Jumat, 06 November 2015

Mencangkul Aku Tidak Dapat, Mengemis Aku Malu.

Jumat Biasa Pekan XXXI
Rm. 15:14-21
Mzm. 98:11,2-3ab,3cd-4
Luk. 16:1-8



Rm. 15:14-21

15:14 Saudara-saudaraku, aku sendiri memang yakin tentang kamu, bahwa kamu juga telah penuh dengan kebaikan dan dengan segala pengetahuan dan sanggup untuk saling menasihati.
15:15 Namun, karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu,
15:16 yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus.
15:17 Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah.
15:18 Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan,
15:19 oleh kuasa tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh kuasa Roh. Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus.
15:20 Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain,
15:21 tetapi sesuai dengan yang ada tertulis: "Mereka, yang belum pernah menerima berita tentang Dia, akan melihat Dia, dan mereka, yang tidak pernah mendengarnya, akan mengertinya."

Luk. 16:1-8

16:1 Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya.
16:2 Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
16:3 Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu.
16:4 Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
16:5 Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku?
16:6 Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.
16:7 Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
16:8 Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.


Mencangkul Aku Tidak Dapat, Mengemis Aku Malu.

Saudara terkasih, apa yang disampaikan Yesus dalam bacaan hari ini adalah sikap kita terhadap harta. Bagaimana kita memandang materi dan kepemilikan. Pertanggungjawaban kita akan rahmat berupa harta benda itu. Materi diberikan kita untuk menunjang kehidupan kita, bukan kehidupan ini untuk mengabdi kepada uang dan harta benda.
Orang yang tidak setia dan mengelola uang dengan baik, akan menjadi hamba uang. Hidupnya berkutat dengan materi yang menjadi pusat hidupnya. Ilustrasi yang diberikan adalah bendahara yang memang pekerjaannya mengelola harta benda majikannya. Namun karena hidupnya yang buruk, ia mengatur keuangan dengan buruk pula. Tidak ada tanggung jawab dalam pekerjaannya. Maka ia berusaha lebih buruk lagi, agar ada orang yang mau menampungnya.

Saudara terkasih, bacaan ini mengajak kita bertanggung jawab. Dunia dipenuhi dengan godaan. Bacaan yang sangat kontekstual dengan keberadaan kita sebagai bangsa yang sedang berusaha keluar dari persoalan korupsi dan hendak membangun  hidup penuh tanggung jawab. Bagaimana cerdiknya dunia justru meminggirkan orang-orang baik dengan berbagai cara, sehingga terkesan dan ada penilaian sangat buruk. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar