga memegang peran penting dan mendasar. Bagaimana kita juga akan mampu melihat secara positif apapun yang dilakukan pihak lain. Jika sudah mampu berbuat demikian, tentu kita juga akan mampu melakukan kebaikan, kebenaran, dan keadilan dengan ringan. Respons, tanggapan, dan penerimaan pihak lain bukan menjadi pertimbangan di dalam bertindak. Keberanian tetap setia melakukan kebenaran dan keadilan dan membelanya adalah karena kasih karunia, hikmat, dan anugerah Tuhan Allah yang tiada batasnya.
Tugas ini layak kita upayakan, usahakan, dan terus menerus untuk memperjuangkannya menjadi sebuah gaya hidup. Bersama Tuhan semua pasti bisa. BD.eLeSHa.

Selasa, 17 September 2019

Belas Kasih itu Keperluan yang Diberi


Selasa Biasa Pekan XXIV (H)
1 Tim. 3:1-13
Mzm. 101:1-2ab, 2cd-3ab,5,6
Luk. 7:11-17




1 Tim. 3:1-13

3:1 Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah."
3:2 Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang,
3:3 bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,
3:4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.
3:5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?
3:6 Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.
3:7 Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.
3:8 Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah,
3:9 melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci.
3:10 Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat.
3:11 Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal.
3:12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik.
3:13 Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.

Luk. 7:11-17

7:11 Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.
7:12 Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
7:13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!"
7:14 Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
7:15 Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
7:16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya."
7:17 Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.



Belas Kasih itu Keperluan yang Diberi

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan betapa baiknya Tuhan Yesus. Kasih karunia-Nya diberikan dengan spontan, tergerak karena kasih-Nyalah, IA memberikan dan melakukan mukjizat yang karena tergerak oleh belas kasih-Nya yang besar.
Melihat usungan jenazah, di mana ia adalah anak satu-satunya dari seorang janda. Ingat dulu konteks anak laki-laki, bagi janda adalah sebuah harapan tunggal. Anak itu yang menjadi soko guru atas hidupnya. Posisi janda tergantung laki-laki yang ada, baik secara sosoilogis, ataupun ekonomi. Bisa dibayangkan betapa gelap hidup si ibu tanpa anaknya.
Tuhan Yesus menolong dan tergerak itu bukan karena kepentingan-Nya, namun siapa yang hendak diulurkan tangan-Nya itu. sering kita gagal menolong karena apa yang kita ulurkan itu kepentingan kita. Apa yang kita pandang baik, yang kita simpulkan penting, dan apa yang kita asumsikan, bukan apa yang menjadi kebutuhan yang kita tolong.
Ada sebuah kisah inspiratif, di mana monyet melihat ikan yang kentir karena banjir. Nah karena kebanjiran ikan itu terbawa arus. Si monyet yang melihat ikan itu berpikir dalam pola pikirnya sendiri. Ia membawa si ikan itu ke atas pohon. Jelas maksudnya mau menolong namun apa yang terjadi? Ikan itu mati. Dan si monyet juga tidak sepenunya salah. Ini hanya kisah inspirasi, namun bisa saja terjadi dalam hidup bersama kita.
Atau maunya menolong kupu-kupu keluar dari kepompong, namun apakah itu membantu atau malah membuatnya teraniaya? Karena upaya keluar itu untuk membuatnya mengurangi cairan dan bisa menjadikan sayapnya tipis dan bisa untuk terbang.
Saudara terkasih, sering kita berorientasi ke kita, bukan pihak lain yang mau dibantu. Kita berpikir kita dulu, kadang juga adanya do ut des, pamrih, saya memberi agar saya juga mendapatkan balasan atau sesuatu sebaliknya.
Membantu itu ya apa yang paling diperlukan dan dibutuhkan, bukan apa yang kita kehendaki. Berpikir pada pihak lain, orientasi bukan kita yang menjadi pusat. Belas kasih itu adanya dalam hati nurani bukan otak. Analitis itu otak dan  gerak spontan itu nurani.
Sudahkah nurani kita melangkah dengan pasti, bebas, spontan, dan begitu saja? Ataukah masih menimbang untungnya buatku terlebih dulu? BD.eLeSHa.

Senin, 16 September 2019

Perwira Rendah Hati dan Paus Penegak Iman


Pw. S. Kornelius, Paus, dan S. Siprianus Uskup, Mrt (M)
1 Tim. 2:1-8
Mzm. 28:2,7,8-9
Luk. 7:1-10



1 Tim. 2:1-8

2:1 Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,
2:2 untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.
2:3 Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita,
2:4 yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
2:5 Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,
2:6 yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.
2:7 Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul -- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta -- dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.
2:8 Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.


Luk. 7:1-10

7:1 Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum.
7:2 Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati.
7:3 Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya.
7:4 Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong,
7:5 sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."
7:6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku;
7:7 sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
7:8 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."
7:9 Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"
7:10 Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.



Perwira Rendah Hati dan Paus Penegak Iman

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman Tuhan mengenai kerendahan hati dan keterbukaan budi. Seorang perwira yang memohon pertolongan Tuhan. Perwira ini sangat baik, membantu kehidupan jemaat dan membangun tempat ibadat yang layak. Perwira saleh dalam hidup bersama dan beriman.
Ia ternyata juga mempertunjukkan gambaran pribadi beriman, ketika mencegah Yesus datang ke rumahnya. Ia meminta Yesus bersabda sepatah kata saja, maka hambanya akan sembuh. Keimanan yang mendalam ini, ternyata sangat berkesan bagi Yesus. Yesus menyatakan itu sebagai pengakuan publik, dan benar mukjizat terjadi, hamba dari perwira itu sembuh.
Saudara terkasih, hari    ini kita juga merayakan perayaan wajib Paus Kornelius dan sahabatnya Siprianus Uskup Kartago. Paus Kornelius yang menjadi paus pada abad ketiga banyak menghadapi permasalah kualitas iman. Salah satu pembela iman Gereja namun tidak tepat adalah Novatianus. Ia, Novatianus yang menjalankan iman dan ajaran Gereja dengan ketat itu menolak kembalinya para pengikut Tuhan yang pernah jatuh di dalam pencobaan. Ia menggatakan Gereja tidak bisa menerima orang yang pernah tersesat. Jelas ini berbeda dengan cinta kasih Tuhan. Panggilan Tuhan untuk orang yang tersesat, bukan untuk orang benar.
Konsili menyatakan kalau ajaran Novatianus adalah sesat, meskipun diajarkan untuk melindungi tata tertib Gereja, namun malah melawan asas-asas kasih Tuhan yang lebih fundamental. Ajaran Novatianus dinyatakan sebagai bidaah.
Pada 253 Paus Kornelius ditangkap dan dibuang ke Civita Veccia, sebelah utara Roma, dan ia meninggal karena penganiayaan berat. Selama dalam pembuangan ia tetap berkomunikasi dengan sahabatnya Siprianus Uskup Kartago.
Saudara terkasih, dalam bacaan Injil dan orang kudus inspiratif kita hari ini, kita belajar untuk tetap rendah hati dan sejiwa dengan Kitab Suci sebagai representasi Tuhan Yesus. Novatianus maunya tertib dan setia, namun ia lupa ada kasih Tuhan yang memberikan kesempatan dan pengampunan.
Kasih karunia Allah itu berupa kesempatan dan kesediaan menerima pertobatan. Perubahan itu masih mungkin, dan itu karena peran Roh Kudus dan nurani yang jernih.
Saudara terkasih, kerendahan hati dan sikap mau berbalik arah untuk   memperbaiki hidup adalah kasih Tuhan yang tak terkira. Ada kesempatan, disedikan peluang untuk memperbaiki diri, itulah Tuhan itu kasih, bukan Tuhan pendendam dan pemarah, apalagi penuntut balas. Allah kita adalah Kasih yang tak berkesudahan. BD.eLeSHa.