Senin
Pekan Paskah VII (P)
Kis.
19:1-8
Mzm.
68:2-3,4-5ac,6-7b
Yoh.
16:29-33
Kis.
19:1-8
19:1 Ketika Apolos masih di
Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus.
Di situ didapatinya beberapa orang murid.
19:2 Katanya kepada mereka:
"Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?" Akan
tetapi mereka menjawab dia: "Belum, bahkan kami belum pernah mendengar,
bahwa ada Roh Kudus."
19:3 Lalu kata Paulus kepada
mereka: "Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?"
Jawab mereka: "Dengan baptisan Yohanes."
19:4 Kata Paulus:
"Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia
berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang
kemudian dari padanya, yaitu Yesus."
19:5 Ketika mereka mendengar
hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
19:6 Dan ketika Paulus
menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan
mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.
19:7 Jumlah mereka adalah
kira-kira dua belas orang.
19:8 Selama tiga bulan Paulus
mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh
pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah.
Yoh.
16:29-33
16:29 Kata murid-murid-Nya:
"Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai
kiasan.
16:30 Sekarang kami tahu,
bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya
kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah."
16:31 Jawab Yesus kepada
mereka: "Percayakah kamu sekarang?
16:32 Lihat, saatnya datang,
bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya
sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri,
sebab Bapa menyertai Aku.
16:33 Semuanya itu Kukatakan
kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu
menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.
Ada
Tuhan Besertamu
Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan firman
Tuhan bersama Bunda Gereja mengenai kesendirian dan cara mengajar Yesus. Dua hal
yang coba saya tawarkan untuk merenungkan bersama bagaimana relasi Yesus itu
bagi hidup kita selama ini dan yang akan datang. Relasi di dalam Tuhan dan
bersama dengan sesama di tengah dunia ini.
Pertama mengenai relasi dengan Bapa. Yesus
mengatakan bahwa IA akan ditinggalkan bahkan oleh murid-Nya, namun ada Bapa
yang menemani. Kekuatan itu ada pada Allah Bapa, menemani dan menguatkan ketika
sendiri. Yesus melihat Bapa sebagai kekuatan, penopang, dan juga selalu ada,
hadir, dan setia. Itulah kekuatan yang hakiki.
Coba bayangkan saja jika kita ditinggalkan orang
yang kita cintai, nangis bombai, gulung-gulung, dan patah hati berkepanjangan. Mengapa?
Karena abai, ada Tuhan di balik itu semua. Perhatian, fokus, dan pemikiran
hanya pada kehilangan, perpisahan, dan itu saja. Mengabaikan ada maksud di
balik itu semua. Ini berkaitan dengan pendidikan, pengalaman, dan juga iman. Hal
yang jamak terjadi.
Kedua, mengenai relasi. Pertama-tama Tuhan Yesus
mengajar dengan menggunakan perumpamaan, kiasan, dan bahasa simbol. Apakah ini
tanpa maksud? Ada. Ujian awal untuk memilah dan memilih murid. Jika dikatakan
dengan apa adanya, apalagi soal kepastian dan jaminan keselamatan. Orang bisa
ikut namun tanpa mau menanggung konsekuensinya.
Relasi dengan para murid yang erat, saling
mengenal, dan intim, membuat Yesus mengatakan semuanya dengan terbuka. Mereka paham
dengan baik rancangan Tuhan, toh dalam perjalanan banyak juga kesalahan
pemahaman. Dua perwakilan ekstrem ada pada Petrus dan Yudas Iskariot. Itu sejatinya
perlambang kita di dalam memahami kehendak, jalan, dan rancangan Tuhan. Tidak mudah.
Saudara terkasih, kadang kita takut karena merasa
sendirian. Merasa tidak ada siapa-siapa dalam hidup kita, padahal ada Allah
yang selalu hadir dan menemani. Relasi kita yang terganggu terhadap Allah
membuat kita salah memahami dan menghayati kehadiran dan keberadaan Allah. Peran iman dan pengenalan akan Allah menjadi
pembeda dan penting.
Allah selalu hadir, hanya kita yang tidak
merasakan, tidak mengenal, dan tidak tahu, itulah masalahnya. Kita yang
meninggalkan atau abai, namun malah
menuding Allah yang tidak ada. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar