Senin, 29 Februari 2016

Nabi Tidak dihargai Di Tempat Asalnya

Senin Biasa Pekan III Prapaskah (U)
2 Raj. 5:1-15a
Mzm. 42:2,3;43:3,4
Luk. 4:24-30


2 Raj. 5:1-15a

5:1 Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta.
5:2 Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman.
5:3 Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: "Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya."
5:4 Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya, katanya: "Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu."
5:5 Maka jawab raja Aram: "Baik, pergilah dan aku akan mengirim surat kepada raja Israel." Lalu pergilah Naaman dan membawa sebagai persembahan sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian.
5:6 Ia menyampaikan surat itu kepada raja Israel, yang berbunyi: "Sesampainya surat ini kepadamu, maklumlah kiranya, bahwa aku menyuruh kepadamu Naaman, pegawaiku, supaya engkau menyembuhkan dia dari penyakit kustanya."
5:7 Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta berkata: "Allahkah aku ini yang dapat mematikan dan menghidupkan, sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? Tetapi sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku."
5:8 Segera sesudah didengar Elisa, abdi Allah itu, bahwa raja Israel mengoyakkan pakaiannya, dikirimnyalah pesan kepada raja, bunyinya: "Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel."
5:9 Kemudian datanglah Naaman dengan kudanya dan keretanya, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa.
5:10 Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: "Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir."
5:11 Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata: "Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama TUHAN, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku!
5:12 Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?" Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati.
5:13 Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya: "Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir."
5:14 Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.
5:15 Kemudian kembalilah ia dengan seluruh pasukannya kepada abdi Allah itu.


Luk. 4:24-30

4:24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
4:25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
4:26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
4:27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
4:28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.
4:29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.




Nabi Tidak dihargai Di Tempat Asalnya

Saudara terkasih, pengajaran, nasihat, dan kritik yang disampaikan oleh orang yang kita kenal, lebih susah masuk, karena kita apriori, merasa kenal, tahu siapa yang memberikan pengajaran itu. Memang kamu siapa, mau memberitahu aku, menasihati, apalagi mengajar aku. Tidak jarang kita temui kalimat tersebut bukan? Apa yang dialami para nabi, ternyata tidak jauh dari hal tersebut, termasuk pengalaman oleh Yesus. Mereka merasa Yesus yang mereka kenal, mereka tahu keluarga-Nya, itu tidak layak mengajar mereka.
Penolakan atas pengajara Yesus mendorong Yesus mengambil contoh kisah Perjanjian Lama yang tentu saja mereka pahami dan hafal dengan baik, bagaimana Elia dan Elisa diutus kepada orang yang bukan sebangsanya, orang yang jauh dan tidak mereka kenal dan mereka juga tidak mengenalnya.
Apa yang ditampilkan Yesus ialah, bahwa penolakan bukan sebagai penghalang, membuat-Nya patah semangat dan mundur. Hal inilah yang diajarkan, diteladankan kepada kita hingga hari ini.

Rasa frustasi, sakit hati, patah arang mudah menjangkiti kita, ketika mengalami penolakan. Dalam konteks apapun, bukan hanya untuk karya pelayanan kegembalaan, namun dalam seluruh hidup kita. Penolakan bukan sebagai pembenar untuk mundur, namun sarana untuk menguatkan kita di dalam melangkah. Ketika kesedihan dan merasa tertolak itu hadir, kita bisa belajar dari sikap Yesus. Bagaimanakah kita ketika tertolak, mundur, mencari kambing hitam, atau datang kepada Tuhan memohon kekuatan? BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar