Rabu Pekan Biasa III (H)
Ib. 10:11-18
Mzm. 110:1,2,3,4
Mrk. 4:1-20
Ib. 10:11-18
10:11 Selanjutnya setiap imam melakukan
tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang
sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa.
10:12 Tetapi Ia, setelah mempersembahkan
hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah
kanan Allah,
10:13 dan sekarang Ia hanya menantikan
saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.
10:14 Sebab oleh satu korban saja Ia
telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.
10:15 Dan tentang hal itu Roh Kudus juga
memberi kesaksian kepada kita,
10:16 sebab setelah Ia berfirman:
"Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu
itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati
mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka,
10:17 dan Aku tidak lagi mengingat
dosa-dosa dan kesalahan mereka."
10:18 Jadi apabila untuk semuanya itu
ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.
Mrk. 4:1-20
4:1 Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi
danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia,
sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ,
sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
4:2 Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan
kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka:
4:3 "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar
untuk menabur.
4:4 Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di
pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
4:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang
tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
4:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan
menjadi kering karena tidak berakar.
4:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu
makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak
berbuah.
4:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh
dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang
enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."
4:9 Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk
mendengar, hendaklah ia mendengar!"
4:10 Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan
kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu.
4:11 Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia
Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam
perumpamaan,
4:12 supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap,
sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan
mendapat ampun."
4:13 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu
mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan
yang lain?
4:14 Penabur itu menaburkan firman.
4:15 Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman
itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan
mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.
4:16 Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang
berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera
menerimanya dengan gembira,
4:17 tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar
saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu,
mereka segera murtad.
4:18 Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah
semak duri, itulah yang mendengar firman itu,
4:19 lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan
dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga
tidak berbuah.
4:20 Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik,
ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga
puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali
lipat."
Firman
dan Buahnya
Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk
merenungkan sabda Tuhan mengenai firman dan pewartaannya. Bacaan Injil yang
panjang karena penting dan banyak hal yang hendak dikatakan. Bagaimana kondisi kita sebagai tempat yang ditaburi, dan bagaimana Sang Penabur menghendaki
sebenarnya firman itu.
Pertama, kita sebagai tempat dan sekaligus pribadi
yang menerima benih sabda itu. Bagaimana sikap penerimaan itu, seperti pinggir
jalan dan memberikan kesempatan burung mamatuknya? Seperti kita yang tidak
pernah mau serius membaca, apalagi merenungkan sabda Tuhan. Padahal begitu
banyak sarana untuk itu.
Kedua, seperti di tanah yang berbatu, di mana sabda
yang kita baca, mendengar, atau membaca, namun hanya sekadarnya, tanpa mau tahu
lebih jauh. Merenungkan belum sampai tahap itu, sekadar membaca dan mendengar,
kadang masih asyik dengan aktifitas lain.
Ketiga, tanah yang cukup subur namun penuh dengan
semak duri. Dunia ini penuh dengan tekanan dan lebih mudah melupakan sabda dan
firman Tuhan. Godaan dan tantangan itu bisa karena ketakutan atas perilaku
kepercayaan lain, namun ada juga karena asyiknya dunia dengan berbagai
tawarannya yang menggiurkan. Dari pada membaca sabda Tuhan, lebih asyik membaca
perselisihan dan pertengkaran dalam banyak tawaran dunia ini. Memilih viral dan tenar daripada membaca dan
merenungkan sabda Tuhan, apalagi berbagi pengertian dan hasil permenungan
firman-Nya.
Ketiga, tempat yang subur, tanah yang siap untuk
tumbuh kembangnya sabda Tuhan. Sabda yang bisa berkembang sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Hasil yang melimpah seturut kemampuan dan kemauan yang
menerima sabda Tuhan.
Keempat, Tuhan menghendaki bahwa kita mendengarkan
dan membaca firman Tuhan, merenungkannya, membagikannya, dan melakukannya dalam
hidup sehari-hari. Tuhan menghendaki
kita berbuah, sepanjang kita mau berusaha di dalam DIA.
Saudara terkasih, sabda Tuhan juga membutuhkan
kita, memerlukan kesiapsediaan kita untuk membuka hati dan diri kita untuk
menerimanya. Jika kita menolak atau membiarkan firman itu tidak berdampak pun
Tuhan tidak memaksakan untuk kita mau. Tuhan kita demikian demokratis dan
kasih-Nya tidak terbatas, termasuk penolakan kita sekalipun.
Kasih-Nya tidak terbatas dan tidak pernah
memaksakan, namun memberikan kebebasan dan keleluasaan termasuk menolak-Nya. Padahal
sangat mudah bukan Tuhan untuk mengatur kita agar tetap di jalan-Nya, namun
tidak demikian kasih-Nya itu. BD, eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar