Pw. S.
Basilius Agung dan Gregorius dr Nazianze, UskPujG (P)
1 Yoh.
2:21-28
Mzm.
98:1,2-3ab,3cd-4
Yoh.
1:19-28
1 Yoh.
2:21-28
2:21 Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui
kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan karena kamu juga
mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran.
2:22 Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa
Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal
baik Bapa maupun Anak.
2:23 Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki
Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.
2:24 Dan kamu, apa yang telah kamu dengar dari mulanya, itu harus
tetap tinggal di dalam kamu. Jika apa yang telah kamu dengar dari mulanya itu
tetap tinggal di dalam kamu, maka kamu akan tetap tinggal di dalam Anak dan di
dalam Bapa.
2:25 Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada
kita, yaitu hidup yang kekal.
2:26 Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang
berusaha menyesatkan kamu.
2:27 Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu
terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain.
Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan
pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah
mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus,
supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan
tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.
Yoh.
1:19-28
1:19 Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari
Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk
menanyakan dia: "Siapakah engkau?"
1:20 Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan
Mesias."
1:21 Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah
engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi
yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!"
1:22 Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami
harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang
dirimu sendiri?"
1:23 Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di
padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi
Yesaya."
1:24 Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang
Farisi.
1:25 Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau
membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan
datang?"
1:26 Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan
air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal,
1:27 yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali
kasut-Nya pun aku tidak layak."
1:28 Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di
mana Yohanes membaptis.
Kerendahan Hati Yohanes Pembaptis
Saudara terkasih, apa yang kita renungkan hari
ini sungguh kontekstual dan berharga. Bagaimana orang sering lupa daratan,
tidak tahu diri, dan merasa diri hebat, besar, dan lebih daripada yang lain. Profil
Yohanes Pembaptis tidak demikian. Apa yang ia tampilkan sesuai denga
spiritualitas yang ia jalani. Kita dapat melihat di sekeliling kita, bagaimana
orang bisa menyebut nama Tuhan dengan fasih, namun seketika juga menodainya
dengan kesombongan, sikap merasa diri paling hebat, paling benar. Menilai orang
lain sebagai si buruk, si jahat, dan korupsi pun tidak merasa bersalah.
Yohanes Pembaptis bisa saja menipu,
mengelabui, dan membohongi jemaat yang menanti-nantikan itu. Ia memiliki semua
hal yang bisa membenarkan dugaan oranag. Yohanes tingga mengatakan iya, itulah
aku, semua selesai. Namun ternyata ia mengaku bukan itu, bukan DIA yang para
jemaat nantikan. Dengan rendah hati ia mengatakan, membuka tali kasut-Nya pun
ia tidak pantas.
Apa yang ditampilkan Yohanes Pembaptis adalah
cerminan, gambaran, bagaimana rusaknya dunia saat ini. Bagaimana orang bisa
mengaku sebagai Mesias, padahal hidupnya pun tidak jelas. Yohanes hidupnya
baik, lurus, rendah hati, dan sesuai kehendak Tuhan, banyak yang percaya ia
adalah Mesias, pun dengan rela hati mengaku, bukan. Sikap tahu diri dan mengaku
dengan terbuka, nampaknya jauh dari itu semua, hari-hari ini, beranikah kita
mengaku seperti Yohanes ini kala mendapatkan keuntungan? BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar