Sabtu, 16 Juni 2018

Katakan Ya sebagai Ya


Sabtu Pekan Biasa X (H)
1 Raj. 19:19-21
Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10
Mat. 5:33-37



1 Raj. 19:19-21

19:19 Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya.
19:20 Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya: "Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau." Jawabnya kepadanya: "Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu."
19:21 Lalu berbaliklah ia dari pada Elia, ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.


Mat. 5:33-37

5:33 Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
5:34 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
5:35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
5:36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
5:37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.



Katakan Ya sebagai Ya

Saudara terkasih, Yesus hari ini mengajak kita merenungkan mengenai konsistensi dan keterusterangan mengenai pernyataan dan janji. Sumpah dilarang oleh Yesus agar orang tidak dengan mudah mengatasnamakan, atau mudah bersumpah namun tidak ada tindakan nyata.
Hal yang sangat penting dan menesak serta konkret sedang kita alami sebagai sebuah bangsa. Betapa mudahnya memengaruhi persepsi publik, memutarbalikan fakta, dan sejenisnya demi kepentingan sendiri dan sesaat. Kecenderungan untuk memenangkan dalam pemilihan ini dan itu sering orang lupa menyatakan kebenaran sebagai kebenaran. Ya jika ya dan tidak jika memang tidak. Namun karena hasrat dan keinginan yang besar untuk menang, menggunakan cara buruk tanpa merasa bersalah.
Hal ini pun bukan tidak mungkin dilakukan pengikut Yesus. Demi mempertahankan jabatan, demi mendapatkan pekerjaan bukan saja mengesampingkan kebenaran, iman pun bisa disingkirkan baik sementara atau selamanya.
Konsekuensi memang sering tidak ringan  untuk berani konsisten memilih ya sebagai ya dan tidak sebagai tidak. Bisa berefek ke mana-mana di mana perihidup penghargaan atas nilai itu masih lemah dan tidak semestinya seperti sekarang ini.
Keberanian juga diperlukan, jika melihat keadaan seperti sekarang ini. Bagaimana  pemaksaan kehendak, persekusi, penggiringan opini demikian masif. Penggunaan kekerasan dan mengeroyok seolah menjadi gaya baru di dalam membela kebenaran. Kebenaran bisa seturut banyaknya pendukung dan suara.
Tidak kenal kompromis. Susah menghadapi gaya hidup pokok e mau e=benar atau salah tidak peduli sepanjang label yang sama. Berbeda sebagai musuh. Kompromi demi selamat, demi aman, bisa sangat terbuka, dan dengan konsekuensi menepikan kebenaran sebagai konsekuensinya, bisa saja terjadi. Kebenaran adalah prinsip, tidak bisa dijadikan kompromi.
Mengikuti Yesus menang tidak mudah dan tidak juga ringan. Konsekuensi salib perlu kita ingat jika mendapatkan tantangan, menyatakan ya dengan tegas atau sebaliknya. Di sinilah kualitas pribadi.  Di manakah letak pilihan kita?BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar