Rabu, 30 Januari 2019

Firman dan Buahnya


Rabu Pekan Biasa III (H)
Ib. 10:11-18
Mzm. 110:1,2,3,4
Mrk. 4:1-20




Ib. 10:11-18

10:11 Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa.
10:12 Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah,
10:13 dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.
10:14 Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.
10:15 Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita,
10:16 sebab setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka,
10:17 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka."
10:18 Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.



Mrk. 4:1-20

4:1 Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
4:2 Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka:
4:3 "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
4:4 Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
4:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
4:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
4:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah.
4:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."
4:9 Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
4:10 Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu.
4:11 Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan,
4:12 supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."
4:13 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?
4:14 Penabur itu menaburkan firman.
4:15 Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.
4:16 Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira,
4:17 tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.
4:18 Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu,
4:19 lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
4:20 Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."




Firman dan Buahnya

Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan sabda Tuhan mengenai firman dan pewartaannya. Bacaan Injil yang panjang karena penting dan banyak hal yang hendak dikatakan. Bagaimana kondisi  kita sebagai tempat yang ditaburi,  dan bagaimana Sang Penabur menghendaki sebenarnya firman itu.
Pertama, kita sebagai tempat dan sekaligus pribadi yang menerima benih sabda itu. Bagaimana sikap penerimaan itu, seperti pinggir jalan dan memberikan kesempatan burung mamatuknya? Seperti kita yang tidak pernah mau serius membaca, apalagi merenungkan sabda Tuhan. Padahal begitu banyak sarana untuk itu.
Kedua, seperti di tanah yang berbatu, di mana sabda yang kita baca, mendengar, atau membaca, namun hanya sekadarnya, tanpa mau tahu lebih jauh. Merenungkan belum sampai tahap itu, sekadar membaca dan mendengar, kadang masih asyik dengan aktifitas lain.
Ketiga, tanah yang cukup subur namun penuh dengan semak duri. Dunia ini penuh dengan tekanan dan lebih mudah melupakan sabda dan firman Tuhan. Godaan dan tantangan itu bisa karena ketakutan atas perilaku kepercayaan lain, namun ada juga karena asyiknya dunia dengan berbagai tawarannya yang menggiurkan. Dari pada membaca sabda Tuhan, lebih asyik membaca perselisihan dan pertengkaran dalam banyak tawaran dunia ini. Memilih  viral dan tenar daripada membaca dan merenungkan sabda Tuhan, apalagi berbagi pengertian dan hasil permenungan firman-Nya.
Ketiga, tempat yang subur, tanah yang siap untuk tumbuh kembangnya sabda Tuhan. Sabda yang bisa berkembang sesuai dengan kapasitas masing-masing. Hasil yang melimpah seturut kemampuan dan kemauan yang menerima sabda Tuhan.
Keempat, Tuhan menghendaki bahwa kita mendengarkan dan membaca firman Tuhan, merenungkannya, membagikannya, dan melakukannya dalam hidup sehari-hari. Tuhan menghendaki  kita berbuah, sepanjang kita mau berusaha di dalam DIA.
Saudara terkasih, sabda Tuhan juga membutuhkan kita, memerlukan kesiapsediaan kita untuk membuka hati dan diri kita untuk menerimanya. Jika kita menolak atau membiarkan firman itu tidak berdampak pun Tuhan tidak memaksakan untuk kita mau. Tuhan kita demikian demokratis dan kasih-Nya tidak terbatas, termasuk penolakan kita sekalipun.
Kasih-Nya tidak terbatas dan tidak pernah memaksakan, namun memberikan kebebasan dan keleluasaan termasuk menolak-Nya. Padahal sangat mudah bukan Tuhan untuk mengatur kita agar tetap di jalan-Nya, namun tidak demikian kasih-Nya itu. BD, eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar