Senin Biasa
Pekan IV Prapaskah (U)
Mi. 7:7-9
Mzm.
27:1,7-8,9, 13-14
Yoh. 9:1-41
Mi. 7:7-9
7:7 Tetapi aku
ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku;
Allahku akan mendengarkan aku!
7:8 Janganlah
bersukacita atas aku, hai musuhku! Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula,
sekalipun aku duduk dalam gelap, TUHAN akan menjadi terangku.
7:9 Aku akan
memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepada-Nya, sampai Ia
memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam
terang, sehingga aku mengalami keadilan-Nya.
Yoh. 9:1-41
9:1
Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.
9:2
Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa,
orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"
9:3
Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena
pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
9:4
Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang;
akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.
9:5
Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia."
9:6
Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya
itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi
9:7
dan berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam
Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus." Maka pergilah orang itu,
ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.
9:8
Tetapi tetangga-tetangganya dan mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai
pengemis, berkata: "Bukankah dia ini, yang selalu mengemis?"
9:9
Ada yang berkata: "Benar, dialah ini." Ada pula yang berkata:
"Bukan, tetapi ia serupa dengan dia." Orang itu sendiri berkata:
"Benar, akulah itu."
9:10
Kata mereka kepadanya: "Bagaimana matamu menjadi melek?"
9:11
Jawabnya: "Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya
pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu
aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat."
9:12
Lalu mereka berkata kepadanya: "Di manakah Dia?" Jawabnya: "Aku
tidak tahu."
9:13
Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi.
9:14
Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah
hari Sabat.
9:15
Karena itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi
melek. Jawabnya: "Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh
diriku, dan sekarang aku dapat melihat."
9:16
Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: "Orang ini tidak datang dari
Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat." Sebagian pula berkata:
"Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?"
Maka timbullah pertentangan di antara mereka.
9:17
Lalu kata mereka pula kepada orang buta itu: "Dan engkau, apakah katamu
tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?" Jawabnya: "Ia adalah
seorang nabi."
9:18
Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru
dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya
9:19
dan bertanya kepada mereka: "Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia
lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?"
9:20
Jawab orang tua itu: "Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan
bahwa ia lahir buta,
9:21
tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang
memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia
sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri."
9:22
Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi,
sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia
sebagai Mesias, akan dikucilkan.
9:23
Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: "Ia telah dewasa, tanyakanlah
kepadanya sendiri."
9:24
Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata
kepadanya: "Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang
itu orang berdosa."
9:25
Jawabnya: "Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal
aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat."
9:26
Kata mereka kepadanya: "Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia
memelekkan matamu?"
9:27
Jawabnya: "Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya;
mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya
juga?"
9:28
Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: "Engkau murid orang itu tetapi
kami murid-murid Musa.
9:29
Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami
tidak tahu dari mana Ia datang."
9:30
Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana
Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku.
9:31
Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan
orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya.
9:32
Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang
memelekkan mata orang yang lahir buta.
9:33
Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat
apa-apa."
9:34
Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak
mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar.
9:35
Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu
dengan dia dan berkata: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia?"
9:36
Jawabnya: "Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya."
9:37
Kata Yesus kepadanya: "Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang
sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!"
9:38
Katanya: "Aku percaya, Tuhan!" Lalu ia sujud menyembah-Nya.
9:39
Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya
barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang
dapat melihat, menjadi buta."
9:40
Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan
mereka berkata kepada-Nya: "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?"
9:41
Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa,
tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu."
Si Buta Sejak Lahir dan Kita
Kisah yang panjang, dan banyak ahli
yang mengatakan sebagai hal yang berbeda dengan kebiasaan. Tidak heran satu bab
menjadi bacaan dalam sekali Misa. Menarik apa yang ditampilkan di sini, ada
beberapa hal yang patut untuk direnungkan. Pertama,
mengenai berebut kebenaran, padahal jelas-jelas sejarah dan tradisi
keagamaan mengajarkan. Mereka yang suka akan kebohongan dan mengingkari data
dan kebenaran sangat fasih perilaku demikian. Kita sebagai bangsa sedang juga
mengalami hal ini. Beberapa pihak menggunakan pola yang sama untuk mendapatkan
keuntungan. Menutupi kebenaran dan separo kebenaran untuk mendapatkan simpati.
Kedua,
mengenai sikap mencari selamat sendiri
sebagaimana sikap kedua orang tua si buta. Ketakutan dikucilkan membuat mereka
lepas tangan. Menyerahkan pada anaknya sendiri untuk menanggung itu. Padahal mereka
jelas tahu kalau anaknya buta dan sembuh. Sering kita mencari aman dengan
menghianati Yesus dan iman kita. Demi pekerjaan atau aman dari kehidupan
bersama menyembunyikan identitas sebagai pengikut Yesus.
Ketiga,
mengandalkan kekuasaan dan tekanan. Farisi
dan beberapa pihak, menekan orang lain untuk menyembunyikan kebenaran. Mereka jelas
tahu apa yang terjadi, karena pengaruh mereka bisa habis, mereka berupaya untuk
menjaga tetap ada. Menekan pihak lain untuk mengingkari kebenaran. Khas dan
jelas kebiasaan anak-anak kegelapan. Pun dalam hidup bersama kita sering
menjumpai hal demikian.
Keempat,
pribadi yang bersyukur, syukurlah si
buta yang disembuhkan mau mengakui keberadaannya dan berkat melimpah tersebut. Padahal
dia bisa mengatakan aku tidak melihat. Coba dari mana ia tahu apa yang
dilakukan Tuhan. Kan dia buta. Namun ia menyatakan kebenaran yang memang sudah
harusnya demikian.
Kelima,
orang Farisi yang merasa tersindir
masih juga bertahan dengan segenap upaya. Jawaban Yesus sangat jelas karena
merasa melihat mereka tetap buta. Buta karena merasa diri lebih baik, lebih
berhak, dan pihak lain sebagai yang salah dan buruk.
Saudara terkasih, kita di dalam hidup
sering lalai atas berkat Tuhan yang selimpah-limpahnya. Apa sih jasa kita ini? Syukur
saja sering alpa, mengakui keberadaan imannya takut, dan itu hal yang melekat
dalam diri kita. Toh Tuhan tidak melupakan kita. Apa mau terus-terusan
demikian? BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar