Rabu, 28 Februari 2018

DIA Datang untuk Melayani BDilayani

Rabu Biasa Pekan II Prapaskah (U)
Yer. 18:18-20
Mzm. 31:5-6,14,15-16
Mat. 20:17-28



Yer. 18:18-20

18:18 Berkatalah mereka: "Marilah kita mengadakan persepakatan terhadap Yeremia, sebab imam tidak akan kehabisan pengajaran, orang bijaksana tidak akan kehabisan nasihat dan nabi tidak akan kehabisan firman. Marilah kita memukul dia dengan bahasanya sendiri dan jangan memperhatikan setiap perkataannya!"
18:19 Perhatikanlah aku, ya TUHAN, dan dengarkanlah suara pengaduanku!
18:20 Akan dibalaskah kebaikan dengan kejahatan? Namun mereka telah menggali pelubang untuk aku! Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapan-Mu, dan telah berbicara membela mereka, supaya amarah-Mu disurutkan dari mereka.


Mat. 20:17-28

20:17 Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan:
20:18 "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.
20:19 Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."
20:20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya.
20:21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."
20:22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat."
20:23 Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."
20:24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
20:25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
20:26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
20:27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.




DIA Datang untuk Melayani Bukan Dilayani

Saudara terkasih, pemuridan dan panggilan Yesus memang khas, apa yang terjadi adalah model atas diri Yesus sendiri yang menjalani panggilan dan perutusan Allah Bapa. Di mana IA datang untuk melayani bukan untuk dilayani, demikian juga para murid, jika mau menjadi yang terbesar, mereka harus mau melayani.
Yesus mengulangi mengenai hal terbesar dalam Kerajaan Surga sebagai jawaban atas permintaan ibu dari Yakobus dan  Yohanes. Permintaan hak istimewa untuk duduk di sisi Yesus ketika kemuliaan kekal. Apa yang ia minta tidak ditolak Yesus, namun Ia nyatakan bahwa itu adalah hak Allah. reaksi kesepuluh rekan para muridpun sangat manusiawi, mereka marah, dan di sinilah Yesus menggunakan untuk mengajar mereka mengenai kemuridan dan kebesaran. Berbicara mengenai penderitaan-Nya, dan sangat erat dengan derita dan saliblah panggilan para murid.
Saudara terkasih, sering kita mau ikut Yesus hanya demi enaknya saja, mau nyaman tanpa kesulitan, bahkan jika susah pun sebisa mungkin menghindarinya. Apakah demikian yang Tuhan kehendaki? Jelas tidak, namun bagaimana kita setia memikul salib Tuhan itu. Kesediaan untuk melayani pun bukan masalah mudah. Apalagi era modern di mana uang dan teknologi telah menggantikan kemanusiaan. Sering kita bukannya melayani malah memperbudak orang lain. Kita minta dilayani, minta mendapatkan kemudahan dan prioritas dalam banyak hal. Padahal jelas berbeda dengan kehendak Tuhan bukan?

Tuhan sudah memberikan contoh, keteladanan, dan perilaku-Nya terlebih dahulu, apa yang perlu kita lakukan saat ini adalah melakukan apa yang telah Tuhan ajarkan. Apakah itu mudah, tidak juga, toh para murid pun sering jatuh dan gagal memahami rencana, kehendak, dan jalan Tuhan. BD.eLeSha.

Selasa, 27 Februari 2018

Keselarasan antara Omongan dan Tindakan

Selasa Biasa Pekan II Prapaskah (U)
Yes. 1:10,16-20
Mzm. 50:8-9,16bc,17,21,23
Mat. 23:1-12




Yes. 1:10,16-20

1:10 Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora!
1:16 Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,
1:17 belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!
1:18 Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
1:19 Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu.
1:20 Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang." Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya.

Mat. 23:1-12

23:1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:
23:2 "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.
23:3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
23:4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
23:5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;
23:6 mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat;
23:7 mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.
23:8 Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara.
23:9 Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.
23:10 Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.
23:11 Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.
23:12 Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.



Keselarasan antara Omongan dan Tindakan

Saudara terkasih, Yesus menyebut ahli Taurat dan orang Farisi yang mendasari hidupnya dengan Taurat Musa telah menduduki kursi Musa. Di sana Yesus meminta para murid untuk mendengarkan dan menataati ajarannya. Namun diberi juga tambahan, bahwa mereka mengajarkan namun tidak melakukan. Para murid diminta untuk melakukan apa yang mereka dengar itu. Hal inilah yang membedakan mereka dengan para ahli Taurat dan kaum Farisi.
Mereka dilarang untuk meniru perilaku mereka, meskipun mendengarkan ajaran dan apa yang mereka nyatakan, sebatas apa yang memang benar secara Taurat bukan apa yang mereka buat sendiri. Mereka tidak boleh menyebut rabi, bapa, dan meminta penghargaan dan penghormatan yang berlebihan. Dengan contoh berpakaian menyolok, berdoa dan berkotbah di pasar dan tempat umum. Yesus menghendaki murid-Nya untuk menjadi pelayan bahkan untuk menjadi yang terbesar.
Saudara terkasih, hari-hari ini kita sebagai bangsa sedang menghadapi perilaku demikian. Bagaimana orang merasa diri besar,  mengucapkan hal-hal saleh dan merasa diri paling benar dan saleh di dalam hidup beragama ataupun bernegara. Padahal jelas-jelas mereka adalah para penghancur negara dengan perilaku korup mereka. Tidak jarang itu pun orang yang dibaptis. Di Gereja pun tidak kurang sikap mereka yang model Farisi ini, merasa memiliki Gereja, mengatur, menilai, dan menghakimi apa yang tidak disukai dan berbeda dengan apa yang ia yakini. Sebentar lagi Paskah, panitia bukan menjadi pelayan, namun merasa diri lebih dari umat, sehingga bisa dengan “arogansi”, mengatur orang lain dengan tidak tahu kondisi, dan sejenisnya.
Yesus menghendaki kita memiliki keselarasan antara apa yang kita ucapkan dan apa yang kita lakukan. Mengatakan sering lebih mudah, dan Tuhan menghendaki kita melakukannya, bukan sekadar mengatakannya. Sering kita bicara muluk-muluk karena kita tidak melakukannya. Mengatakan dengan ideal, namun ketika mendapatkan tantangan kemudian melempem, berbicara dengan meluap-luap dan bersemangat, ketika ditolak takut dan mundur. BD.eLeSHa.



Senin, 26 Februari 2018

Ukuran yang Kamu Pakai akan Diukurkan kepadamu


Senin Biasa Pekan II Prapaskah (U)
Dan. 9:4-10
Mzm. 79:8,9,11,13
Luk. 6:36-38



Dan. 9:4-10

9:4 Maka aku memohon kepada TUHAN, Allahku, dan mengaku dosaku, demikian: "Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu!
9:5 Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu,
9:6 dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri.
9:7 Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau.
9:8 Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau.
9:9 Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia,
9:10 dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya.

Luk. 6:36-38

6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
6:37 "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
6:38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."




Ukuran yang Kamu Pakai akan Diukurkan kepadamu

Saudara terkasih dalam bacaan singkat ini kita diajak dan diajarkan untuk murah hati karena Bapa juga murah hati. Kita bisa bersikap murah hati karena kemurahan hati Allah dalam hidup kita. Apa sih yang tidak diberikan kepada kita oleh Allah, berkat dalam berbagai bentuk, kasih, bahkan pengampunan. Pengampunan atas seluruh perilaku kita yang sering tidak karuan terhadap kemurahan Allah.
Ajakan dan pelajaran untuk tidak menghakimi, sering dan mudah kita menghakimi orang lain, dari hal yang sepele, pakaian saja bisa berkepanjangan. Belum lagi jike perilaku yang kita hakimi. Allah mengajak kita untuk tidak mudah menghakimi, namun mudah dan cepat untuk mengampuni.
Ajakan kedua adalah agar kita tidak mudah menghukum. Hukuman, cap, stempel, dan label mudah banget kita berikan, usai menghakimi. Berkaitan erat dengan menghakimi yang menjatuhkan hukuman. Hal krusial di mana perlu membedakan antara kesalahan, pengampunan, dan hukuman. Tindakan salah tetap salah, tidak dibenarkan dan tidak ditoleransi, namun tidak menghukum karena dendam, karena sakit hati, dan sebagainya. Tindakan yang salah diberi hukuman dengan wajar sesuai hukum, namun jika memang bisa, mengapa tidak memberikan pengampunan?
Saudara terkasih, sering dalam hidup bersama kita mengenakan ukuran kita pada orang lain. contohnya, kita mudah curiga dan mudah was-was karena perilaku kita dulu yang membuat demikian. orang yang tidak memiliki kecemasan dan prasangka, karena ia sendiri tidak memiliki prasangka. Bukti konkret, misalnya, kita takut menyinggung orang lain kalau mau memberikan bantuan, mengapa demikian? Karena kita sendiri juga sering curigaan kalau diberi bantuan. Padahal belum tentu demikian. Allah menghendaki ukuran kita itu  di dalam kebaikan. Belas kasih dan murah hati, karena Bapa kita murah hati. Tidak peduli apa tanggapan orang namun kebaikan apa yang bisa kita lakukan. BD.eLeSHa.


Minggu, 25 Februari 2018

Transfigurasi

HARI MINGGU PEKAN II PRAPASKAH (U)
Kej. 22:1-2.9a,10-13,15-18
Mzm. 116:10.15.16-17.18-19
Rm. 8:31-34
Mrk. 9:2-10




Kej. 22:1-2.9a,10-13,15-18

22:1 Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan."
22:2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
22:9 Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.
22:10 Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
22:11 Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."
22:12 Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
22:13 Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
22:15 Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham,
22:16 kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri -- demikianlah firman TUHAN --: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,
22:17 maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.
22:18 Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku."


Rm. 8:31-34

8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?
8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

Mrk. 9:2-10

9:2 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
9:3 dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.
9:4 Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.
9:5 Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
9:6 Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.
9:7 Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
9:8 Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.
9:9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.
9:10 Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."



Transfigurasi

Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan mengenai transfigurasi. Peristiwa pemuliaan Yesus yang terjadi di atas gunung. Murid yang diajak, Petrus,  Yakobus, dan Yohanes. Pakaian yang berkilauan menyatakan bagaimana kemuliaan Allah itu digambarkan dengan sinar berkilauan, ada di puncak gunung. Hal-hal yang sudah sangat biasa di dalam sejarah Perjanjian Lama.
Petrus yang gagal paham, juga ketakutan membuat dan memiliki ide yang konyol sebenarnya. tampilan fisik yang membuat Petrus bingung dan kacau dengan gagasan membuat tenda, jauh lebih penting adalah suara yang menyatakan,” "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Inilah puncak dan inti pengalaman para murid ini. Hal yang sama ketika Yesus dibaptis di sungai Yordan.
Kembali pesan agar mereka tidak menceritakan apa yang mereka saksikan. Pemahaman mereka akan jati diri Yesus dan Mesianisme ala Yesus belum mereka pahami dengan baik. Hal ini yang Yesus antisipasi, namun batasan sampai kapan mereka dilarang membicarakannya adalah ketika Yesus sudah bangkit. Tanda mereka belum paham nampak dalam bangkit dari orang mati.
Saudara terkasih, sering kita mau cepat-cepat berbagi dengan apa yang kita dengar, lihat, atau alami, apalagi dunia industri media yang demikian terjangkau. Namun sering kita berpikir asal cepat, tanpa menyaring atau mengonfirmasi kebenarannya. Bisa menjadi berabe. Hal-hal yang sangat kontekstual kita jalani hari-hari ini. menyebar eh ternyata salah informasi, atau salah maksud, dan salah sasaran. Padahal memperbaiki itu tidak mudah. Demikian juga pengalaman para murid ini, suka cita di  puncak gunung itu pasti membuat mereka ingin mengisahkannya, namun bisa salah paham dan bahkan paham yang salah bisa terjadi menyebar. Yesus tidak menghendaki hal tersebut.
Pengalaman di puncak gunung itu luar biasa, apalagi jika bersama Yesus. Enggan rasanya mau turun, tentu pecinta alam yang hobi naik gunung akan demikian. pecinta spiritual yang menghayati hidup doa, retret, enggan rasanya untuk mengakhirinya, karena begitu intensnya bersama Tuhan dan diri sendiri, sehingga enggan kembali ke dalam kehidupan nyata. Kemuliaan Tuhan yang membuat para murid itu nyaman, senang, dan enakan di puncak gunung, bisa juga kita alami dengan berbagai taraf dan dinamikannya. Jika sedang senang, puas, bangga, dan merasa dekat dengan Tuhan, enggan bukan untuk mengakhiri? Itu wajar, namun hidup terus berjalan, dengan keadaan dan fakta nyata. Pertanyaan para murid mengenai bangkit dari antara orang mati, gambaran kecemasan kita menghadapi hidup sehari-hari, gambaran mengenai kebingungan kita akan persoalan hidup, karena lupa ada Tuhan. BD.eLeSHa.



Sabtu, 24 Februari 2018

Haruslah Kamu Sempurna, seperti Bapamu

Sabtu Pekan I Prapaskah (U)
Ul. 26:16-19
Mzm. 119:1-2,4-5,7-8
Mat. 5:43-48




Ul. 26:16-19

26:16 "Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu.
26:17 Engkau telah menerima janji dari pada TUHAN pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkau pun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya.
26:18 Dan TUHAN telah menerima janji dari padamu pada hari ini, bahwa engkau akan menjadi umat kesayangan-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu, dan bahwa engkau akan berpegang pada segala perintah-Nya,
26:19 dan Ia pun akan mengangkat engkau di atas segala bangsa yang telah dijadikan-Nya, untuk menjadi terpuji, ternama dan terhormat. Maka engkau akan menjadi umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, seperti yang dijanjikan-Nya."


Mat. 5:43-48

5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."



Haruslah Kamu Sempurna, seperti Bapamu

Saudara terkasih, permintaan Bapa sangat sederhana, namun bukan sepele dan mudah dilakukan. Jadilah sempurna seperti Bapamu sempurna. Apa yang Yesus kehendaki berbeda atau pengembangan dari dunia Perjanjian Lama. Dalam dunia Perjanjian Lama, musuh itu boleh dibinasakan, boleh dianggap sebagai “bukan manusia”, maka tidak heran bagi luar kelompok itu bukan saudara. Yesus membawa perubahan radikal, sebagaimana kemarin, baik saja masih kurang.
Hukum kasih memang berangkat dari dunia Perjanjian Lama, namun diperbaiki Yesus dan menjadi lebih mendalam dan menghargai kemanusiaan. Bagaimana mendoakan musuh, bagaimana ada pengampunan bahkan mendoakan, tentu bukan doa yang buruk atau kutuk yang Yesus kehendaki dilakukan.
Sempurna itu bukan tidak ada kesalahan, selalu benar, dan selalu hebat. Tuhan menghendaki kita bisa mendoakan yang pernah menyakiti kita. Mengapa demikian? Allah berlaku adil, bagi semua orang, tanpa kecuali, contoh yang nyata adalah bagaimana hujan dan matahari itu ada. Tidak memilih kepada siapa matahari atau hujan itu turun. Semua orang baik yang setia pada Allah, yang ingkar daripada-Nya, tidak terkecuali mendapatkan yang sama. Demikian juga jika ada banjir, ada longsor, tidak mesti Tuhan menghukum, karena toh ada yang saleh juga menjadi korban.
Pengampunan itu tidak mudah, memaafkan saja berat, apalagi bisa mendoakan. Bencilah musuhmu itu sangat gampang dan mudah sekali, namun ketika mendoakan yang pernah menyakiti? Inilah kualitas, inilah martabat yang Tuhan kehendaki atas diri  kita.
Dalam hidup bersama, terutama akhir-akhir ini, begitu kuat menggejala, berbeda sama dengan musuh, bahkan anak-anak kecil diajari menyanyikan untuk membunuh orang, sebagai hal yang ringan saja. Perbedaan pilihan saja bisa menjadi musuh dan lawan yang hingga nyawa sebagai harganya. Bagaimana menghargai Pencipta jika pada ciptaan saja bisa berlaku keji demikian? Mencintai saudara itu gampang, namun mampu memaafkan, mengampuni, dan mendoakan yang pernah menyakiti itu prestasi. Sempurnalah seperti Bapa sempurna adanya.BD.eLeSHa.


Kamis, 22 Februari 2018

Baik saja Tidak Cukup

Jumat Pekan I Prapaskah (U)
Yeh. 18:21-28
Mzm. 130:1-2,3-4ab, 4c-6,7-8
Mat. 5:20-26



Yeh. 18:21-28

18:21 Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.
18:22 Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.
18:23 Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?
18:24 Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik -- apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya.
18:25 Tetapi kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu, hai kaum Israel, apakah tindakan-Ku yang tidak tepat ataukah tindakanmu yang tidak tepat?
18:26 Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya.
18:27 Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya.
18:28 Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.


Mat. 5:20-26

5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
5:24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
5:25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.
5:26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.




Baik saja Tidak Cukup

Saudara terkasih, mengikuti Yesus ternyata tidak mudah. Mengikuti-Nya baik saja tidak cukup, prosedur saja masih kurang. Sama dengan yang lain belum cukup bagi pengikut-Nya. Yesus menghendaki kita luar biasa, ekselen, dan lebih dari sekadar baik. Baik saja tidak cukup. Sama dengan apa yang dilakukan orang lain belum memenuhi syarat. Mengapa demikian? Semua juga mengajarkan demikian. Tuhan menghendaki kita bukan yang biasa-biasa saja. Biasa bukan buruk namun tidak cukup, jauh lebih dari biasa yang Tuhan kehendaki.
Saudara terkasih, dalam hidup berbangsa kita saksikan bagaimana orang biasa terlambat, jika kita adalah pengikut Tuhan datang tepat waktu saja masih kurang. Tuhan menghendaki kita hadir lebih cepat, pas saja masih kurang. Mengapa demikian? Kita datang lebih awal akan punya waktu untuk mempersiapkan diri, sudah cukup istirahat dari perjalanan, dan tentu tidak merugikan pihak lain. Prosedur sering menjadi kebanggaan birokrasi di sini, sebagai pengikut Yesus, bukan semata prosedur, namun kita juga diharapkan agar melengkapi dengan kebenaran dan keadilan. Dalam hidup bersama pula, kita sering menyaksikan hanya sebatas ritual, hafalan, dan tidak menyentuh ranah spiritual kita. Di sinilah peran kita sebagai anak-anak Allah. Hidup keagamaan kita sampai mengubah hidup. Satu perkataan dan perbuatan bisa menjadi  pembeda bagi hidup bersama yang masih berfokus pada ritual dan perayaan semata.
Ritual dan hapal itu baik, namun ingat Tuhan menghendaki baik saja tidak cukup bukan? Mengaplikasikannya dalam hidup. menghidupi ritual dan ayat dalam kehidupan sehari-hari. Kasih itu bukan omongan, wacana, definisi, namun jauh lebih mengena di dalam perilaku.BD.eLeSHa.


Pengakuan Petrus dan Inspirasi Allah

Pesta Tahta S. Petrus, Ras. (P)
1 Pet. 5:1-4
Mzm. 22:1-6
Mat. 16:13-19



1 Pet. 5:1-4

5:1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.
5:2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
5:3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.
5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.


Mat. 16:13-19

16:13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?"
16:14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."
16:15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
16:18 Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.




Pengakuan Petrus dan Inspirasi Allah

Saudara terkasih, apa yang dinyatakan Petrus, bahwa Yesus adalah Mesias dari Allah, apa yang dinyatakan Yesus sebagai jawaban memberikan bukti Siapa sebenarnya yang menyatakan itu. Petrus mengatakan apa yang Allah sendiri katakan dan kehendaki. Petrus menjadi patron, pola, dan model bagi pribadi beriman.
Kita sering mengatakan ini dan itu karena pemikiran kita, pengalaman kita mengatakan ini dan bukan itu, atau bahkan luka lama kita berpengaruh dalam hal ini. Petrus memberikan gambaran berbeda. Ia menyatakan apa yang Allah ingin nyatakan. Apa yang dikatakan para murid yang lain adalah, apa yang dikatakan orang lain, tipe ini adalah hanya ikut-ikut kata orang, bukan pernyataan pribadi yang keluar dari nurani sendiri. Ada pula yang mengandalkan otak dan pemikiran sendiri. Tipe murid dan manusia yang belum bisa mengandalkan Allah dalam hidupnya.
Kita pun sering demikian, khawatir, takut, dan gamang jika menghadapi masalah. Ada persoalan yang tidak mudah, kita bisa mengandalkan diri, orang lain, atau pemikiran kita. Ini sangat biasa. Tuhan menghendaki hal yang berbeda.
Menunggu apa yang Allah nyatakan dalam diri kita. Tidak heran Petrus menjadi batu pondasi akan Gereja. Hal yang sangat wajar ketika ia bisa dan berani mengandalkan Allah dalam hidupnya. Lepas dari dua kisah ketika Petrus jatuh, namun hal ini makin menunjukkan bahwa Tuhan bukan memilih orang yang sempurna. Petrus bahkan dua kali berlaku yang menyedihkan Yesus. Ketika ia tidak terima Yesus menderita, kemudian tiga kali bahkan ia menyangkal Yesus. Apa yang Tuhan kehendaki adalah bukan kesempurnaan namun mau berusaha untuk mencoba menjadi sempurna.

Saudara terkasih, apa yang kita alami sebagai manusia yang lemah, penuh kekurangan, dan mudah terjatuh adalah keberanian untuk bertahan dan berbalik arah untuk bertobat. Perubahan sikap untuk menjadi lebih baik, berani mengandalkan Allah dalam hidup ini. Tidak ada yang  sempurna yang dipanggil Tuhan, tidak ada manusia sempurna di dunia, dan di sanalah Allah hadir untuk menyempurnakan kita. BD.eLeSHa.

Rabu, 21 Februari 2018

Tanda, Simbol atas Kuasa

Rabu Pekan I Prapaskah (U)
Yun. 3:1-10
Mzm. 51:3-4,12-13,18-19
Luk. 11:29-32



Yun. 3:1-10

3:1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian:
3:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu."
3:3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya.
3:4 Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."
3:5 Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.
3:6 Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu.
3:7 Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.
3:8 Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya.
3:9 Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa."
3:10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.

Luk. 11:29-32

11:29 Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
11:30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.
11:31 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!
11:32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"



Tanda, Simbol atas Kuasa

Saudara terkasih, bacaan singkat ini sebenarnya sangat dalam arti dan maknanya. Bagaimana orang datang  kali ini  untuk meminta tanda. Permintaan tanda sebagai bukti sebenarnya membuktikan ketidakpercayaan. Dasar untuk percaya biasanya perbuatan besar. Padahal Yesus sudah berkali-kali melakukan itu, dan mereka masih saja kurang, artinya bahwa memang mereka tidak percaya.
Apa yang mereka lakukan sebenarnya sangat khas manusiawi, bagaimana kita, sebagai anak misalnya pernah bukan merasakan bahwa dikondisikan untuk jadi anak manis, penurut, dan membanggakan orang tua sehingga mudah untuk memperoleh cinta kasih atau materi dari orang tua. Sebagai orang tua biasanya kita menjanjikan apa-apa jika anak-anak kita menyenangkan kita. Ada syarat untuk mengasihi dan mendapat kasih. Demikian juga kita sebagai anak-anak Allah sering “mencobai” Tuhan. Ah nanti saja beribadah, berbuat baik, melakukan hal-hal rohani dan spiritual jika sudah mendapatkan cukup kesenangan duniawi. Ada syaratnya untuk menjadi hamba Tuhan yang baik. Sikap dan perilaku yang identik jika kita juga memohon Tuhan namun dengan memalak, bagaimana menghendaki berkat dari Tuhan namun dengan mengancam, mau melakukan ini kalau diberi itu. Atau ngambeg ketika Tuhan tidak memberikan sebagaimana yang kita kehendaki.
Saudara terkasih, berkat Tuhan sangat luar biasa, sejak awal Tuhan melimpahi kita dengan banyak hal, apa yang patut kita lakukan adalah bersyukur, bukan semata menyatakan kekurangan dengan memohon dan meminta saja. Tidak berarti bahwa kita tidak boleh memohon kepada Tuhan, namun kita jauh lebih banyak dengan kelimpahan, permohonan tidak menjadi yang utama. Meminta Tuhan menunjukkan tanda kebesaran-Nya, sebenarnya hal yang sangat lucu, Ia anugerahkan kepada kita hidup yang luar biasa, bayangkan bisa tidak membuat rambut saja yang kecil itu? Apalagi hidup bukan? Permintaan tanda adalah bukti kuasa jahat lebih menguasai. Roh Kudus akan memberikan kejelasan bukan kebimbangan dan keraguan. Keraguan hanyalah godaan dari si jahat untuk menjauhkan kita. BD.eLeSHa.