Senin, 05 Februari 2018

Penafsiran dan Merasa Diri Paling

Pw. S. Paulus Miki, Imdkk, Mrt Jepang (M)
 1 Raj. 8:22-23-27-30
Mzm. 84:3,4,5,10,11
Mrk. 7:1-13



1 Raj. 8:22-23-27-30

8:22 Kemudian berdirilah Salomo di depan mezbah TUHAN di hadapan segenap jemaah Israel, ditadahkannyalah tangannya ke langit,
8:23 lalu berkata: "Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu;
8:27 Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.
8:28 Maka berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya TUHAN Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba-Mu panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini!
8:29 Kiranya mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: nama-Ku akan tinggal di sana; dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini.
8:30 Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya di tempat kediaman-Mu di sorga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni.



Mrk. 7:1-13

7:1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus.
7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka;
7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
7:11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah --,
7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.
7:13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."



Penafsiran dan Merasa Diri Paling

Saudara terkasih, hari ini kita kembali diajak Bunda Gereja untuk merenungkan sikap kaum Farisi dan perilakunya, mirip dan identik dengan apa yang kita bersama sebagai bangsa sedang hadapi. Begitu banyak orang berbicara taat hukum, antikorupsi, pemerintahan bersih, namun toh nyatanya jauh dari itu semua.
Yesus yang mendapatkan kritikan tajam, bahkan cenderung teguran kasar dan keras, melihat perilaku para murid yang tidak menuruti hukum adat sebagaimana Farisi pahami. Sebenarnya, cuci tangan bukan tuntutan Taurat sebagai representasi kehendak Allah. itu hanya bentuk kesalehan semata yang dipandang baik oleh kaum Farisi, namun diwajibkan sebagaimana tuntunan Taurat. Kembali Yesus tidak mau berpolemik mengenai tradisi dan adat istiadat, namun inti dari itu semua, sumber tertib hukum dalam Taurat. Farisi merasa lebih saleh dengan membuat aturan tambahan, dan bisa menyematkan kedosaan pada pihak yang tidak sesuai dengan pemahaman mereka.
Saudara terkasih, hal ini ternyata dalam hidup kita sehari-hari demikian mudah juga terjadi. memvonis saudara kita yang tidak hadir dalam kegiatan lingkungan. Tanpa tahu kesulitan dan apa yang terjadi, dihakimi sebagai tidak beriman. Bahkan ada yang berbalik agama karena perilaku demikian. ada kerabat yang meninggal, oleh lingkungan tidak ditanggapi dengan baik karena mereka tidak mau terlibat. Hari itu juga mereka meninggalkan Gereja. pun dalam hal-hal keseharian, tuntutan masyarakat kadang berlebihan, apalagi jika berbicara agama. Media sosial menjadi tempat yang seolah rimba raya sok tahu menyedihkannya, sering merasa tahu agama lain.
Berbahaya menafsirkan sendiri kemudian memaksakannya pada pihak lain. Hal ini  seolah menjadi gaya hidup baru bagi masyarakat kita. Apalagi jika menafsirkan agama lain dengan pola pikir sendiri, parah lagi, agamanya sendiri saja tidak paham, namun merasa tahu agama lain.
Penyakit lain yang sedang mengejala adalah perasaan diri paling, paling apapun, dan repotnya itu kalau merasa paling benar dan saleh. Dan itu terjadi di dalam hidup berbangsa dan bernegara. Berbeda sebagai salah dan musuh. Kontekstual sekali bacaan hari ini bagi kita. Sikap yang patut diambil adalah memberikan pengampunan, mereka tidak tahu apa yang mereka buat, berselisih, menjawab, apalagi mendebat hanya membuang-buang energi.

Peringatan Martir Jepang jadi ingat film dan novel dengan judul yang sama SILENCE, betapa berat menjadi martir di Jepang apalagi dengan kekejaman yang luar biasa. Penenggelaman hidup-hidup, di bakar setiap kali menolak mengkhianati Yesus, hingga digantung terbalik dengan dibebat tali dan dilukai kecil di belakang telinga, dan dimasukkan lobang untuk membunuh dengan pelan-pelan. Luar biasa karya mereka di sana, dan itu sungguh terjadi. Bukan hanya medan yang buruk, namun penolakan yang luar biasa keras pun dihadapi. Kebesaran iman untuk bertahan akan cinta Kristus yang patut menjadi contoh dan teladan.BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar