Pw. S.
Aloysius Gonzaga, Biarw (P)
Sir. 48:1-14
Mzm.
97:1-2,3-4,5-6,7
Mat.
6:7-15
Sir. 48:1-14
48:1 Lalu tampillah nabi Elia bagaikan api, yang perkataannya
laksana obor membakar.
48:2 Kelaparan didatangkan-Nya atas mereka, dan jumlah mereka
dijadikannya sedikit berkat semangatnya.
48:3 Atas firman Tuhan langit dikunci olehnya, dan api
diturunkannya sampai tiga kali.
48:4 Betapa mulialah engkau, hai Elia, dengan segala mujizatmu,
dan siapa boleh bermegah-megah bahwa sama dengan dikau?
48:5 Orang mati kaubangkitkan dari alam arwah, dan dari dunia
orang mati dengan firman Yang Mahatinggi.
48:6 Raja-raja kauturunkan sampai jatuh binasa, dan orang-orang
tersohor kaujatuhkan dari tempat tidurnya.
48:7 Teguran kaudengar di gunung Sinai, dan di gunung Horeb
keputusan untuk balas dendam.
48:8 Engkau mengurapi raja-raja untuk menimpakan balasan, dan
nabi-nabi kauurapi menjadi penggantimu.
48:9 Dalam olak angin berapi engkau diangkat, dalam kereta dengan
kuda-kuda berapi.
48:10 Engkau tercantum dalam ancaman-ancaman tentang masa depan
untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus, dan mengembalikan hati bapa kepada
anaknya serta memulihkan segala suku Yakub.
48:11 Berbahagialah orang yang telah melihat dikau, dan yang
meninggal dengan kasih mereka, sebab kamipun pasti akan hidup pula.
48:12 Elia ditutupi dengan olak angin, tetapi Elisa dipenuhi
dengan rohnya. Selama hidup ia tidak gentar terhadap seorang penguasa, dan
tidak seorangpun menaklukkannya.
48:13 Tidak ada sesuatupun yang terlalu ajaib baginya, dan bahkan
dikuburnyapun jenazahnya masih bernubuat.
48:14
Sepanjang hidupnya ia membuat mujizat, dan malah ketika meninggal pekerjaannya
menakjubkan.
Mat.
6:7-15
6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti
kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena
banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
6:8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui
apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga,
Dikuduskanlah nama-Mu,
6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di
sorga.
6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga
mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi
lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan
dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]
6:14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang
di sorga akan mengampuni kamu juga.
6:15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak
akan mengampuni kesalahanmu."
Santo Aloysius Gonzaga
Aloysius, santo pelindung
pemuda pemudi Katolik, dilahirkan pada tanggal 9 Maret 1568. Karena ia begitu
penuh semangat hidup, ayahnya berangan-angan agar kelak ia menjadi seorang
perwira yang hebat. Ketika Aloysius baru berumur lima tahun, ayahnya mengajaknya
ke kemah tentara. Di sana, Aloysius kecil ikut berarak dalam barisan. Suatu
hari, ia bahkan berhasil mengisi dan menembakkan senapan ketika pasukan tentara
sedang beristirahat. Ia juga belajar umpatan dan kata-kata kasar dari para
prajurit. Ketika mengetahui apa arti kata-kata tersebut, Aloysius merasa
menyesal bahwa ia telah mengucapkannya.
Pemuda Aloysius dikirim ke
istana-istana para raja dan pangeran. Kelicikan, kedengkian dan kecemaran
merupakan hal biasa di sana. Tetapi, semuanya itu mempengaruhi St. Aloysius
hanya dalam satu hal, yaitu lebih berhati-hati agar tetap hidup sesuai tanggung
jawab Kristianinya. Aloysius jatuh sakit. Hal itu memberinya kesempatan untuk
mempergunakan lebih banyak waktu untuk berdoa dan membaca buku-buku yang baik.
Ketika Aloysius berumur enam belas tahun, ia memutuskan untuk menjadi seorang
imam Yesuit. Ayahnya menentang keinginannya itu.
Tetapi, setelah tiga tahun,
akhirnya ia mengijinkannya juga. Begitu bergabung dengan Yesuit, Aloysius wajib
melakukan pekerjaan-pekerjaan berat dan kasar. Ia melayani di dapur dan mencuci
piring-piring kotor. Ia biasa mengatakan, “Aku ini sepotong besi yang bengkok.
Aku datang kepada agama agar dijadikan lurus oleh palu penyangkalan diri dan
laku tobat.”
Ketika suatu wabah menyerang
kota Roma, Aloysius mohon agar diijinkan merawat mereka yang sakit. Dia, yang
biasa dilayani oleh pelayan-pelayan, dengan senang hati menyeka mereka yang
sakit serta merapikan tempat tidur mereka. Ia melayani orang-orang sakit hingga
akhirnya penyakit itu menyerangnya juga.
St. Aloysius baru berusia
dua puluh tiga tahun ketika ia wafat pada malam tanggal 20 Juni 1591. Ia hanya
mengatakan, “Aku akan pergi ke surga.” Jenazah St. Aloysius Gonzaga
disemayamkan di Gereja St. Ignatius di Roma. Ia dinyatakan kudus oleh Paus
Benediktus XIII pada tahun 1726.
Bagaimana aku bersikap ketika aku merasa orang-orang lain memaksaku untuk
mengatakan atau melakukan hal-hal yang tidak pantas? Aku harus berdoa mohon
keberanian untuk melakukan apa yang benar.Yesaya.indocell.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar