Jumat Biasa
Pekan VII (H)
Yak.
5:9-12
Mzm.
103,1-2,3-4,8-9,11-12
Mrk.
10:1-12
Yak.
5:9-12
5:9 Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling
mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di
ambang pintu.
5:10 Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran
para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan.
5:11 Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka
yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah
tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha
penyayang dan penuh belas kasihan.
5:12 Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu
bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya,
hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu
jangan kena hukuman.
Mrk.
10:1-12
10:1 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah
seberang sungai Yordan dan di situ pun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan
seperti biasa Ia mengajar mereka pula.
10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus
mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan
menceraikan isterinya?"
10:3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa
kepada kamu?"
10:4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya
dengan membuat surat cerai."
10:5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran
hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.
10:6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan
perempuan,
10:7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan isterinya,
10:8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka
bukan lagi dua, melainkan satu.
10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia."
10:10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula
kepada Yesus tentang hal itu.
10:11 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan
isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap
isterinya itu.
10:12 Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan
laki-laki lain, ia berbuat zinah."
Karakter
Pengikut Kristus
Saudara terkasih, dari dua bacaan hari ini,
kita belajar mengenai karakter sebagai pengikuti Kristus. Pertama mengenai
katakan “Ya” jika ya dan “tidak” jika memang demikian. hal yang tidak mudah,
apalagi jika menyangkut kehidupan bersama. Perasaan, keamanan apalagi jika
politik, dan banyak kendala. Mengatakan kebenaran sebagai kebenaran ketika
bicara prinsip menjadi penting, meskipun risikonya adalah kematian sekalipun. Tidak
bisa ditawar-tawar, apalagi menghadapi kehidupan bersama, ketika iman menjadi taruhannya.
Tidak perlu takut untuk hal yang prinsip dan mendasar, apalagi jika berkaitan
dengan hidup dan iman.
Kedua, adalah soal perceraian, khas Katolik,
di mana perkawinan adalah persekutuan dari Allah. sangat tidak mudah, apalagi
dihadapan kemajuan teknologi yang demikian masif ini. Pernah dalam perbincangan dengan seorang rekan yang ingin
bercerai, yang dalam kepercayaannya memang boleh, bertanya bagaimana jik Gereja
Katolik melihat itu. Rekan kaget dan merasa berat melihat tidak ada kata
perceraian dalam kamus Gereja. Dan ini memang tidak mudah, bagi umat sendiri. Mengapa
demikian? penyatuan dua pribadi sangat sulit.
Dalam perkembangan pernikahan yang diawali
dengan cinta tidak mesti akan demikian, jika terus menerus tidak menghidupi
cinta yang sama. Kehidupan sehari-hari bisa menggerus itu. Godaan yang tidak
dikelola dengan baik bisa menjadi masalah. Dunia akan menawarkan hal-hal yang
berwarna dan itu sangat menggoda, dan di sinilah peran iman itu.
Kata kunci, dua pribadi yang disatukan Allah,
menjadi penting, tidak membuka lagi adanya pribadi lain di dalam hidup
berkeluarga mereka. Apakah otomatis demikian? Tidak. Lihat bagaimana pola pikir
dan pola tindak yang cukup berbeda itu. Jika tidak menyadari kehendak Allah
bisa menjadi berabe.
Pengampunan, ini juga menjadi salah satu
bagian utuh di dalam perkawinan dan iman. Bagaimana bisa langgeg jika
mengungkit-ungkit kekurangan pasangan saja. Hal ini sering menjadi penyebab
kerusakan relasi dalam keluarga.
Karakter baik ini perlu kita kembangkan, bukan
malah menjadi beban jika di dalam iman dan Tuhan, semua adalah mungkin. Jangan lupa
memohon pada Tuhan agar mampu berbuat demikian. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar