Minggu, 31 Maret 2019

Bapa Baik Hati dan Anak yang Hilang


HARI MINGGU PRAPASKAH IV (U)
Yos. 5:91,10-12
Mzm. 34:2-3,4-5,6-7
2 Kor. 5:17-21
Luk. 15:1-3,11-32



Yos. 5:91,10-12

5:9 Dan berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir itu dari padamu.
5:10 Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho.
5:11 Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu juga.
5:12 Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan.


2 Kor. 5:17-21

5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
5:18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.


Luk. 15:1-3,11-32

15:1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
15:2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."
15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
15:11 Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.
15:13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.
15:15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.
15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya.
15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
15:25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
15:26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
15:27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
15:28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."



Bapa Baik Hati dan Anak yang Hilang

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan mengenai Bapa Yang Baik Hati dan anak yang hilang. Ada dua narasi besar yang hendak dinyatakan dengan ketiga tokoh sentral dan utama ini. Bapa yang berbelas kasih, gambaran Allah Bapa, anak bungsu si pendosa yang bertobat, dan anak sulung yang merasa saleh, suci, dan taat.
Bapa yang baik sebagai simbolisasi Allah Yang Mahabaik, di mana IA selalu menerima kembalinya anak-anak yang tersesat.  Gambaran dalam Injil, membuka tangan lebar-lebar untuk memeluk, menerima, dan merangkul kembali si anak hilang.
Gambaran baik hati karena sama sekali tidak lagi mengingat-ingat dan menuntut apa yang sudah dilakukan si anak. Pengampunan yang hakiki dengan tidak mengungkit yang lalu. Penerimaan utuh dan sepenuhnya.
Perilaku si bungsu, beberapa hal patut menjadi pertimbangan dan bahan permenungan, di mana kita bisa jadikan bahan untuk memperbaiki kita. Pertama, kajatuhan dalam dosa dan kesalahan karena ketamakan dan kerakusan. Orang tua masih hidup namun sudah mengincar hartanya. Kedua, dosa kemalasan, di mana malas untuk hidup lebih baik dan malah bersenang-senang dan mengedepankan sikap hedonis.
Ketiga, hal yang baru dan berbeda ketika ia sadar dan memlih berbalik arah. Di mana balik arah adalah kembali kepada sumber hidup.  Pertobatan bukan semata permohonan maaf, namun ada perubahan sikap. Keempat, keberanian untuk kembali. Kembali itu perlu keberanian dan tekat.
Perilaku si sulung, ada sebagian dari kita ikut pola ini. Merasa iri, paling taat, lurus, dan benar. Iri hati atas kebaikan hati si Bapa, dan juga merasa paling baik. Perasaan tidak memiliki dosa, kesalahan, dan selalu benar bisa menyesatkan. Selain itu tidak ada sikap syukur atas kebaikan Bapa yang telah diterima. Hatinya tertutup sehingga abai akan kebaikan Bapa.
Saudara terkasih, kita di dalam hidup ini, sering jatuh pada kehendak sendiri yang tidak berdasar belas kasih Allah. kebebasan manusiawi yang merupakan berkat kasih karunia sering kita jalani sebagai sebuah keputusan yang salah. Mau enaknya sendiri, suka pesta pora, dan malah meninggalkan kehendak dan berkat Allah.
Keberanian berbalik arah menuju kepada kebaikan itu menjadi penting. Bertobat itu berani berbalik arah dan menuju kepada Sumber hidup. Allah akan selalu menerima dengan tangan terbuka. Perlu kerendahan hati dan sikap  berani berubah. BD.eLeSHa.

Sabtu, 30 Maret 2019

Barangsiapa Meninggikan Diri, Ia akan Direndahkan dan Barangsiapa Merendahkan Diri, Ia akan Ditinggikan


Sabtu Pekan III Prapaskah (U)
Hos. 6:1-6
Mzm. 51:3-4,18-19,20-21ab
Luk. 18:9-14




Hos. 6:1-6

6:1 "Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita.
6:2 Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya.
6:3 Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi."
6:4 Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.
6:5 Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang.
6:6 Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.



Luk. 18:9-14

18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.




Barangsiapa Meninggikan Diri, Ia akan Direndahkan
dan Barangsiapa Merendahkan Diri, Ia akan Ditinggikan


Saudara terkasih, hari ini kita oleh dan bersama Bunda Gereja merenungkan firman Tuhan mengenai perilaku harian kita sebagai manusia di dunia. Ada yang merasa tinggi hati namun ada juga yang merendahkan diri. Dua kubu yang sama di tengah dunia ini.
Dalam Injil Yesus mengajarkan dalam perumpamaan, di mana ada orang yang merasa lebih dari lingkungannya. Di hadapan Tuhan dalam ibadah pun berbuat demikian. Menebah dada dan memuji diri sebagai  yang terbaik di dalam seluruh tuntutan Hukum Taurat. Membagikan penghasilannya sesuai dengan hukum dan aturan.
Mengadakan ritual dan doa dengan baik dan benar. Pokoknya bagus dan paling baik di dalam klaim dan takarannya. Apakah itu benar di hadapan Tuhan?
Pada sisi lain, Yesus juga mengajarkan bahwa ada pemungut cukai yang merasa berdosa, datang untuk berdoa dan tidak berani serta memilih dibelakang, malu kepada Tuhan dan sesamanya. Merasa diri rendah dan tidak pantas.
Saudara terkasih, dalam hal ini Tuhan melihat hati si pendoa. Bagaimana sikap batinnya, menyadari kerapuhan, kelemahan, dan bukan jemawa di hadapan Tuhan. Apa sih yang bisa dibanggakan di haribaan Tuhan? Kita ini siapa sih, hingga harus menilai pendoa lain, atau bahkan malah mengelabui Tuhan dengan perilaku kita.
Menghakimi, menilai, dan menakar apa yang orang lain lakukan bukan kapasitas kita. Demikian juga menebah dada di hadapan Tuhan. Mana ada sih pembenar, bekal, dan alasan untuk bisa berlaku demikian.
Hanya pribadi munafik yang mampu berlaku demikian. Miris adalah kita sebagai anak bangsa kini, hari-hari ini sedang mengalami, atau malah melakukan perbuatan seperti itu? Merasa diri paling saleh, paling benar, paling suci, padahal pada sisi lain nol besar dalam pelaksanaan. Hanya mampu menyitir bukan menghidupi.
Barang siapa meninggikan diri akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri akan ditinggikan. Ajakan suci dari Tuhan agar kita tidak mudah menjadi tinggi hati, namun sadar diri dan menebah dada sebagai ungkapan kerapuhan bukan menebah dada wujud kesombongan.BD.eLeSHa.

Jumat, 29 Maret 2019

Hukum yang Utama



Jumat Pekan III Prapaskah (U)
Hos. 14:2-10
Mzm. 81:6a-8a, 8bc-9,10-11ab, 14,17
Mrk. 12:28-34




Hos. 14:2-10

14:2 Bertobatlah, hai Israel, kepada TUHAN, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu.
14:3 Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada TUHAN! katakanlah kepada-Nya: "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.
14:4 Asyur tidak dapat menyelamatkan kami; kami tidak mau mengendarai kuda, dan kami tidak akan berkata lagi: Ya, Allah kami! kepada buatan tangan kami. Karena Engkau menyayangi anak yatim."
14:5 Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka.
14:6 Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar.
14:7 Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon.
14:8 Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku dan tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur, yang termasyhur seperti anggur Libanon.
14:9 Efraim, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan berhala-berhala? Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau! Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau, dari pada-Ku engkau mendapat buah.
14:10 Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ.


Mrk. 12:28-34

12:28 Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?"
12:29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
12:32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.
12:33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
12:34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus




Hukum  yang Utama

Saudara terkasih, Bunda Gereja hari ini mengajak kita merenungkan mengenai Hukum  yang Utama. Perntayaan dari ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Padahal mereka jelas gtahu bahwa hukum Taurat mengajarkan mengasihi Tuhan Allah dan sesama. Ada di dalam Perjanjian Lama, jelas mereka paham akan hal tersebut.
Hukum yag pertama adalah mengasihi Tuhan Allah dengan sepenuhnya. Perintah yang banyak mendapatkan data dan fakta demi sahihnya hukum ini. Tidak bisa disangkal lagi bahwa hal ini jelas pantas dan penting.
Hukum yang kedua adalah mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Fokus adalah sesama seperti diri sendiri. Ini jelas perjuangan berat. Mengasihi diri sendiri itu pasti gampang dan mudah, namun ketika harus juga mengasihi sesama seperti diri sendiri?
Saudara terkasih, hukum yang utama, simbolisasi dari salib, dan adanya yang vertikal dan horisontal secara adil dan berimbang. Benar bahwa menomorsatukan Tuhan dengan kasih dan pelayanan utama bagi Tuhan.  Apapun prioritasnya adalah Tuhan. Dahulukanlah terlebih untuk Tuhan dulu, baru kepentingan sendiri.
Mengapa demikian? Apakah karena takut dosa, neraka, atau murka Tuhan? Jelas bukan, namun karena kita juga menjadi prioritas Tuhan terlebih dahulu. Tuhan tidak pernah melupakan kita. Bayangkan saja jantung ngadat sekian detik saja sudah kacau, bagaimana jika Tuhan lupa sejam saja. Konsekuensi logis, bukan kewajiban, bukan pula karena jerih dan takut.
Mengasihi sesama agar kita bisa peduli. Memberikan perhatian pada keadaan sesama. Mengukur orang lain sebagaimana diri sendiri, tentu akan membuat kita peduli pada kondisi sesama kita. Ini jelas bentuk kasih pada Tuhan Allah itu.
Perwujudan kasih dan cinta pada Allah jelas nyata ketika mengasihi pula sesama dan lingkungan. Mengasihi sesama jelas perwujudan kasih pada Allah yang ada di dunia. Jangan mengatakan mengasihi Allah namun perilakunya jauh dari fakta itu. Apa ada mengasihi Allah, namun dari sisi yang lain mencaci maki, membunuh pun boleh, karena perbedaan afiliasi politik, menekan, memfitnah, dan melakukan kejahatan dengan sangat kasar.
Di sinilah peran kita sebagai murid-murid Allah untuk membawa yang berbeda. Mengasihi tanpa pandang bulu menjadi sebuah perjuangan kita. BD.eLeSHa.

Kamis, 28 Maret 2019

Tanggapan Kasih


Kamis Pekan III Prapaskah (U)
Yer. 7:23-28
Mzm. 95:1-2,6-7,8-9
Luk. 11:14-23



Yer. 7:23-28

7:23 hanya yang berikut inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!
7:24 Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan mukanya.
7:25 Dari sejak waktu nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini, Aku mengutus kepada mereka hamba-hamba-Ku, para nabi, hari demi hari, terus-menerus,
7:26 tetapi mereka tidak mau mendengarkan kepada-Ku dan tidak mau memberi perhatian, bahkan mereka menegarkan tengkuknya, berbuat lebih jahat dari pada nenek moyang mereka.
7:27 Sekalipun engkau mengatakan kepada mereka segala perkara ini, mereka tidak akan mendengarkan perkataanmu, dan sekalipun engkau berseru kepada mereka, mereka tidak akan menjawab engkau.
7:28 Sebab itu, katakanlah kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima penghajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah hapus dari mulut mereka.


Luk. 11:14-23

11:14 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak.
11:15 Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan."
11:16 Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia.
11:17 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.
11:18 Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.
11:19 Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu.
11:20 Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
11:21 Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya.
11:22 Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.
11:23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.



Tanggapan Kasih

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan bagaimana sikap menghadapi berkat itu. ada yang menerima dengan suka cita, namun tidak sedikit yang menganggap itu sebagai sebuah kejahatan dan keburukan.
Ketika Yesus melakukan pengusiran setan, ada yang merasa bersuka cita, namun ada pula yang malah menebarkan kebohongan, fitnah, dan mendegradasi kekuasaan Yesus dengan menyatakan bahwa Yesus bekerja sama dengan Beelzebul. Tanggapan aneh sebenarnya, ketika mengusir setan dengan kuasa setan juga.
Iri dan dengki sangat mungkin terjadi di tengah dunia ini. Bagaimana orang  merasa bahwa kesuksesan orang itu karena perbuatan jahat, kerja sama dengan keburukan, atau hal sejenis. Iri dan kolaborasi dengan dengki membuat orang bisa berbuat keji dan tanpa malu-malu melakukan itu.
Miskin kasih, orang yang kaya hatinya, memiliki hati yang penuh kasih, akan bersuka ria dengan kesuksesan orang lain. Juga akan berbahagia dengan  capaian saudaranya. Kesuksesan orang lain juga kebahagiaan kita.
Kekayaan hati dan jiwa akan melihat semua hal dengan kaca mata kasih. Kasih Allah yang hadir disalurkan kembali dengan hati yang penuh kerelaan dan kerendahan hati. Saluran rahmat semata yang kita miliki, bukan semua kita miliki.
Kita sebagai anak bangsa juga sedang prihatin karena penuh dengan caci maki, fitnah, sikap curiga berlebihan dan tidak berdasar. Hal  yang sangat sering berseliweran, data jelas dikamuflasekan dan ditutupi dengan mendapatkan pengaruh dan kepercayaan.
Saudara terkasih, apakah iya kita sebagai anak Allah, selaku murid Kristus memiliki perilaku milip kaum Farisi yang iri, dengki, dan memfitnah Tuhan Yesus. Memfitnah orang baik, sama juga melakukan tindakan tidak terpuji kepada Tuhan. Dan itu semua sedang terjadi saat ini, dengan begitu mudahnya orang melakukan penipuan dan pemutarbalikan fakta. Jelas kejahatan dibela sedangkan perbuatan baik malah dicela.
Jika Yesus pun diperlakukan demikian, sangat mungkin kita di dalam membela kebenaran bisa menjadi sasaran kekejian itu. Biarkan saja jika terjadi, toh nalar sehat, akal waras, masih ada dalam dunia, apalagi Tuhan. BD.eLeSHa.

Taat Hukum dan Berbuah di Dalamnya


Rabu Pekan III Prapaskah (U)
Ul. 4:1,5-9
Mzm. 147:12-13,15-16,19-20
Mat. 5:17-19



Ul. 4:1,5-9

4:1 "Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu.
4:5 Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya.
4:6 Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi.
4:7 Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti TUHAN, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya?
4:8 Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?
4:9 Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu,


Mat. 5:17-19

5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga



Taat Hukum dan Berbuah di Dalamnya

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman-Nya yang berbicara mengenai Hukum Taurat. Pertanyaan biasanya berkisar mengenai peran Yesus dan Hukum Taurat. Yesus dengan gamblang menerangkan bahwa IA tidak akan meniadakan hukum Taurat itu. Hukum Taurat itu perlu disempurnakan, bukan untuk dibuang.
Dalam bacaan hari ini jelas pernyataan Yesus, bahkan satu titik pun tidak boleh dilupakan dan dibuang dari sana. Jelas sikap Yesus dan keberadaan hukum Taurat itu apa dan bagaimana. Jangan coba-coba mempertentangkan dan juga meniadakan.
Hukum Taurat masih banyak  celah, lobang, dan keadaan yang digunakan untuk memanipulasi kenyataan. Di sanalah yang Yesus persoalkan. Sikap, perilaku, dan buah atas sebuah tuntutan hukum. Apalagi sering dalam hidup sehari-hari para pelaku hukum Taurat masih berpusat pada ketaatan, namun abai akan buahnya.
Prosedural, berhenti pada pelaksanaan kaku, ketat, meskipun itu merugikan pihak lain tidak menjadi pertimbangan. Hal ini sering terjadi dalam hidup harian kita sebagai anak bangsa hari-hari ini. Jelas-jelas salah secara kasat mata, di dalam hidup bersama, namun karena bisa membayar pengacara yang memutarbalikan fakta, lolos dari jerat hukum. Hal  yang jamak terjadi dan mudah ditemukan faktanya.
Dalam hal yang senada, semua rumah ibadah di Indonesia mana sih yang sepi, namun kepedulian pada lalu lintas saja minimal, nol besar. Pelanggaran kecil  memang, atau tertib hidup bersama, itu jelas buah dari hidup taat hukum sejatinya. Idealnya ketika orang religius, akan taat azas hidup bersama.
Belum lagi jika berbicara mengenai korupsi, aneh dan lucu orang beragama, taat agama, namun maling bangga. Mengapa demikian? karena hukum sebatas prosedural. Berbicara agama semata ritual dan hafalan. Akhirnya ya hanya penghafal semata.
Pelaksanaan, aplikasi, dan tindaknyata dari sebuah hukum masih jauh dari harapan. Ibadah rajin. Misa rutin, namun kasih yang nyata masih jauh dari harapan. Menghujat demi kepuasan batin seolah hal lumrah.  Hal yang sangat biasa kita lakukan, dengan ringan begitu saja.
Saudara terkasih, murid Yesus membawa kebaruan. Ada kesatuan kata dan perbuatan sehingga kita makin menyerupai Yesus. BD.eLeSHa.

Selasa, 26 Maret 2019

Pengampunan Tak Kenal Batas


Selasa Pekan III Prapaskah (U)
Dan. 3:25,34-43
Mzm. 25:4-5ab, 6-7bc,8-9
Mat. 18:21-35




Dan. 3:25,34-43

3:25 Katanya: "Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!"
3:34 Janganlah kami Kautolak selamanya demi nama-Mu, dan janganlah Kaubatalkan perjanjian-Mu;
3:35 janganlah Kautarik kembali dari pada kami belas kasihan-Mu demi Abraham, kekasih-Mu, demi Ishak, hamba-Mu dan demi Israel, orang suci-Mu,
3:36 yang kepadanya telah Kaujanjikan untuk memperbanyak keturunan mereka laksana bintang-bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut.
3:37 Ya Tuhan, jumlah kami telah menjadi lebih kecil dari jumlah sekalian bangsa, dan sekarang kamipun dianggap rendah di seluruh bumi oleh karena segala dosa kami.
3:38 Dewasa inipun tidak ada pemuka, nabi atau penguasa, tiada korban bakaran atau korban sembelihan, korban sajian atau ukupan; tidak pula ada tempat untuk mempersembahkan buah bungaran kepada-Mu dan mendapat belas kasihan.
3:39 Tetapi semoga kami diterima baik, karena jiwa yang remuk redam dan roh yang rendah, seolah-olah kami datang membawa korban-korban bakaran domba dan lembu serta ribuan anak domba tambun.
3:40 Demikianlah hendaknya korban kami di hadapan-Mu pada hari ini berkenan seluruhnya kepada-Mu. Sebab tidak dikecewakanlah mereka yang percaya pada-Mu.
3:41 Kini kami mengikuti Engkau dengan segenap jiwa dan dengan takut kepada-Mu, dan wajah-Mu kami cari. Janganlah kami Kaupermalukan,
3:42 melainkan perlakukankanlah kami sesuai dengan kemurahan-Mu dan menurut besarnya belas kasihan-Mu.
3:43 Lepaskanlah kami sesuai dengan perbuatan-Mu yang ajaib, dan nyatakanlah kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan.

Mat. 18:21-35

18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
18:33 Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."



Pengampunan Tak Kenal Batas

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan firman-Nya, mengenai pengampunan. Dikisahkan  dalam Injil, bagaimana Petrus bertanya berapa kali kami harus mengampuni?
Sering, dalam hidup budaya kita mengenal, tak ada ampun bagimu, balas dendam, atau juga dadi banyu moh nyawuk, dadi godhong moh nyuwek, sebegitu dalamnya sakit hati itu. adat budaya PL pun mengenal itu dengan mata ganti mata, gigi ganti gigi, dan nyawa ganti nyawa.
Yesus benar-benar Sang Pembaharu, mengajukan budaya baru, pengampunan, mengampuni hingga 70 kali tujuh kali, tentu bukan dalam arti 490 kali semata pengampunan itu. Jangan katakan sudah mengampuni 489 kali, tingga sekali lagi. Tidak demikian, namun angka tujuh adalah angka sempurna dalam adat budaya Yahudi, artinya hingga tak terbatas. Mengampuni tanpa batas dan tanpa ada hingganya.
Injil juga mengisahkan jawaban Yesus untuk Petrus di mana ada orang yang berhutang kepada raja dan diberi ampunan, namun ia yang memberikan pinjaman dengan keji memaksa untuk segera mengembalikan miliknya. Kisah ini hendak mengatakan kepada kita, bahwa kita telah demikian sering mendapatkan kemurahan Tuhan. Memperoleh kemudahan, kemurahan, dan juga pengampunan Tuhan, namun ketika bersikap pada pihak lain kita begitu kejam, sadis, dan menuntut untuk segera.
Saudara terkasih, Tuhan mengajak kita  mengampuni karena IA terlebih dahulu memberikan pengampunan, memberikan kasih karunia yang jauh lebih besar terlebih dulu.  Tuhan kita bukan Tuhan pembalas apalagi yang hanya bisa menuntut ini dan itu.
Pengampunan bukan semata memberikan maaf dan kemudian diungkit lagi di kemudian hari. Mengampuni berarti sudah hilang, bersih, dan kembali seperti semula lagi. Rekonsiliasi itu perlu yang namanya pengampunan. Berani mengampuni itu memang berat. Tanpa syarat, tidak lagi diingat, dan tentu saja tidak menuntut balas.
Kadang jika hanya melihat sekilas, betapa Tuhan sadis ya tidak mau tahu betapa remuknya hati kita. Coba bayangkan bagaimana Tuhan pun remuk redam melihat tingkah kita, sudah diampuni berkali-kali masih saja ulahnya tidak karuan, Tuhan tidak pernah mengeluhkan kita tidak tahu diri. Tuhan mengampuni karena kasih-Nya yang demikian besar.
Kasih-Nya memberikan kepada kita juga melakukan hal itu,  mengampuni dan berani mohon ampun. Kadang kita jatuh hanya mau menerima, namun enggan memberi. Perjuangan penuh kasih itu penting dan di sanalah tugas kita. BD.eLeSHa.


Senin, 25 Maret 2019

Aku ini Hamba Tuhan...


HARI RAYA KABAR SUKACITA (P)
Yes. 7:10-14,8:10
Mzm. 40:7-8,8b-9,10,11
Ibr. 10:4-10
Luk. 1:26-38



Yes. 7:10-14,8:10

7:10 TUHAN melanjutkan firman-Nya kepada Ahas, kata-Nya:
7:11 "Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas."
7:12 Tetapi Ahas menjawab: "Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai TUHAN."
7:13 Lalu berkatalah nabi Yesaya: "Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga?
7:14 Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
8:10 Buatlah rancangan, tetapi akan gagal juga; ambillah keputusan, tetapi tidak terlaksana juga, sebab Allah menyertai kami


Ibr. 10:4-10

10:4 Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.
10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku --.
10:6 Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.
10:7 Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
10:8 Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
10:9 Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.
10:10 Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.

Luk. 1:26-38

1:26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
1:29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
1:30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
1:31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
1:36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
1:38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.


Aku ini Hamba Tuhan...

Saaudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merayakan  Hari Raya Sukacita, hari di mana pernyataan akan kehadiran Yesus di dunia dinyatakan. Khabar sukacita yang tentunya diterima dengan miris oleh gadis kecil bernama Maria. Apa yang dapat kita renungkan dari peristiwa ini adalah;
Pertama, kasih Allah dan rencana-Nya itu tidak ada yang tidak mungkin. Perawan mengandung, dan juga pada akhir kisah Injil hari ini ada orang tua, tentu sudah berhenti haid, namun mengandung. Peristiwa besar ganda yang terjadi. Apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Kedua, Maria juga ragu dan takut, namun imannya mengalahkan ketakutannya dan akhirnya menyatakan kesediaannya. Kesediaan yang membawa sukacita dunia karena karya keselamatan telah mendapatkan titik terangnya.
Ketiga, Maharahim dan Mahabaik Allah itu konkret. Kesediaan Maria ditanyakan dulu, tidak memaksakan kehendak, dan ada dialog terjadi. Kita sering merasa dan mengenal Tuhan itu Penentu segala dan tidak bisa diganggu gugat. Tidak demikian, itu Tuhan era kuno, pengenalan yang masih belum mendalam. Padahal Tuhan begitu baik.
Keempat, Allah menyiapkan segala sesuatunya secara mendalam, mendetail, dan penuh pertimbangan. Putera-Nya dilahirkan melalui seorang perempuan utama, bukan perempuan biasa, lumprah, dan yang mudah patah arang. Beban menjadi ibu Sang Penebus itu bukan barang sepele dan sederhana.
Kelima, sukacita mendalam, sukacita yang hakiki karena berkaitan dengan keselamatan yang sejati. Berkaitan dengan hidup surgawi dan keabadiaan. Hidup ini tidak menjadi sia-sia karenanya.
Keenam, inisiatif itu datangnya dari Tuhan. Kita dengan kebebasan manusiawi bisa menolak atau menerima. Kebebasan manusiawi tetap dihargai oleh Allah. Tidak memaksakan kehendak-Nya.
Saudara terkasih, dari hal-hal tersebut, kita patut belajar, bahwa selalu ada harapan melalui kasih karunia Allah. Ketidakmampuan kita, kekurangan kita akan diselesaikan-Nya, jika kita berjalan sesuai dengan kehendak-Nya.
Tidak ada yang tidak mungkin di dalam DIA. Jika kita merasa sudah putus harapan, merasa tidak akan bisa apa-apa, ingat Tuhan selalu hadir dan menguatkan kita dengan kasih karunia-Nya. Ada Tuhan yang akan  menyelesaikannya.
Sukacita itu menjadi bagian pokok hidup kita yang tidak akan sia-sia selalu penuh dengan harapan dan optimisme. Tuhan hadir sebagai sukacita sejati. Hidup kita juga perlu bersukacita karena jaminan dan harapan masa depan itu pasti. BD.eLeSHa.