Selasa Pekan
Biasa II (H)
Ib.
10:11-18
Mzm.110:1,2,3,4
Mrk.
3:31-35
Ib.
10:11-18
10:11 Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari
pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama
sekali tidak dapat menghapuskan dosa.
10:12 Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja
karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah,
10:13 dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana
musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.
10:14 Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk
selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.
10:15 Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada
kita,
10:16 sebab setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang
akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula:
"Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam
akal budi mereka,
10:17 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan
mereka."
10:18 Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu
lagi dipersembahkan korban karena dosa
Mrk.
3:31-35
3:31 Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara
mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia.
3:32 Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata
kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha
menemui Engkau."
3:33 Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa
saudara-saudara-Ku?"
3:34 Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya
itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!
3:35 Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku
laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."
Ini
Ibu-Ku dan Saudara-Ku!
Saudara terkasih, kita hari ini diajak untuk
merenungkan siapa yang menjadi saudara Tuhan Yesus. Dalam bacaan Injil kita
telah merenungkan bagaimana para murid dan pengikut Yesus melihat Maria dan
saudara-Nya datang. Mereka mengaitkan ibu dan saudara itu sebatas hubungan
darah, relasional biologis.
Yesus memberikan pembelajaran yang cukup
berbeda, bagaimana IA memandang ibu dan saudara itu yang menjalankan kehendak
Tuhan Allah di dalam hidup mereka. Kehendak Allah sebagai pemersatu dan
mengikat relasional di dalam pengajaran Tuhan Yesus.
Saudara terkasih, hari-hari ini, kita sebagai
bangsa sebagai anak bangsa Indonesia, sedang mengalami krisis persaudaraan. Lebih
mudah menuding, lebih mudah bereaksi secara emosional, lebih mengedepankan label,
sehingga menimbulkan perselisihan dan perengkaran. Membesar-besarkan perbedaan
sehingga merenggangkan persaudaraan.
Label itu penting namun bukan segalanya. Tuhan
mengajarkan kepada kita, sehingga tidak memandang orang lain itu sebagai liyan, namun sebagai saudara. Keimanan dan
kesatuan di dalam Tuhan bisa menjadi
jembatan antara yang penting bagi hidup bersama. Jika kita hanya mencari-cari
perbedaan, akan mudah ketemu dan itu ujungnya adalah perselisihan.
Perbedaan itu akan selalu ada, dan bahkan
sejatinya adalah kodrati, bagaimana orang tua kita itu adalah dua jenis yang
berbeda. Lihat pengajaran Yesus bukan mau memberikan pembedaan, pemisahan,
namun menemukan satu kesamaan, yaitu di dalam menjalankan kehendak Tuhan. Kehendak
Tuhan sebagai pemersatu untuk menjalin kesatuan sebagai satu saudara.
Para murid juga tidak salah ketika melihat
Maria dengan sudut pandang mereka. Hal yang baik sebagai pengajaran Yesus. Pengajaran
yang membawa perubahan bagi para murid, sehingga mereka berkembang di dalam
menghayati apa yang Yesus ajarkan dan kehendaki.
Kita patut memohon kepada Tuhan sehingga apa
yang kia hayati, kita kenali, dan kita lakukan itu sepenuhnya di dalam Tuhan. Dengan
demikian Tuhan menjadi raja di dalam hati kita. Apapun seturut dengan kehendak
Tuhan. Apakah dalam hidup kita lebih banyak mendengarkan kehendak Tuhan, atau
malah keinginan kita yang lebih dominan? BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar