Minggu, 04 Maret 2018

Kemarahan demi Allah atau Kemarahan karena Salah?


MINGGU PRAPASKAH III (U)
Kel. 20:1-17
Mzm. 19:8,9,10,11
1 Kor. 1:22-25
Yoh. 2:13-25




Kel. 20:1-17

20:1 Lalu Allah mengucapkan segala firman ini:
20:2 "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
20:11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
20:12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
20:13 Jangan membunuh.
20:14 Jangan berzinah.
20:15 Jangan mencuri.
20:16 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
20:17 Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu."

1 Kor. 1:22-25

1:22 Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
1:23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
1:24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
1:25 Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.

Yoh. 2:13-25

2:13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.
2:14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.
2:15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
2:16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
2:17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
2:18 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
2:19 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
2:20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"
2:21 Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
2:22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
2:23 Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya.
2:24 Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua,
2:25 dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.




Kemarahan demi Allah atau Kemarahan karena Salah?

Saudara terkasih, menarik apa yang kita renungkan dalam Minggu  Prapaskah III ini, Yesus marah karena Bait Allah menjadi pasar.  Ada dua hal yang menarik untuk kita renungkan, pertama mengenai kemarahan, mosok Yesus ngamuk, apa pantes? Kedua mengenai Bait Allah mejadi pasar.
Kemarahan Yesus, Yesus marah karena Bait Allah dijadikan pasar. Berkaitan dengan poin kedua nanti, namun kemarahan ini. bagaimana kemarahan yang memang mendasar dan beralasan. Bagaimana tidak, Bait Allah malah menjadi tempat jual beli, apakah bisa berkonsentrasi para peziarah yang jauh-jauh ke Yerusalem, sedangkan hewan ternak apa bisa juga silentium? Itu, diam karena sedang berdoa, pun mana ada jual beli yang senyap dan tanpa ada tawar menawar. Beda dengan kemarahan kita yang cenderung  membela perilaku salah kita. Membela diri, menyembunyi kesalahan, dan sejenisnya. Artinya jelas sangat berbeda dalam alasan dan juga nanti perilakunya, masih terukur kalau Yesus.
Kedua, mengenai pasar, namanya jual beli tentu mencari keuntungan. Di sinilah konflik kepentingan terjadi, selain tentu menjadikan tempat itu kumuh dan kotor. Secara fisik kotor dan tidak patut. Secara relasional dengan orang lain, mengambil keuntungan dengan sangat tidak pantas. Melihat rekam jejak perilaku mereka, meskipun tidak dikatakan, namun bisa diambil simpulan demikian. keuntungan itu sah sebagai sebuah usaha, namun tentu juga perlu melihat siapa konsumennya, untuk apa itu semua juga. Ibadah harus berkaitan dengan jual beli lagi, tentu hal yang tidak semstinya.
Kemarahan demi dan karena kasih-Nya pada Allah. Memuliakan Allah dengan membela hak orang lain. Pun hak Allah dengan Bait Allah yang harus bersih tentunya. Keberanian melawan kebiasaan dan banyaknya orang tentu sangat bertolak belakang dengan kebiasaan. Ini yang membedakan Yesus dan yang lainnya. Tidak takut dengan keberadaan orang banyak yang memilki kepentingan, karena membela kebenaran dengan risiko keroyokan yang merasa dirugikan. Kita sebagai bangsa sedang menghadapi hal demikian, apakah mengikuti arus salah yang besar? Atau berani melawannya? Tentu dalam arti untuk meluruskan yang tidak benar. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar