Rabu, 27 Juni 2018

Pengajar Asli dan Palsu


Rabu Pekan Biasa XII (H)
2 Raj. 22:6-13,23:1-6
Mzm. 119:33,34,35,37,40
Mat. 7:15-20




2 Raj. 22:6-13,23:1-6

22:8 Berkatalah imam besar Hilkia, kepada Safan, panitera itu: "Telah kutemukan kitab Taurat itu di rumah TUHAN!" Lalu Hilkia memberikan kitab itu kepada Safan, dan Safan terus membacanya.
22:9 Kemudian Safan, panitera itu, masuk menghadap raja, disampaikannyalah kabar tentang itu kepada raja: "Hamba-hambamu ini telah mengambil seluruh uang yang terdapat di rumah TUHAN dan memberikannya ke tangan para pekerja yang diangkat mengawasi rumah itu."
22:10 Safan, panitera itu, memberitahukan juga kepada raja: "Imam Hilkia telah memberikan kitab kepadaku," lalu Safan membacakannya di depan raja.
22:11 Segera sesudah raja mendengar perkataan kitab Taurat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya.
22:12 Kemudian raja memberi perintah kepada imam Hilkia, kepada Ahikam bin Safan, kepada Akhbor bin Mikha, kepada Safan, panitera itu, dan kepada Asaya, hamba raja, katanya:
22:13 "Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi rakyat dan bagi seluruh Yehuda, tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang bernyala-nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini dengan berbuat tepat seperti yang tertulis di dalamnya."
23:1 Sesudah itu raja menyuruh orang mengumpulkan semua tua-tua Yehuda dan Yerusalem.
23:2 Kemudian pergilah raja ke rumah TUHAN dan bersama-sama dia semua orang Yehuda dan semua penduduk Yerusalem, para imam, para nabi dan seluruh orang awam, dari yang kecil sampai yang besar. Dengan didengar mereka ia membacakan segala perkataan dari kitab perjanjian yang ditemukan di rumah TUHAN itu.
23:3 Sesudah itu berdirilah raja dekat tiang dan diadakannyalah perjanjian di hadapan TUHAN untuk hidup dengan mengikuti TUHAN, dan tetap menuruti perintah-perintah-Nya, peraturan-peraturan-Nya dan ketetapan-ketetapan-Nya dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan untuk menepati perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu. Dan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu.

Mat. 7:15-20

7:15 "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
7:16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
7:17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
7:18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
7:19 Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
7:20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.




Pengajar Asli dan Palsu

Saudara terkasih, kita sering mendengar ajaran ini dan itu, pengajar ini menghendaki demikian, pengajar itu mengatakan ini. bagaimanapun kita tetap perlu untuk  bersikap dan menetapkan pilihan. Aa pengajar yag benar dan ada pengajar yang sangat berbahaya. Orang ada yang berpakaian, berbusana, berkata, bersikap seolah-olah pengajar utama, ulung, dan hanya mereka yang benar. Ada pula guru atau pengajar yang sejati. Pengajar yang sejati yang perlu kita ikuti.
Bagaimana kita memilih pengajar yang benar, bukan musang berbulu domba. Buah dari perilaku mereka terlebih dahulu. Ada yang namanya rekam jejak, di mana perilaku mereka dari waktu ke waktu bisa disaksikan, ada konsistensi, ada kesamaan di dalam banyak hal.
Adanya kesatuan kata dan perbuatan. Tidak ada pengajar benar yang bisa mengatakan berbusa-busa soal kesalehan, kesucian, dan religiusitas, namun serentak mengutuk orang lain, menistakan ciptaan Tuhan seolah-lah sampah. Mengatakan hal baik sekaligus kutukan karena perbedaan pilihan ini dan itu. Di sinilah sikap yang perlu kita cermati.
Buah yang baik dalam hidup rohani akan terbaca. Pengajar kebaikan akan memiliki sifat dan sikap untuk menyatukan, bukan memecah belah. Perseteruan hanya ada dalam pribadi yang tidak bersikap religius. Mana ada perselisihan sebagai kehendak Ilahiah?  Sering kita abai dan lalai melhat yang demikian, karena asyik melihat tampilan dan labelnya.
Saudara terkasih, kita menilai pohon itu dari buahnya. Mana ada buah baik jika pohonnya jelek, tidak sehat, dan kurus kering. Semak duri tidak akan pernah menghasilkan buah yang bermanfaat bagi kehidupan. Demikian juga jika orang atau pengajar yang suka akan kekerasan, apa iya bisa mengajarkan dan berbuat kasih? Jika kebencian yang ada dalam benak dan hati mereka, apa iya mereka bisa memberikan damai dan suka cita? Di sinilah pentingnya hidup kita memilih mana yang benar dan pura-pura benar. Jangan khawatir karena Tuhan hadir dengan kemampuan kita untuk memilih yang benar dan baik. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar