Pw. S.
Paulus Miki, Imdkk, Mrt Jepang (M)
1 Raj. 8:22-23-27-30
Mzm.
84:3,4,5,10,11
Mrk. 7:1-13
1 Raj.
8:22-23-27-30
8:22 Kemudian
berdirilah Salomo di depan mezbah TUHAN di hadapan segenap jemaah Israel,
ditadahkannyalah tangannya ke langit,
8:23 lalu
berkata: "Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit
di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia
kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu;
8:27 Tetapi
benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit
yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah
yang kudirikan ini.
8:28 Maka
berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya TUHAN Allahku,
dengarkanlah seruan dan doa yang hamba-Mu panjatkan di hadapan-Mu pada hari
ini!
8:29 Kiranya
mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang
Kaukatakan: nama-Ku akan tinggal di sana; dengarkanlah doa yang hamba-Mu
panjatkan di tempat ini.
8:30 Dan
dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di
tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya di tempat kediaman-Mu di sorga;
dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni.
Mrk. 7:1-13
7:1 Pada suatu
kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang
menemui Yesus.
7:2 Mereka
melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan
tangan yang tidak dibasuh.
7:3 Sebab
orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak
melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat
istiadat nenek moyang mereka;
7:4 dan kalau
pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan
dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci
cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
7:5 Karena itu
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa
murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi
makan dengan tangan najis?"
7:6 Jawab-Nya
kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang
munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal
hatinya jauh dari pada-Ku.
7:7 Percuma
mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah
manusia.
7:8 Perintah
Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
7:9 Yesus berkata
pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah,
supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
7:10 Karena Musa
telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya
atau ibunya harus mati.
7:11 Tetapi kamu
berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku,
yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban --
yaitu persembahan kepada Allah --,
7:12 maka kamu
tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.
7:13 Dengan
demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu
ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."
Penafsiran
dan Merasa Diri Paling
Saudara terkasih, hari ini kita kembali diajak Bunda Gereja untuk
merenungkan sikap kaum Farisi dan perilakunya, mirip dan identik dengan apa
yang kita bersama sebagai bangsa sedang hadapi. Begitu banyak orang berbicara
taat hukum, antikorupsi, pemerintahan bersih, namun toh nyatanya jauh dari itu
semua.
Yesus yang mendapatkan kritikan tajam, bahkan cenderung teguran
kasar dan keras, melihat perilaku para murid yang tidak menuruti hukum adat
sebagaimana Farisi pahami. Sebenarnya, cuci tangan bukan tuntutan Taurat
sebagai representasi kehendak Allah. itu hanya bentuk kesalehan semata yang
dipandang baik oleh kaum Farisi, namun diwajibkan sebagaimana tuntunan Taurat. Kembali
Yesus tidak mau berpolemik mengenai tradisi dan adat istiadat, namun inti dari
itu semua, sumber tertib hukum dalam Taurat. Farisi merasa lebih saleh dengan
membuat aturan tambahan, dan bisa menyematkan kedosaan pada pihak yang tidak
sesuai dengan pemahaman mereka.
Saudara terkasih, hal ini ternyata dalam hidup kita sehari-hari
demikian mudah juga terjadi. memvonis saudara kita yang tidak hadir dalam
kegiatan lingkungan. Tanpa tahu kesulitan dan apa yang terjadi, dihakimi
sebagai tidak beriman. Bahkan ada yang berbalik agama karena perilaku demikian.
ada kerabat yang meninggal, oleh lingkungan tidak ditanggapi dengan baik karena
mereka tidak mau terlibat. Hari itu juga mereka meninggalkan Gereja. pun dalam
hal-hal keseharian, tuntutan masyarakat kadang berlebihan, apalagi jika
berbicara agama. Media sosial menjadi tempat yang seolah rimba raya sok tahu
menyedihkannya, sering merasa tahu agama lain.
Berbahaya menafsirkan sendiri kemudian memaksakannya pada pihak
lain. Hal ini seolah menjadi gaya hidup
baru bagi masyarakat kita. Apalagi jika menafsirkan agama lain dengan pola
pikir sendiri, parah lagi, agamanya sendiri saja tidak paham, namun merasa tahu
agama lain.
Penyakit lain yang sedang mengejala adalah perasaan diri paling,
paling apapun, dan repotnya itu kalau merasa paling benar dan saleh. Dan itu
terjadi di dalam hidup berbangsa dan bernegara. Berbeda sebagai salah dan
musuh. Kontekstual sekali bacaan hari ini bagi kita. Sikap yang patut diambil
adalah memberikan pengampunan, mereka tidak tahu apa yang mereka buat,
berselisih, menjawab, apalagi mendebat hanya membuang-buang energi.
Peringatan Martir Jepang jadi ingat film dan novel dengan judul
yang sama SILENCE, betapa berat menjadi
martir di Jepang apalagi dengan kekejaman yang luar biasa. Penenggelaman hidup-hidup,
di bakar setiap kali menolak mengkhianati Yesus, hingga digantung terbalik
dengan dibebat tali dan dilukai kecil di belakang telinga, dan dimasukkan
lobang untuk membunuh dengan pelan-pelan. Luar biasa karya mereka di sana, dan
itu sungguh terjadi. Bukan hanya medan yang buruk, namun penolakan yang luar
biasa keras pun dihadapi. Kebesaran iman untuk bertahan akan cinta Kristus yang
patut menjadi contoh dan teladan.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar