Kamis, 15 Februari 2018

Hakikat dan Esensi Puasa

Jumat Sesudah Rabu Abu (U)
                                                                                        Yes. 58:1-9a
Mzm. 58:3-4,5-6a,18-19
Mat. 19:14-15



                                                                                        Yes. 58:1-9a

58:1 Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka!
58:2 Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya:
58:3 "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.
58:4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?
58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
58:8 Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.
58:9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab.


Mat. 19:14-15

9:14 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?"
9:15 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.



Hakikat dan Esensi Puasa

Saudara terkasih, hari ini kita diajak Bunda Gereja untuk merenungkan puasa. Bagaimanapun puasa adalah tradisi dalam semua agama. Corak ragamnya macam-macam, belum lagi bila mendapatkan tafsiran sendiri. Sebagaimana kita alami bersama sebagai bangsa Indonesia, bagaimana puasa namun dipenuhi dengan kemarahan dengan warung yang buka, pemaksaan iklan makanan dan minuman. Pertanyaan murid Yohanes ini adalah puasa bentuk kesalahen, kalau dalam bucaya kita mungkin Senin Kamis, bukan puasa wajib dalam tradisi konteks itu tentunya.
Bacaan pertama memberikan gambaran lebih jelas mengenai puasa. Apa yang Tuhan kehendaki ialah adanya perubahan menjadi baik. Puasa tidak semata menahan haus dan lapar, apalagi dipamerkan. Bagaimana orang berpuasa namun masih saja bergosip, menonton kekerasan sebagai hiburan, membeli hibura-hiburan yang tidak sehat. Penuh kebencian dan dendam, kemarahan yang tidak jelas, atau karena kelaparan menjadi mudah tersulut emosi? Jika demikian buat apa susah-susah haus dan lapar. Berbagai alasan bisa dikemukan untuk dapat menahan haus dan lapar, namun puasa berorientasi untuk menyadari kerapuhan diri, kedosaan yang sangat mudah kita perbuat. Saat berpuasa, saatnya berbalik arah dan menghidupi budaya dan tradisi baik. Jika melihat kebenaran yang bengkok karena sudah merenungkan puasa, sebisa mungkin meluruskan, sepanjang kapasitas dan kemampuan. Konkret sebagai bangsa yang sedang mengalami kemerosotan moral, pembiasaan warta setengah data, sebagai orang yang sedang berpuasa, menjauhi itu semua, bisa memberikan berita yang lebih berimbang dan benar.

Hakikat puasa bukan semata tidak makan dan minum dalam sebuah kurun waktu, namun bagaimana menghayati kehidupan yang lebih baik dan mendalam bersama Tuhan dan sesama. Cinta kasih menjadi jalinan yang utuh bukan malah memperlebar perbedaan. Sikap terbuka lepas kecurigaan, dan sikap berbagi yang tulus merupakan bukti puasa yang Tuhan kehendaki. Bagaimana puasa kita dalam masa Prapaskah ini? Sesuai dengan kehendak Allah atau masih berkutat pada keinginan kita? BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar