Minggu, 01 Maret 2015

Transfigurasi

HARI MINGGU PRAPASKAH II (U)
Kej. 22:1-2,9a,10-13,15-18
Mzm. 116:10,15,16-17,18-19
Rm. 8:31b-34
Mrk. 9:2-10

Kej. 22:1-2,9a,10-13,15-18

22:1 Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan."
22:2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana
22:9 Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya
22:10 Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
22:11 Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."
22:12 Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
22:13 Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
22:18 Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku."
22:19 Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan mereka bersama-sama berangkat ke Bersyeba; dan Abraham tinggal di Bersyeba.


Rm. 8:31b-34

8.31bJika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?
8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

Mrk. 9:2-10

9:2 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
9:3 dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.
9:4 Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.
9:5 Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
9:6 Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.
9:7 Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
9:8 Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.
9:9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.
9:10 Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."


Transfigurasi


Saudara terkasih, peristiwa Yesus naik bersama ketiga murid mengajarkan kepada kita beberapa hal. Pertama, bagaiamana sukacita kita hidup dalam kemuliaan Yesus itu menyenangkan, membahagiaakan, kalau mungkin terus dan menjadi milik sebagaimana ungkapan para murid istimewa Petrus yang menyatakan hendak membuatkan tenda dalam artian tidak pindah lagi, nikmati terus. Kedua, hidup perlu turun gunung juga, denga demikian realitas dunia adalah medan perjuangan yang memang menjadi tugas kita. Itu tidak enak, tidak nyaman, penuh perjuangan dan usaha keras. Ketiga, Petrus sebagai gambaran kita yang salah dan jatuh bangun untuk mengenal rencana-Nya, bahkan Pribadi-Nya.
Kalau kita masih salah, egois, dan hanya ingin semua berkat itu sangat wajar dan manusiawi, namun bukan dengan demikian kita bangga dan turut saja untuk ikuti kelemahan itu. Tuhan menghendaki kita mengatasi sehingga makin mengenal Dia dan mengerti rencana dan kehendak-Nya dengan makin baik dari waktu ke waktu.
Perjuangan dalam hidup memang tugas dan kewajiban kita. Usaha bagian kita dan hasil akhir adalah dalam naungan Tuhan Allah untuk memberikan yang terbaik dalam hidup kita. Pribadi yang bisa berserah mengenai hasil itu bagian Tuhan karena mengenal rencana dan kehendak-Nya, tidak salah maksud rencana Tuhan, dan tidak menguasai berkat hanya untuk diri sendiri. BD.eLeSHa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar