Sabtu, 19 Januari 2019

Panggilan Lewi


Sabtu Biasa Pekan I (H)
Ibr. 4:12-17
Mzm. 19:8-9,10,15
Mrk. 2:13-17



Ibr. 4:12-17

4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
4:13 Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya


Mrk. 2:13-17

2:11 "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
2:12 Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."
2:13 Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka.
2:14 Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.
2:15 Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.
2:16 Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"
2:17 Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.




Panggilan Lewi

Saudara terkasih, hari ini kita diajak merenungkan firman Tuhan mengenai panggilan Lewi. Lewi, pribadi unik, luar biasa, dan gambaran konkret manusiawi. Pernyataan Tuhan Mahakasih dan kasih-Nya berlaku universal, untuk siapa saja, dan tidak terbatas untuk manusia yang baik saja.
Dua sisi nyata, di mana kasih dan kebaikan Tuhan menemukan faktualisasinya. Kasih yang tak terbatas berlaku juga bagi Lewi. Konteks pemikiran duniawi, manusiawi, biasanya kasih Tuhan juga seperti pemikiran manusia, di mana kebaikan manusia akan dibalas perilaku baik juga. Lihat cara mendidik anak. Baik akan diberi balasan yang sama. Nakal hukuman atau tidak akan disayang.
Lewi, sebagai pemungut cukai, kebiasaan mengutip lebih dari apa yang seharusnya, jelas menjadi musuh publik. Mau bekerja sama dengan penjajah, itu juga penyakit masyarakat. Dobel  masalah dan penyakit masyarakat, namun mendapatkan kasih karunia yang sama.
Saudara terkasih, Tuhan hadir untuk melayani benar mendapatkan faktualisasinya. Di sanalah kasih-Nya konkret dinyata kepada siapa saja, termasuk si pendosa dalam kaca mata dunia, juga konteks rohani. Pelaku kejahatan jelas salah. Dan manusianya tetap mendapatkan kasih karunia dan berkat dari Allah.
Pelayanan Yesus purna ketika banyak orang berdosa, pemungut cukai, dan sampah masyarakat lain ikut makan dengan-Nya. Ini jelas berbeda dengan alam budaya Yahudi dan juga kini, di mana orang melihat dari kualitas yang tampak di dalam tampilan. Apa bedanya Yesus dan kita jika masih demikian. Perbedaan signifikan, bahkan bertolak belakang. Kualitas Yesus diperlihatkan.
Yesus datang bak tabit untuk orang sakit, bukan untuk orang sehat. Sering kita merasa menjadi dokter bagi yang lain, namun ketika orang tersebut mengecewakan, sudah dicap sebagai musuh di tengah masyarakat, apakah mampu bersikap yang sama?  Kog ragu jika menjawab bisa.
Kecenderungan manusiawi adalah menghakimi, merasa lebih baik, dan pihak  lainlah sebagai obyek yang menjadi bulan-bulanan. Ini pun bisa terjadi bagi anak-anak Tuhan. Dengan bacaan hari ini, kita diajak untuk bersikap seperti Yesus. Yesus yang telah memilih kita.
Kita kadang merasa anak Tuhan, namun dalam kenyataan, ketika ada orang yang dicap berdosa, bersalah secara publik, kita akan ikut-ikutan menghakimi. Jika masih demikian, kita layak merenungkan bacaan ini lagi dan lagi. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar