Rabu, 20 Juni 2018

Esensi Agama Versus Ritual Agama


Rabu Pekan Biasa XI (H)
2 Raj. 2:1.6-14
Mzm. 31:20,21,24
Mat. 6:1-6,12-18



2 Raj. 2:1.6-14

2:1 Menjelang saatnya TUHAN hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai, Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal.
2:6 Berkatalah Elia kepadanya: "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke sungai Yordan." Jawabnya: "Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau." Lalu berjalanlah keduanya.
2:7 Lima puluh orang dari rombongan nabi itu ikut berjalan, tetapi mereka berdiri memandang dari jauh, ketika keduanya berdiri di tepi sungai Yordan.
2:8 Lalu Elia mengambil jubahnya, digulungnya, dipukulkannya ke atas air itu, maka terbagilah air itu ke sebelah sini dan ke sebelah sana, sehingga menyeberanglah keduanya dengan berjalan di tanah yang kering.
2:9 Dan sesudah mereka sampai di seberang, berkatalah Elia kepada Elisa: "Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu." Jawab Elisa: "Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu."
2:10 Berkatalah Elia: "Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi."
2:11 Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.
2:12 Ketika Elisa melihat itu, maka berteriaklah ia: "Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!" Kemudian tidak dilihatnya lagi, lalu direnggutkannya pakaiannya dan dikoyakkannya menjadi dua koyakan.
2:13 Sesudah itu dipungutnya jubah Elia yang telah terjatuh, lalu ia berjalan hendak pulang dan berdiri di tepi sungai Yordan.
2:14 Ia mengambil jubah Elia yang telah terjatuh itu, dipukulkannya ke atas air itu sambil berseru: "Di manakah TUHAN, Allah Elia?" Ia memukul air itu, lalu terbagi ke sebelah sini dan ke sebelah sana, maka menyeberanglah Elisa.


Mat. 6:1-6,12-18

6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
6:5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
6:16 "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
6:18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."



Esensi Agama Versus Ritual Agama

Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan mengenai hidup beragama kita. Yesus menggunakan contoh yang sangat konkret, bagaiman perilaku beragama yang masih menitikberatkan hal-hal yang masih lekat akan  duniawi. Fokus pada pelaksanaan yang memiliki kecenderungan untuk dilihat. Pamer kesalehan, dan abai akan yang esensial, di mana relasional dengan Sang Pencipta yang terkalahkan.
Kecenderungan yang sama, sedang melanda hidup sebagai bangsa di negeri tercinta ini. Bagaimana orang  bisa demikian beringas atas nama agama. Penampilan dan pakaian keagamaan, asesoris, dan kutipan ayat bertebaran, namun di sisi yang berbeda, korupsi, pemutarbalikan fakta, dan kejahatan merajalela. Padahal apa sih rumah ibadah yang sepi, atau hari peringatan keagamaan yang sepi? Sama sekali tidak ada, namun apa yang diperbuat, sama saja. Kejahatan dna religiusitas berjalan seiring sejalan.
Jika saja hidup beragama tidak sekadar ritual dan perayaan, namun telah menjadi gaya hidup. Adanya satu kesatuan kata dna perbuatan, namun sayangnya masih jauh dari itu semua. Bagaimana orang bisa melakukan ibadah sekaligus mencaci maki dengan tidak merasa bersalah. Buah dari hidup beragama adalah mengasihi tanpa batas. Pengampunan, menyejukan, dan menyatukan. Jika sebaliknya, jelas dari si jahat yang lebih dominan.
Puasa sebagai salah satu bagian beragama pun demikian. Puasa seolah diproklamirkan, lebih boros, pengeluaran meningkat, bukan menahan diri namun justru menjadikan pola hidup semata berbalik saja. Memang Gereja bersikap berbeda, namun jangan salahkan jika pengikut Yesus pun berpikir yang sama. Berperilaku yang identik, dan melakukan hal yang tidak berbeda. Hal yang sangat wajar karena pengaruh lingkungan.
Tuhan menghendaki buah atas hidup beriman, bukan semata apa yang tampak, namun apa yang dihasilkan. Apa yang dinyatakan dengan sikap beragama. Buah kebaikan, melihat dari panenannya.  Buah yang menentukan.BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar