Rabu, 03 Januari 2018

Kerendahan Hati Yohanes Pembaptis

Pw. S. Basilius Agung dan Gregorius dr Nazianze, UskPujG (P)
1 Yoh. 2:21-28
Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4
Yoh. 1:19-28



1 Yoh. 2:21-28

2:21 Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran.
2:22 Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.
2:23 Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.
2:24 Dan kamu, apa yang telah kamu dengar dari mulanya, itu harus tetap tinggal di dalam kamu. Jika apa yang telah kamu dengar dari mulanya itu tetap tinggal di dalam kamu, maka kamu akan tetap tinggal di dalam Anak dan di dalam Bapa.
2:25 Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal.
2:26 Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu.
2:27 Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

Yoh. 1:19-28

1:19 Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?"
1:20 Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias."
1:21 Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!"
1:22 Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?"
1:23 Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya."
1:24 Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi.
1:25 Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?"
1:26 Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal,
1:27 yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak."
1:28 Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis.



Kerendahan Hati Yohanes Pembaptis

Saudara terkasih, apa yang kita renungkan hari ini sungguh kontekstual dan berharga. Bagaimana orang sering lupa daratan, tidak tahu diri, dan merasa diri hebat, besar, dan lebih daripada yang lain. Profil Yohanes Pembaptis tidak demikian. Apa yang ia tampilkan sesuai denga spiritualitas yang ia jalani. Kita dapat melihat di sekeliling kita, bagaimana orang bisa menyebut nama Tuhan dengan fasih, namun seketika juga menodainya dengan kesombongan, sikap merasa diri paling hebat, paling benar. Menilai orang lain sebagai si buruk, si jahat, dan korupsi pun tidak merasa bersalah.
Yohanes Pembaptis bisa saja menipu, mengelabui, dan membohongi jemaat yang menanti-nantikan itu. Ia memiliki semua hal yang bisa membenarkan dugaan oranag. Yohanes tingga mengatakan iya, itulah aku, semua selesai. Namun ternyata ia mengaku bukan itu, bukan DIA yang para jemaat nantikan. Dengan rendah hati ia mengatakan, membuka tali kasut-Nya pun ia tidak pantas.
Apa yang ditampilkan Yohanes Pembaptis adalah cerminan, gambaran, bagaimana rusaknya dunia saat ini. Bagaimana orang bisa mengaku sebagai Mesias, padahal hidupnya pun tidak jelas. Yohanes hidupnya baik, lurus, rendah hati, dan sesuai kehendak Tuhan, banyak yang percaya ia adalah Mesias, pun dengan rela hati mengaku, bukan. Sikap tahu diri dan mengaku dengan terbuka, nampaknya jauh dari itu semua, hari-hari ini, beranikah kita mengaku seperti Yohanes ini kala mendapatkan keuntungan? BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar