Pesta
Keluarga Kudus, Yesus, Maria. Yosef (P), Hari Keempat dalam oktaf Natal
Kej.
15:1-6, 21:1-3
Mzm.
105:1b-2,3-4,5-6,8-9
Ibr.
11:8,11-12,17-19
Luk.
2:22-40
Kej.
15:1-6, 21:1-3
15:1 Kemudian datanglah
firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut,
Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."
15:2 Abram menjawab: "Ya
Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan
meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah
Eliezer, orang Damsyik itu."
15:3 Lagi kata Abram:
"Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku
nanti menjadi ahli warisku."
15:4 Tetapi datanglah firman
TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu,
melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu."
15:5 Lalu TUHAN membawa Abram
ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang,
jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya:
"Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
15:6 Lalu percayalah Abram
kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
21:1 TUHAN memperhatikan
Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti
yang dijanjikan-Nya.
21:2 Maka mengandunglah Sara,
lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada
waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.
21:3 Abraham menamai anaknya
yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya.
Ibr.
11:8,11-12,17-19
11:8 Karena iman Abraham
taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya
menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang
ia tujui
11:11 Karena iman ia juga dan
Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat,
karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.
11:12 Itulah sebabnya, maka
dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan
besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak
terhitung banyaknya
11:17 Karena iman maka
Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima
janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,
11:18 walaupun kepadanya
telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut
keturunanmu."
11:19 Karena ia berpikir,
bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang
mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali
Luk.
2:22-40
2:22 Dan ketika genap waktu
pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk
menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
2:23 seperti ada tertulis
dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi
Allah",
2:24 dan untuk
mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu
sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
2:25 Adalah di Yerusalem
seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan
penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,
2:26 dan kepadanya telah
dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias,
yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
2:27 Ia datang ke Bait Allah
oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk
melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,
2:28 ia menyambut Anak itu
dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:
2:29 "Sekarang, Tuhan,
biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,
2:30 sebab mataku telah
melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
2:31 yang telah Engkau
sediakan di hadapan segala bangsa,
2:32 yaitu terang yang
menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu,
Israel."
2:33 Dan bapa serta ibu-Nya
amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.
2:34 Lalu Simeon memberkati
mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini
ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan
untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
2:35 -- dan suatu pedang akan
menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak
orang."
2:36 Lagipula di situ ada
Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat
lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,
2:37 dan sekarang ia janda
dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah
dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.
2:38 Dan pada ketika itu juga
datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang
Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
2:39 Dan setelah selesai
semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota
kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.
2:40 Anak itu bertambah besar
dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya
Keluarga
Sehat, Gereja, dan Negara Kuat
Saudara terkasih, keluarga merupakan Gereja
domestik, di mana melihat keluarga sama juga melihat Gereja kecil, wajah Gereja
nampak dalam warna keluarga. Keluarga lah pembangun Gereja, maka kualitas
Gereja tergantu oleh kualitas keluarg-keluarga pembangunnya.
Bagaimana keluarga mendidik anak-anak, itulah masa
depan Gereja. Saat ini, Gereja merasakan keprihatinan akan didikan keluarga
terhadap anak-anak dan generasi muda. Orang tua merupakan pendidik pertama dan
utama bagi anak-anaknya. Sekolah dan lembaga lain sebagai pelengkap dari
pendidikan orang tua, dan bukan sebaliknya. Kecenderungan yang terjadi justru
terbalik, di mana orang tua menyerahkan sepenuhnya ke sekolah dan
lembaga-lembaga non formal. Anak kurang kasih sayang karena orang tua menitik
beratkan pada faktor ekonomi di dalam membangun keluarga sejahtera, anak
dididik untuk berkompetisi secara tidak sehat dan sportif. Kompetisi negatif
ini menjadikan anak-anak tidak memiliki sikap empati, mengedepankan kemenangan
daripada keberanian untuk mengakui kekalahan. Kompetisi yang belum saatnya
tanpa bimbingan dan pendampingan secara sehat malah membuat anak-anak
kehilangan jiwa anaknya, dan dewasa belum saatnya. Tidak heran saat ini
anak-anak menjadi beringas dan suka kekerasan, tidak memiliki etiket dan
penghormatan kepada pihak lain.
Saudara terkasih, prestasi, dan materi baik, namun
bukan segalanya. Kekayaan dan prestasi merupakan sarana untuk memperkembangkan
diri dan komunitas, bukan tujuan. Ketika sarana dan tujuan menjadi satu dan
saling tumpang tindih menjadi persoalan dan keprihatinan. Sarana bukan tujuan
dan sebaliknya. Menggunakan sarana dengan sebaik-baiknya dalam menggapai tujuan
dan impian merupakan kualitas pribadi tersebut.
Saudara terkasih Keluarga Kudus Nazareth memberikan
keteladanan sempurna bagi kehidupan kita. Bagaimana cinta kasih di antara
Yesus-Maria-Yosef merupakan contoh terbaik bagi kita. Cinta kasih, sayang di
antara Yesus-Maria-Yosef merupakan dukungan satu sama lain. Maria mendampingi
Yesus hingga kaki salib, dan Yesus memberikan Maria kepada para rasul ketia Dia
wafat. Cinta kasih, dukungan, dan relasional Keluarga Kudus merupakan pola yang
perlu kita timba, renungkan, dan lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari.Bd. eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar