Pw. S.
Antonius Abbas (P)
Ib, 3:7-14
Mzm.
95:6-7,8-9,10-11
Mrk. 1:40-45
Ib, 3:7-14
3:7 Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari
ini, jika kamu mendengar suara-Nya,
3:8 janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu
pencobaan di padang gurun,
3:9 di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku,
sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya.
3:10 Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata:
Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku,
3:11 sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke
tempat perhentian-Ku."
3:12 Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan
terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia
murtad dari Allah yang hidup.
3:13 Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama
masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu
yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa.
3:14 Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja
kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang
semula.
Mrk. 1:40-45
1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil
berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau
mau, Engkau dapat mentahirkan aku."
1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia
mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku
mau, jadilah engkau tahir."
1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia
menjadi tahir.
1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
1:44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa
tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada
imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan
oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka."
1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan
menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan
masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang
terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Kasih yang Memulihkan
Saudara terkasih, hari ini kita merayakan Santo
Antonius Abas, pemuda Mesir yang memilih membagikan hartanya untuk memulai
hidup baru. Ia memilih menjadi pertapa yang memusatkan hidupnya untuk berdoa,
bersama dengan Tuhan Sang Pencipta yang memperkembangkan segi spritualitasnya.
Saudara terkasih, dalam bacaan Injil kita diajak
merenungkan mengenai cinta kasih Allah yang penuh belas kasih, di mana Tuhan
mudah tersentuh untuk mengulurkan tangan-Nya untuk meringankan penderitaan
umat-Nya. Bagaimana Tuhan Yesus langsung memberikan perhatian-Nya dan bahkan
menyembuhkan sakit si penderita. Sakitnya pun bukan hanya sakit biasa, karena
kusta. Di mana kusta itu selain sakit badani namun juga berkorelasi dengan
keberadaan mereka di tengah-tengah masyarakat. Mereka harus diasingkan di luar kampung, tampilan
yang berbeda, bahkan mereka harus mengatakan dengan keras-keras bahwa mereka
sedang sakit.
Dapat dibayangkan penderitaan yang sungguh berat. Sakit
badan yang luar biasa, juga sakit batin di mana kesepian, sendirian, dan
kemanusiaannya jelas hilang. Kesembuhan yang era itu seolah mustahil, eh
mendapatkan jawaban ketika ada Tuhan Yesus.
Sakit itu sudah penderitaan luar biasa, bagaimana
dengan kejiwaan yang merana karena malu, marah namun tidak berdaya, terasing
lagi. Betapa mereka merindukan sanak keluarganya. Mereka taat aturan dan agama
konteks waktu itu, harus dipisahkan dari si penderita. Benar untuk tidak menular,
namun bahwa ketiadaan dukunga itu jelas memberikan dampak yang cukup parah
untuk orang lebih menderita. Penderitaan yang bertumpuk.
Konteks inilah yang menjadikan suka ria, suka cita
si pasien yang disembuhkan bahkan dibebaskan itu lepas kendali dan lupa pesan
Tuhan. Sangat bisa dipahami ketika orang merasakan kebebasan yang hakiki, selain
sembuh dari sakitnya, juga kebebasan dari terisolasi dari keluarga dan
masyarakat. Pemulihan yang sangat berdampak. Kemanusiaan yang kembali, ini
semua karena kasih Allah yang berbicara. Perhatian dan kesembuhan memberikan daya hidup yang luar biasa.
Saudara terkasih, tentu kita layak memohon kepada
Tuhan agar diberikan kemampuan untuk mampu mengasihi sesama, apalagi jika mampu
membantu orang untuk memperoleh kesembuhan dari sakit dan pulih dari sikap
traumatis, kesepian, dan terasing. Di sekitar kita akan demikian banyak
orang-orang yang terjangkiti “kusta”. Lebih parah lagi yang mengisolasi diri. Kesepian
di antara keramaian itu juga lebih mengerikan. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar