Selasa, 29 Januari 2019

Ini Ibu-Ku dan Saudara-Ku!


Selasa Pekan Biasa II (H)
Ib. 10:11-18
Mzm.110:1,2,3,4
Mrk. 3:31-35



Ib. 10:11-18

10:11 Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa.
10:12 Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah,
10:13 dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.
10:14 Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.
10:15 Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita,
10:16 sebab setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka,
10:17 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka."
10:18 Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa


Mrk. 3:31-35

3:31 Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia.
3:32 Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau."
3:33 Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?"
3:34 Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!
3:35 Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."




Ini Ibu-Ku dan Saudara-Ku!

Saudara terkasih, kita hari ini diajak untuk merenungkan siapa yang menjadi saudara Tuhan Yesus. Dalam bacaan Injil kita telah merenungkan bagaimana para murid dan pengikut Yesus melihat Maria dan saudara-Nya datang. Mereka mengaitkan ibu dan saudara itu sebatas hubungan darah, relasional biologis.
Yesus memberikan pembelajaran yang cukup berbeda, bagaimana IA memandang ibu dan saudara itu yang menjalankan kehendak Tuhan Allah di dalam hidup mereka. Kehendak Allah sebagai pemersatu dan mengikat relasional di dalam pengajaran Tuhan Yesus.
Saudara terkasih, hari-hari ini, kita sebagai bangsa sebagai anak bangsa Indonesia, sedang mengalami krisis persaudaraan. Lebih mudah menuding, lebih mudah bereaksi secara emosional, lebih mengedepankan label, sehingga menimbulkan perselisihan dan perengkaran. Membesar-besarkan perbedaan sehingga merenggangkan persaudaraan.
Label itu penting namun bukan segalanya. Tuhan mengajarkan kepada kita, sehingga tidak memandang orang lain itu sebagai liyan, namun sebagai saudara. Keimanan dan kesatuan di dalam Tuhan  bisa menjadi jembatan antara yang penting bagi hidup bersama. Jika kita hanya mencari-cari perbedaan, akan mudah ketemu dan itu ujungnya adalah perselisihan.
Perbedaan itu akan selalu ada, dan bahkan sejatinya adalah kodrati, bagaimana orang tua kita itu adalah dua jenis yang berbeda. Lihat pengajaran Yesus bukan mau memberikan pembedaan, pemisahan, namun menemukan satu kesamaan, yaitu di dalam menjalankan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan sebagai pemersatu untuk menjalin kesatuan sebagai satu saudara.
Para murid juga tidak salah ketika melihat Maria dengan sudut pandang mereka. Hal yang baik sebagai pengajaran Yesus. Pengajaran yang membawa perubahan bagi para murid, sehingga mereka berkembang di dalam menghayati apa yang Yesus ajarkan dan kehendaki.
Kita patut memohon kepada Tuhan sehingga apa yang kia hayati, kita kenali, dan kita lakukan itu sepenuhnya di dalam Tuhan. Dengan demikian Tuhan menjadi raja di dalam hati kita. Apapun seturut dengan kehendak Tuhan. Apakah dalam hidup kita lebih banyak mendengarkan kehendak Tuhan, atau malah keinginan kita yang lebih dominan? BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar