Kamis, 26 Maret 2015

Yesus Menjalankan Kehendak-Nya sebagai Rasa Hormat

Kamis Biasa Pekan V Prapaskah (U)
Kel. 17:3-9
Mzm. 105:4-5,6-7,8-9
Yoh. 8:51-59


Kel. 17:3-9

17:3 Hauslah bangsa itu akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata: "Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?"
17:4 Lalu berseru-serulah Musa kepada TUHAN, katanya: "Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!"
17:5 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Berjalanlah di depan bangsa itu dan bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kaupakai memukul sungai Nil dan pergilah.
17:6 Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum." Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel.
17:7 Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?"
17:8 Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim.
17:9 Musa berkata kepada Yosua: "Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku."

Yoh. 8:51-59

8:51 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya."
8:52 Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.
8:53 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?"
8:54 Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami,
8:55 padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya.
8:56 Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita."
8:57 Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?"
8:58 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."
8:59 Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.


Yesus Menjalankan Kehendak-Nya sebagai Rasa Hormat

Saudara terkasih, sikap mempertahankan diri atas pendapat atau idenya, kalau dipenuhi dengan iri dan dengki, akan bersikap keras kepala dan menganggap pihak lain sebagai salah dan tidak ada kebenaran yang berujung pada tuduhan dan bahkan bisa pokoknya salah dan kalau perlu dihukum. Demikian juga yang terjadi di bangsa ini. Kita bisa saksikan pertikaian demi pertikaian yang berasal bahwa tidak mau mengakui orang lain juga memiliki kemungkinan benar, pada pihak lain merasa diri paling benar.
Rasa hormat kepada Allah ialah dengan melakukan kehendak-Nya. Bisa saja orang merasa dan mengaku sebagai anak Allah namun perilakunya jauh dari sikap anak Allah dan bahkan mempermalukan Allah dalam perilaku sehari-hari. Hal itulah yang Yesus kecam. Pemuka Yahudi yang merasa tersudut akhirnya menyatakan Yesus kerasukan setan, sebagai sarana pertahanan diri yang sudah tidak ada jalan lagi berkelit.
Saudara terkasih ketika kita sudah merasa benar dan tidak bisa melihat kebenaran pada pihak lain hati-hatilah, bahwa kita telah dibawa setan dna kuasanya untuk menjadi pribadi yang sombong dan tinggi hati, muara dari itu semua adalah fanatisme sempit yang justru menjauhkan diri dari sikap-sikap anak Allah yang sejati. Anak Allah yang sejati akan setia menjalankan kehendak-Nya dan akan memperoleh hidup kekal. Bagaimanakah sikap iman kepercayaan kita ke dalam dan juga berkaitan dengan iman orang lain? BD.eLeSHa.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar